Stop Gunakan Bedak Tabur pada Anak! Ini Kata Dokter

Memberikan bedak tabur pada bayi memang sudah menjadi tradisi turun-temurun yang dilakukan banyak Mama di Indonesia.
Namun, praktik ini ternyata memiliki risiko yang tidak boleh diabaikan. dr. Jessica Sugiharto, Sp.A, seorang dokter spesialis anak, baru-baru ini mengeluarkan edukasi penting melalui unggahan Instagram di akun @jessicasugiharto.dr pada Sabtu (13/9/2025) mengenai bahaya penggunaan bedak tabur berlebihan pada bayi dan batita.
Menurut dr. Jessica, bedak tabur yang sering dianggap sebagai solusi untuk mencegah ruam popok ternyata justru dapat menimbulkan masalah kesehatan yang serius bagi si Kecil.
Peringatan ini penting untuk diperhatikan semua orangtua, mengingat kesehatan dan keselamatan si Kecil adalah prioritas utama.
Untuk itu, Popmama.com telah merangkum informasi seputar stop gunakan bedak tabur pada anak! Ini kata dokter agar Mama bisa mengetahui bahaya bedak tabur dan alternatif yang lebih aman untuk merawat kulit sensitif si Kecil.
1. Bedak tabur tidak efektif mencegah ruam popok

Salah satu mitos terbesar dalam perawatan bayi adalah anggapan bahwa bedak tabur dapat mencegah ruam popok.
Menurut dr. Jessica Sugiharto, Sp.A, keyakinan ini sama sekali tidak berdasar pada fakta medis.
Bedak tabur justru tidak memiliki kemampuan untuk mencegah timbulnya ruam pada kulit si Kecil.
Ruam popok terjadi karena kelembaban berlebih, gesekan, dan paparan urin serta feses dalam waktu lama, bukan karena kurangnya bedak.
Penggunaan bedak tabur tidak memberikan manfaat signifikan dalam pencegahan ruam popok. Sebaliknya, kulit bayi yang sehat memerlukan kelembaban alami untuk menjaga fungsi barier kulit.
Mama perlu memahami bahwa pencegahan ruam popok yang efektif adalah dengan menjaga kebersihan area popok, mengganti popok secara rutin, dan menggunakan produk perawatan yang tepat seperti krim barrier yang mengandung zinc oxide.
2. Risiko gangguan pernapasan akibat menghirup bedak

Bahaya utama yang paling mengkhawatirkan dari penggunaan bedak tabur adalah risiko gangguan pernapasan pada si Kecil.
dr. Jessica menjelaskan bahwa bedak tabur dapat menyebabkan sesak napas jika terhirup oleh bayi. Partikel bedak yang sangat halus dapat dengan mudah terhirup melalui hidung dan mulut, kemudian masuk ke dalam saluran pernapasan.
Sistem pernapasan bayi yang masih berkembang sangat sensitif terhadap partikel asing ini.
Ketika partikel bedak masuk ke paru-paru, dapat terjadi pneumonia aspirasi yang berpotensi fatal.
Gejala yang perlu Mama waspadai antara lain batuk terus-menerus, kesulitan bernapas, dan perubahan warna kulit menjadi kebiruan.
Oleh karena itu, sangat penting bagi Mama untuk menghindari penggunaan bedak tabur, terutama di area wajah dan leher si Kecil yang dekat dengan saluran pernapasan.
3. Bedak yang digunakan di area lipatan kulit dapat menyebabkan iritasi

Penggunaan bedak tabur di area lipatan kulit seperti leher, ketiak, atau selangkangan justru dapat menimbulkan masalah baru.
dr. Jessica menjelaskan bahwa bedak akan menggumpal ketika bercampur dengan keringat dan kelembaban alami kulit di area-area tersebut.
Gumpalan bedak ini kemudian menjadi kasar dan dapat menyebabkan iritasi bahkan luka pada kulit si Kecil yang masih sangat sensitif.
Penumpukan bedak di lipatan kulit dapat menciptakan lingkungan yang ideal untuk pertumbuhan bakteri dan jamur.
Kondisi ini dapat memicu terjadinya infeksi kulit sekunder yang lebih serius. Kulit bayi memiliki pH yang berbeda dengan kulit orang dewasa, sehingga lebih rentan terhadap iritasi.
Mama perlu memahami bahwa lipatan kulit bayi memerlukan perawatan khusus yang lembut, bukan produk yang dapat menggumpal dan menyebabkan gesekan.
4. Gunakan krim pelembab dan barrier sebagai alternatif yang aman

Sebagai pengganti bedak tabur, dr. Jessica merekomendasikan penggunaan krim pelembab bayi atau krim barrier yang mengandung zinc oxide.
Produk-produk ini terbukti lebih efektif dan aman untuk menjaga kesehatan kulit si Kecil.
Krim barrier bekerja dengan membentuk lapisan pelindung pada kulit yang mencegah iritasi dari urin dan feses, sekaligus menjaga kelembaban alami kulit.
Zinc oxide merupakan bahan aktif yang telah teruji secara klinis untuk pencegahan dan pengobatan ruam popok.
Menurut penelitian dalam Pediatric Dermatology Journal, zinc oxide memiliki sifat anti-inflamasi dan dapat mempercepat penyembuhan kulit yang iritasi.
Mama dapat memilih produk yang telah mendapat rekomendasi dari dokter anak atau yang telah lulus uji dermatologi.
Aplikasi krim barrier sebaiknya dilakukan tipis-tipis namun merata di area yang rentan terkena ruam, terutama area popok.
5. Gunakan krim berbahan oat dan ceramide untuk kulit anak

Dokter Jessica juga menyarankan penggunaan krim berbahan dasar oat atau ceramide sebagai alternatif terbaik untuk perawatan kulit si Kecil.
Kedua bahan ini memiliki fungsi khusus dalam memperbaiki barrier kulit, menjaga kelembaban, dan melindungi dari iritasi.
Oat atau oatmeal mengandung senyawa beta-glucan yang memiliki sifat anti-inflamasi dan dapat menenangkan kulit yang sensitif.
Sementara itu, ceramide adalah lipid alami yang secara natural terdapat dalam kulit manusia. Penggunaan produk yang mengandung ceramide dapat membantu memperbaiki dan memperkuat barrier kulit si Kecil.
Penelitian menunjukkan bahwa ceramide efektif dalam mengurangi kehilangan air transepidermal dan meningkatkan hidrasi kulit secara signifikan, terutama pada area kulit yang rentan kering dan iritasi.
Dengan memilih produk perawatan yang mengandung bahan-bahan ini, Mama dapat memberikan perlindungan optimal untuk kulit si Kecil tanpa risiko berbahaya seperti yang ditimbulkan oleh bedak tabur.
Itulah informasi tentang stop gunakan bedak tabur pada anak! Ini kata dokter. Yuk, ganti penggunaan bedak tabur pada anak dari sekarang.



















