- Tubuh tetap lancar beraktivitas, tetapi di dalam hati merasa hampa, tidak merasakan emosi dengan jelas, atau seolah terlepas dari perasaan sendiri.
- Sulit membuat keputusan sederhana, misalnya susah menentukan menu makan malam atau memilih baju bisa terasa membingungkan dan melelahkan.
- Gerakan jadi lamban, otot terasa kaku, atau bahkan merasa seperti berat untuk bergerak.
- Menjalani aktivitas secara otomatis tanpa benar-benar hadir secara penuh, misalnya mengurus anak atau membereskan rumah tetapi pikiran terasa kosong.
- Mudah merasa lelah, sehingga muncul keinginan untuk menghindar atau menarik diri.
Apa itu Functional Freeze? Ini Tanda dan Dampaknya pada Anak

Dalam keseharian, orangtua sering menghadapi situasi penuh tekanan, mulai dari anak yang tantrum, menolak makan, hingga konflik kakak dan adik.
Pada momen tertentu, tubuh dan pikiran bisa tiba-tiba berhenti merespons seolah membeku. Kondisi ini dikenal sebagai functional freeze.
Functional freeze merupakan respons alami tubuh terhadap stres atau emosi besar, yang membuat seseorang sulit bergerak, berbicara, atau mengambil keputusan.
Meski kerap tidak disadari, keadaan ini nyata dan dapat dialami siapa saja, termasuk orangtua dalam menjalani peran pengasuhan.
Berikut Popmama.com membahas informasi mengenai apa itu functional freeze? Disimak ya, Ma!
Apa itu functional freeze?

Functional freeze adalah istilah untuk menjelaskan reaksi alami ketika tubuh dan pikiran tiba-tiba seperti membeku.
Dalam keadaan ini, Mama masih bisa beraktivitas seperti biasa, misalnya bekerja, menyiapkan kebutuhan anak, atau berbicara dengan orang lain.
Namun di dalam diri, Mama merasa terlepas dari emosi, sulit berkonsentrasi, dan bingung mengambil keputusan.
Kondisi ini biasanya muncul saat tubuh merasa tidak mampu melawan atau menghindar dari tekanan yang datang.
Sebagai bentuk perlindungan, sistem saraf membuat tubuh seolah berhenti sejenak agar tidak semakin kelelahan, Ma.
Apakah functional freeze sama dengan burnout atau depresi?

Functional freeze berbeda dengan burnout dan depresi. Burnout umumnya ditandai kelelahan, sinisme, dan penurunan produktivitas, sedangkan depresi adalah gangguan suasana hati yang memengaruhi perasaan, pikiran, dan perilaku sehari-hari.
Meski demikian, functional freeze yang terjadi terus-menerus dalam jangka panjang dapat berkembang menjadi kondisi klinis seperti depresi, sehingga tetap perlu mendapat perhatian.
Tanda-tanda Mama mengalami function freeze

Functional freeze sering kali tidak disadari karena dari luar Mama masih terlihat mampu menjalani rutinitas. Namun ada beberapa tanda yang bisa dikenali, antara lain:
Dampak kondisi functional freeze terhadap anak dan keluarga

Functional freeze tidak hanya memengaruhi Mama yang mengalaminya, tetapi juga berdampak pada anak dan suasana keluarga. Beberapa dampak yang mungkin muncul antara lain:
- Anak merasa kurang diperhatikan.
- Anak bisa menahan emosi atau perasaannya.
- Komunikasi antar anak dan orangtua akan terbatas.
- Hubungan keluarga terasa seperti hanya mengurus tugas sehari-hari, bukan kedekatan hati.
- Hubungan keluarga tetap berjalan seperti biasa, tetapi masing-masing merasa sendirian.
Bagaimana cara mengatasi kondisi functional freeze?

Functional freeze bisa diatasi dengan langkah-langkah kecil yang membantu tubuh dan pikiran lebih tenang. Beberapa cara yang bisa dilakukan adalah:
- Bersikap baik pada diri sendiri dan sadari bahwa kondisi ini adalah cara otak melindungi Mama.
- Mama bisa kembali merasakan tubuh dengan menarik napas dalam, merasakan pijakan kaki, atau melakukan peregangan ringan
- Mengurangi kebiasaan mengerjakan banyak hal sekaligus, lakukan satu aktivitas dengan penuh perhatian
- Membuat rutinitas sederhana yang menenangkan, misalnya jalan pagi atau minum teh hangat sebelum tidur
- Memilih makanan hangat dan bergizi untuk membantu menjaga suasana hati tetap stabil
- Memanfaatkan pancaindra, misalnya mendengar musik lembut, menikmati aroma menenangkan, atau bermain aktivitas sederhana bersama anak
- Mencari kembali hal-hal yang membuat bahagia, seperti bermain, berkreasi, atau beristirahat sejenak
- Meluangkan waktu di luar rumah agar mendapat cahaya matahari dan udara segar
- Menulis perasaan dalam jurnal untuk lebih mengenali diri sendiri
- Menghabiskan waktu hangat bersama anak, misalnya duduk bersama tanpa agenda atau memberikan pelukan lembut
- Mendekatkan diri dengan orang-orang yang mendukung, seperti pasangan, keluarga, atau teman terpercaya
Jika langkah-langkah di atas tidak membantu, Mama bisa langsung konsultasi dengan psikolog atau terapis yang sudah profesional dibidangnya.
Nah, itulah informasi mengenai apa itu function freeze? Semoga bermanfaat ya, Ma!



















