3 Fakta Kesehatan Anak dari Indonesia Health Insight Report 2025

- Anak newborn: Keluhan kulit dominan, butuh edukasi
- Anak toddler: Rentan gangguan pernapasan dan diare
- Anak usia sekolah: Rawan sakit mata dan demam
Kesehatan anak balita masih menyimpan cerita tersendiri, yaitu gangguan pernapasan yang masih menjadi keluhan paling dominan. Temuan ini muncul dalam laporan kesehatan keluarga terbaru 2025 yang mengupas kondisi anak dari bayi sampai usia sekolah.
Laporan ini dipaparkan dalam Press Conference Indonesia Health Insights Report 2025 yang digelar di Veranda Hotel Pakubuwono pada Kamis (2/10/2025). Riset kolaborasi antara sebuah platform layanan kesehatan digital dan lembaga riset global ini menyajikan data berbasis survei publik untuk melihat bagaimana orang tua, terutama ibu, mengelola keseehatan anak di setiap fase pertumbuhannya.
Edward Hutasoit, General Manager YouGov Indonesia & India, menjelaskan bahwa ibu memegang peran besar dalam kesehatan keluarga. “Dari total waktu yang tercurah, 80 persen didedikasikan untuk mengelola kesehatan anggota keluarga, dengan 32 persen di antaranya digunakan untuk anak,” ungkap Edward.
Lalu, bagaimana kondisi anak di fase selanjutnya?
Berikut Popmama.com fakta kesehatan anak Indonesia berdasarkan laporan 2025 untuk fase toddler.
Disimak bersama ya!
1. Anak newborn Keluhan kulit mendominasi

Pada fase bayi baru lahir, keluhan kesehatan paling banyak berkaitan dengan edukasi umum dan masalah kulit non-jerawat. Lebih dari 50% konsultasi ibu berada pada kategori ini.
Kondisi ini memperlihatkan bahwa banyak orangtua masih kesulitan memahami gejala yang dialami newborn. Tidak jarang, rasa bingung membuat Mama perlu segera mencari arahan dari tenaga medis.
Masalah kulit pada bayi memang sering kali dianggap sepele, padahal bisa menjadi tanda adanya kondisi kesehatan tertentu yang butuh perhatian sejak dini.
2. Anak toddler paling rentan gangguan pernapasan dan diare

Memasuki usia toddler, keluhan kesehatan mulai bergeser ke arah tumbuh kembang dan respons imun. Data laporan menunjukkan bahwa 36% anak toddler mengalami gangguan pernapasan, menjadikannya keluhan terbesar di fase ini.
Selain itu, diare juga meningkat 9% dibanding fase sebelumnya. Kondisi ini menunjukkan anak-anak usia balita masih sangat rentan terhadap infeksi, terutama yang berhubungan dengan pola makan dan lingkungan sekitar.
Tidak hanya itu, terjadi lonjakan konsultasi ke dokter paru hingga 52%. Bahkan, kebutuhan vaksinasi influenza dan pneumonia meningkat hampir enam kali lipat di usia toddler, menandakan orangtua semakin waspada terhadap risiko penyakit pernapasan.
3. Anak usia sekolah rawan sakit mata dan demam

Saat anak sudah masuk usia sekolah, aktivitas sosial dan interaksi dengan lingkungan semakin tinggi. Meski gangguan pernapasan dan kulit non-jerawat masih jadi keluhan utama, muncul tren baru yang perlu diperhatikan.
Data laporan mencatat adanya 7% konsultasi terkait gangguan mata serta 6% kasus demam pada anak usia sekolah. Peningkatan ini erat kaitannya dengan padatnya aktivitas, penggunaan gawai, hingga kontak dengan teman sebaya.
Kondisi ini menjadi pengingat bagi Mama untuk tetap menjaga pola hidup sehat anak, memastikan asupan gizi seimbang, serta memperhatikan kebersihan diri agar anak tetap aktif tanpa mudah sakit.
Chief Marketing Officer Halodoc, Fibriyani Elastria, menekankan pentingnya memperhatikan kesehatan ibu. “Meski terlihat kuat, para ibu tetap manusia biasa yang membutuhkan ruang untuk beristirahat, merasa didukung, dan diperhatikan. Kesehatan ibu berbanding lurus dengan kesehatan keluarga yang mereka jaga,” jelasnya.
Halodoc berharap laporan ini dapat menjadi rujukan bagi publik, media, hingga pembuat kebijakan, sekaligus mendorong kesadaran bahwa dukungan terhadap ibu akan berdampak langsung pada kualitas kesehatan anak dan keluarga.



















