7 Hal yang Dikhawatirkan Anak pada Usia 5 Tahun dan Cara Memahaminya

- Anak usia 5 tahun ingin melakukan yang terbaik
- Mereka mulai mempertanyakan apakah mereka diterima di kelompok teman-temannya
- Konflik kecil dengan teman sebaya bisa membuat anak cemas atau sedih
Di usia lima tahun, dunia anak terasa besar dan penuh hal baru. Mereka mulai menghadapi berbagai kekhawatiran yang mungkin terlihat kecil bagi orang dewasa, tapi sebenarnya memengaruhi perilaku sehari-hari dan interaksi dengan teman-temannya. Dari berusaha melakukan yang terbaik hingga takut ditinggal orangtua, setiap perasaan ini penting untuk dipahami.
Memahami apa yang anak khawatirkan membantu orangtua merespons dengan lebih sabar dan empatik, sekaligus membangun rasa aman emosional bagi si Kecil. Dengan begitu, anak belajar mengekspresikan diri dengan percaya diri dan tetap menjadi anak yang ramah serta peduli terhadap orang lain.
Berikut Popmama.com akan bagikan apa saja yang dikhawatirkan pada anak usia lima tahun. Disimak, yuk, Ma!
1. Ingin melakukan yang terbaik

Anak usia lima tahun berusaha keras melakukan sesuatu dengan benar. Mereka bisa merasa sedih atau kecewa ketika hasilnya tidak sesuai harapan, meski Mama tahu mereka sudah berusaha maksimal.
Misalnya, saat menggambar atau merakit mainan, anak bisa terlihat frustrasi ketika hasilnya tidak persis seperti yang mereka inginkan. Mama bisa menenangkan dengan memberi pujian pada usaha mereka, bukan hanya hasilnya, dan mengajarkan bahwa kesalahan adalah bagian dari belajar.
2. Apakah aku diterima?

Anak mulai mempertanyakan apakah mereka cocok dan diterima di kelompok teman-temannya. Mereka ingin merasa aman dan diterima saat bermain bersama teman-teman sebaya.
Jika anak tampak ragu atau malu ikut kegiatan kelompok, Mama bisa membimbing dengan memberi contoh bersikap ramah, membantu anak berinteraksi dengan teman, dan menegaskan bahwa perasaan diterima itu wajar dan normal.
3. Bentrokan dengan teman

Konflik kecil dengan teman sebaya bisa membuat anak cemas atau sedih. Mereka belajar menghadapi perbedaan, berbagi, dan menyelesaikan masalah dengan teman-teman.
Mama bisa mencontohkan cara menyelesaikan konflik, misalnya dengan berbicara baik-baik atau bergiliran. Mengajarkan anak untuk mengekspresikan perasaan secara tepat akan membantunya mengembangkan keterampilan sosial sejak dini.
4. Merasa bersalah saat membuat orang lain sedih

Anak mulai menyadari perilakunya bisa memengaruhi perasaan orang lain. Jika mereka membuat teman atau Mama kesal, anak bisa merasa bersalah dan menyesal.
Ini tahap penting karena anak belajar empati. Mama bisa membantu anak memahami perasaan orang lain dengan menanyakan, misalnya, “Bagaimana perasaan temanmu kalau begini?” sehingga anak belajar mengenali dampak dari tindakannya.
5. Mulai menyadari dampak perilaku pada orang lain

Selain merasa bersalah, anak juga mulai memahami bahwa setiap tindakan memiliki efek pada orang lain. Ini tahap awal belajar bertanggung jawab atas perbuatan sendiri.
Mama bisa mengajak anak berdiskusi sederhana tentang tindakan dan konsekuensinya, misalnya “Kalau kita membuang mainan sembarangan, temanmu bisa tersandung.” Dengan begitu, anak belajar membuat pilihan yang lebih baik.
6. Perpisahan dari orangtua

Anak bisa cemas saat berpisah dari Mama atau Papa, misalnya ketika masuk sekolah atau bermain di tempat baru. Perasaan ini wajar dan bagian dari proses belajar mandiri.
Mama bisa membangun rasa aman dengan memberi salam hangat, pelukan singkat, dan memastikan anak tahu Mama akan kembali. Hal ini membantu anak percaya diri dan lebih siap menghadapi aktivitas di luar rumah.
7. Khawatir teman marah padanya

Anak mulai menyadari emosi teman dan takut jika teman sedang marah atau kecewa. Mereka belajar membaca situasi sosial dan menyesuaikan perilaku agar tetap diterima dalam kelompok.
Mama bisa membantu dengan mengajarkan anak cara menenangkan diri, meminta maaf jika melakukan kesalahan, atau mencari solusi bersama teman. Dengan latihan ini, anak belajar keterampilan sosial dan membangun hubungan yang sehat.
Itulah apa yang dikhawatirkan anak usia 5 tahun. Dengan memahami kekhawatiran si Kecil, Mama bisa merespons dengan sabar dan empatik, sekaligus membantu anak merasa aman, percaya diri, dan tetap ramah serta peduli terhadap orang lain.



















