5 Kalimat Terlarang Diucapkan Orangtua kepada si Picky Eater

Yuk bangun hubungan yang sehat antara anak dengan makanan dengan menghindari 5 kalimat ini.

26 April 2023

5 Kalimat Terlarang Diucapkan Orangtua kepada si Picky Eater
Freepik/Jes2ufoto

Menghadapi picky eater adalah hal yang menantang bagi orangtua. Rasanya setiap kali jam makan datang, seperti berjuang di medan perang harus bergelut dengan anak yang pilih-pilih makanan. 

Sebagian orangtua mungkin tak pantang menyerah dan mengusahakan segala macam cara agar anak mau mencicipi makanan yang variatif. Tetapi, sebagian orangtua mungkin akhirnya mengibarkan bendera putih tanda menyerah harus berhadapan dengan si Picky Eater.

Untuk membantu para orangtua mengajarkan pada anak hubungan yang sehat dengan makanan, berikut ini Popmama.com merangkum 5 kalimat yang terlarang diucapkan orangtua kepada si Picky Eater:

1. "Boleh makan kue/cokelat/permen setelah kamu menghabiskan sayur."

1. "Boleh makan kue/cokelat/permen setelah kamu menghabiskan sayur."
Freepik/User3802032

Ketika orangtua menggunakan kue, cokelat, atau permen untuk meyakinkan anak menghabiskan suatu makanan lain, anak bisa beranggapan bahwa, "Sayuran itu buruk sehingga mama dan papa perlu menyogokku untuk memakannya."

Sebaliknya, sebaiknya orangtua membangun perspektif yang baik dan seimbang tentang makanan dengan tidak 'mengadu' antara makanan yang satu dengan yang lainnya.

Kalimat yang lebih baik diucapkan misalnya, "Kamu bisa makan sayur setelah kamu siap." 

Ini masih memberi mereka pilihan, dan seringkali berhasil lebih baik daripada sogokan apa pun. Membuat waktu makan menjadi menyenangkan juga dapat membantu anak-anak terlibat dengan makanan yang belum mereka sukai, dengan cara mereka sendiri.
 

Editors' Pick

2. "Kalau kamu diam, mama/papa akan kasih cokelat/permen."

2. "Kalau kamu diam, mama/papa akan kasih cokelat/permen."
Freepik/prostooleh

Inilah kalimat lain yang menempatkan makanan-makanan manis sebagai umpan. Semakin banyak camilan bergula yang digunakan sebagai hadiah, semakin tinggi nilainya.

Akibatnya, anak mungkin lebih menginginkan makanan manis daripada makanan lain. Di sisi lain, hal ini akan membuat mereka mengasosiasikan makanan manis dengan hadiah untuk perilaku yang baik dan selalu mengandalkan makanan manis ketika mereka ingin merasa lebih baik.

Kalimat yang lebih baik diucapkan, misalnya, "Kita bisa memainkan permainan favoritmu malam ini jika kamu bisa lebih tenang saat mama dan papa sedang berbicara dengan tamu."

Pilih hadiah non-makanan, dan nikmati makanan manis bersama anak saat mereka ingin benar-benar ingin makan kue, bukan hanya sebagai hadiah atas perbuatan baik. 

3. "Kamu baru boleh pergi kalau semua nasi dan sayur di piring habis."

3. "Kamu baru boleh pergi kalau semua nasi sayur piring habis."
Freepik/User18003440

Kalimat ini mungkin terdengar baik-baik saja. Tetapi yang tersembunyi dari kalimat ini bagi anak adalah, "Kamu tidak bisa mengatakan 'tidak', terlepas dari bagaimana perasaanmu."

Memaksa anak Anda untuk makan justru mereka untuk mengabaikan tanda-tanda rasa lapar dan kenyang. Padahal tubuh manusia punya sinyal-sinyalnya sendiri yang perlu dikenali dengan baik. 

Kalimat yang memaksa anak seperti ini bisa berdampak besar pada anak. Seiring bertambahnya usia, mereka mungkin kesulitan mengatakan "tidak" pada hal-hal yang membuat mereka tidak nyaman.

Kalimat yang lebih baik diucapkan, misalnya, "Kamu boleh mengatakan 'tidak, terima kasih' ketika kamu sudah benar-benar kenyang." Alih-alih membuat anak Anda makan lagi, ajari mereka cara menolak makanan dengan sopan.

4. "Ayo dong tiga suapan lagi ya biar mama senang!"

4. "Ayo dong tiga suapan lagi ya biar mama senang"
Freepik/Kasipat

Orangtua mungkin sering mengucapkan kalimat ini karena khawatir anak-anak mereka tidak cukup makan dan mendapatkan nutrisi yang tepat.

Namun, kalimat ini justru mengajari anak-anak bahwa mereka harus mengembangkan kebiasaan makan yang baik untuk membuat orangtua bahagia. Padahal membuat orangtua bahagia bukanlah fokus utama, melainkan bagaimana makanan bergizi baik untuk kesehatan mereka.

Kalimat yang lebih baik diucapkan adalah memberi pengertian mengapa anak perlu mengonsumsi makanan yang ada di piringnya, misalnya, "Wortel memiliki banyak vitamin A, yang baik untuk penglihatan supaya kamu bisa melihat dengan lebih baik."

Jelaskan kepada anak apa pengaruh makan sehat bagi tubuh mereka. Memberi mereka fakta akan membantu memenuhi keinginan mereka untuk belajar dan mencoba makanan baru.

5. "Kamu gak akan pernah tau apakah kamu menyukainya kalau kamu gak mau mencobanya."

5. "Kamu gak akan pernah tau apakah kamu menyukai kalau kamu gak mau mencobanya."
Pexels/PNW Production

Bagi anak-anak, mencoba suatu makanan yang baru adalah hal yang membuatnya bimbang. Karena anak-anak tidak memiliki banyak pengalaman makan seperti orang dewasa, mereka tidak dapat mengantisipasi seperti apa rasanya. Ini membuat mereka takut untuk mencoba makanan asing. 

Alih-alih hanya menyodorkannya dan mengatakan kalimat di atas, orangtua dapat membantu anak memahami bagaimana rasanya sesuatu dengan cara yang jujur dan tidak manipulatif (dengan kata lain, jangan memberi tahu mereka rasa yogurt tawar seperti es krim). Kemungkinan mereka akan lebih terbuka untuk mencobanya karena sudah mengelola ekspektasinya dan mempunyai acuan dengan rasa yang sebelumnya sudah familiar.

Jika mereka mencobanya, jangan langsung bertanya apakah mereka menyukainya dengan suara yang bersemangat dan penuh harapan. Alih-alih, mintalah mereka untuk mendeskripsikannya: Apakah mirip dengan makanan lain? Apakah manis, asin, atau pedas? Renyah atau kenyal? Panas atau dingin? 

Setelah mereka mendeskripsikannya, jangan tanya apakah mereka menyukainya, karena jika mereka mengatakan tidak, mereka cenderung tidak akan mencobanya lagi nanti. 

Itulah 5 kalimat yang terlarang diucapkan orangtua kepada si Picky Eater. Semoga informasi ini dapat membantu mama mengatasi permasalahan makan pada si Kecil ya, Ma. 

Baca juga:

The Latest