Cara Meningkatkan Kualitas Hidup Lansia agar Tetap Sehat dan Produktif

- Kesehatan lansia bukan hanya soal fisik, tapi juga masalah gangguan mental seperti depresi dan kesepian yang perlu dijaga dengan penuh dukungan.
- Kesepian merupakan ancaman bagi lansia karena dapat membawa dampak buruk dalam jangka panjang dan membuat mereka rentan alami malnutrisi.
- Pentingnya peran orang-orang terdekat, keluarga, komunitas, dan pemerintah dalam memberikan dukungan emosional serta edukasi tentang pola hidup sehat kepada lansia.
Data Badan Pusat Statistik (BPS), sekitar 12% dari populasi Indonesia merupakan kelompok lanjut usia (lansia). Angka ini diprediksi akan terus bertambah. Namun timbul pertanyaan, apakah kualitas hidup mereka ikut meningkat?
Sayangnya, menurut World Health Organization (WHO), angka harapan hidup sehat di Indonesia justru mengalami penurunan.
Hal ini berarti banyak lansia yang hidup lebih lama, tetapi dalam kondisi kesehatan yang buruk, baik secara fisik, mental, maupun sosial.
Nah, dalam tulisan ini, Popmama.com telah merangkum cara meningkatkan kualitas hidup lansia agar tetap sehat dan produktif. Yuk, simak di bawah!
1. Kesehatan lansia bukan hanya soal fisik

Masalah gangguan mental seperti depresi dan kesepian menjadi tantangan besar oleh para lansia. Data dari WHO menyebutkan bahwa sekitar 14% lansia alami depresi dan gangguan mental, sebagian besar disebabkan rasa kesepian.
“Kesehatan dan kualitas hidup lansia tak hanya soal fisik, tapi juga aspek mental dan sosialnya harus dijaga,” ujar Prof. Dr. dr. Siti Setiati, SpPD-KGer, pembina Perhimpunan Gerontologi Medik Indonesia (PERGEMI), dalam ‘Restoractive Fest 2025: Bakti Sepanjang Usia’, pada Rabu (28/05/2025).
Maka itu, penting disadari bahwa lansia membutuhkan dukungan penuh. Tak hanya pemeriksaan kesehatan fisik, tapi juga perhatian terhadap kondisi psikologisnya agar bisa menjalani masa tua dengan bahagia.
2. Kesepian merupakan ancaman bagi lansia

Kesepian bisa membawa dampak buruk dalam jangka panjang bagi para lansia. Mulai dari kehilangan semangat hidup hingga memicu penyakit demensia (kepikunan).
Sayangnya, banyak lansia harus menjalani hidup sendiri, bahkan mereka tidak yakin apakah kebutuhan gizinya sudah terpenuhi atau belum.
Masalah ini tak hanya soal jenis bahan makanan, tapi juga karena tak ada yang mengingatkan atau mendampingi mereka. Kondisi tersebut bikin para lansia rentan alami malnutrisi.
3. Pentingnya peran orang-orang terdekat

Peran keluarga, komunitas, dan pemerintah sangatlah krusial dalam menjaga kualitas hidup lansia. Dukungan emosional, ruang untuk tetap aktif, serta edukasi tentang pola hidup sehat perlu diberikan kepada mereka.
Selain itu, penting untuk mengubah cara pandang masyarakat terhadap lansia. Mereka bukanlah beban, melainkan individu yang tetap memiliki potensi untuk produktif dan aktif jika mendapat dukungan yang tepat.
“Stigma masyarakat bahwa lansia adalah beban harus diubah. Mereka tetap bisa produktif dan aktif, dengan pendekatan dan dukungan yang tepat,” tegas Prof. dr. Siti Setiati.
4. Apa yang bisa kita lakukan ketika merawat lansia

Menurut Prof. dr. Siti Setiati, berikut beberapa hal yang bisa dilakukan generasi muda untuk membantu menjaga kualitas hidup lansia:
Selalu jaga interaksi dengan lansia, seperti berbincang, melibatkannya dalam kegiatan harian, dan mendengarkan cerita mereka.
Pastikan kecukupan gizi seimbang dan aktivitas ringan sangat penting.
Dorong lansia untuk bergabung dengan komunitas, baik komunitas keagamaan, kerajinan, maupun kelompok lansia di sekitar rumah.
Pentingnya mengetahui aspek mental dan sosial dalam kesehatan mereka agar kualitas hidupnya terjaga.
Demikian cara meningkatkan kualitas hidup lansia agar tetap sehat dan produktif. Dukungan dari orang-orang terdekat dan lingkungan yang ramah lansia sangat dibutuhkan agar mereka bisa menikmati masa tua dengan penuh makna.
Sebab, setiap perhatian kecil yang kita berikan, berarti besar bagi mereka.