7 Puisi Jalaluddin Rumi Cinta dan Harapan, Romantis Banget

Cara menuangkan cinta salah satunya dengan menulis puisi

16 April 2024

7 Puisi Jalaluddin Rumi Cinta Harapan, Romantis Banget
Pinterest.com

Kisah cinta yang dituangkan dalam kata-kata memang menarik untuk disimak. Selain dapat belajar dari pengalaman orang lain, kisah cinta yang menarik juga bisa memantik kehadiran rasa cinta yang telah lama hilang.

Untuk itu, banyak pujangga atau penyair yang berupaya menuangkan cerita romantis serta memilih kata-kata yang tepat dalam setiap pembuatan puisi. Tujuannya agar para pembaca bisa terbawa hanyut ke dalam kata-kata tersebut. 

Salah satu pujangga yang masih diingat sosoknya ialah Jalaluddin Rumi. Jalaluddin Rumi merupakan seorang filsuf serta sastrawan yang kerap mengispirasi orang lain lewat karya-karyanya yang ciamik. Meskipun telah lama berpulang, namun Jalaluddin Rumi akan tetap hidup dari buku-bukunya yang saat ini masih dibaca oleh banyak orang. 

Dari sekian banyak karyanya, puisi-puisi ciptaan Jalaluddin Rumi mampu memikat hati seseorang yang sedang kasmaran. Untaian katanya sangat indah dan makna yang terkandung begitu dalam. Alhasil puisi-puisi Jalaluddin Rumi masih dinikmati hingga saat ini. 

Berikut Popmama.com telah merangkum kumpulan puisi Jalaluddin Rumi cinta dan harapan yang begitu romantis.

1. Nyanyian Seruling Bambu

1. Nyanyian Seruling Bambu
Pexels/Dmytro Kormylets

Dengarkan nyanyi sangsai seruling bambu mendesah selalu  

Sejak direnggut dari rumpun rimbunnya dulu  

Alunan lagu pedih dan cinta membara  

Rahasia nyanyianku, meski dekat, tak seorang pun bisa mendengar dan melihat  

 Oh, andai ada teman tahu isyarat  

Mendekap dengan segenap jiwanya dengan jiwaku  

Ini nyala cinta yang membakarku, ini anggur cinta yang mengilhamiku  

Sudilah pahami betapa para pecinta terluka  

Dengar, dengarkanlah rintihan seruling!

2. Saatnya untuk Pulang

2. Saat Pulang
Pexels/Pixabay

Malam larut, malam memulai hujan  

Inilah saatnya untuk kembali pulang  

Kita sudah cukup jauh mengembara  

Menjelajah rumah-rumah kosong  

Aku tahu: teramat menggoda untuk ditinggalkan saja  

Aku tahu: bahkan lebih pantas untuk menuntaskan malam di sini bersama mereka  

Tapi aku hanya ingin kembali pulang  

Sudah kita lihat cukup destinasi indah  

Dengan isyarat dalam ucap mereka  

Inilah rumah Tuhan  

Melihat butir padi seperti perangai semut tanpa ingin memanennya  

Biar tinggalkan saja sapi menggembala sendiri  

Dan kita pergi ke sana; ke tempat semua orang sungguh menuju  

Ke sana, ke tempat kita leluasa melangkah telanjang

Editors' Pick

3. Aku Mencintaimu dalam Diam

3. Aku Mencintaimu dalam Diam
Freepik

Aku memilih mencintaimu dalam diam  

Karena dalam diam tak ada penolakan  

Aku memilih mencintaimu dalam kesepian  

Karena dalam kesepian tidak ada orang lain yang memilikimu, kecuali aku  

Aku memilih memujamu dari kejauhan  

Karena kejauhan melindungiku dari rasa sakit  

Aku memilih menciummu dalam angin  

Bukankah bibirku juga akan merasakan kelembutan dari angin?  

Aku memilih memilikimu dalam mimpi  

Karena dalam mimpiku kau takkan pernah berakhir  

Aku ingin melihatmu, tahu suaramu, mengenalimu ketika kau pertama kali datang mendekat  

Merasakan aromamu, ketika aku memasuki ruangan yang baru saja kau tinggalkan  

Mengetahui langkah tumitmu dan ayunan kakimu  

Menjadi hafal akan caramu mengerutkan bibirmu dan membiarkannya terbuka, sedikit terbuka  

Ketika aku mendekat dan mengecupmu  

Aku ingin merasakan kebahagiaan ketika kau berbisik… “lagi”

4. Pernyataan Cinta

4. Pernyataan Cinta
Pexels/cottonbro studio

Bila tak kunyatakan keindahan-Mu dalam kata, kusimpan kasihmu dalam dada  

Bila kucium harum mawar tanpa cinta-Mu, segera saja bagai duri bakarlah aku  

Meskipun aku diam tenang bagai ikan, tapi aku gelisah pula bagai ombak dalam lautam  

Kau yang telah menutup rapat bibirku, tariklah misaiku ke dekat-Mu  

Apakah maksud-Mu? Mana ku tahu?  

Aku hanya tahu bahwa aku siap dalam iringan ini selalu  

Kukunyah lagi memamah kepedihan mengenang-Mu  

Bagai unta memamah biak makanannya, dan bagai unta yang geram mulutku berbusa  

Meskipun aku tinggal tersembunyi dan tidak bicara, dihadirat kasih aku jelas nyata  

Aku bagai benih di bawah tanah, aku menanti tanda musim semi  

Hingga tanpa napasku sendiri aku dapat bernapas wangi

5. Suatu Fajar Bersama sang Rembulan

5. Suatu Fajar Bersama sang Rembulan
Pexels/lucaspezeta

Rembulan muncul di langit fajar. Mengambang turun ia, seraya menatapku.

Lalu, bagai seekor elang menyambar mangsanya, ia mencengkeramku dan menyeretku ke angkasa.

Walau kucoba sekuat tenaga, tak mampu aku melihat diriku sendiri.

Berkat keajaiban cahaya rembulan, telah lebur diriku kedalam jiwa murni.

Dalam bentuk itu lah pengelanaanku berlangsung, bersatu dalam cahaya tak-terbatas.

Lalu, rahasia dari pertunjukan abadi tergelar jelas di hadapanku.

Kesembilan sfera langit, terliputi oleh cahaya.

Wahana-jiwaku, melayang di Samudera tanpa pantai.

Tiba-tiba samudera wujud beralih bentuk menjadi gelombang demi gelombang.

Pikiran timbul: imaji bentuk bagai gelombang memecah di pantai.

Lalu semuanya kembali seperti semula: bersatu dalam jiwa yang murni.

Keberuntungan berupa penglihatan ini berasal dari Syamsudin al-Haqq dari Tabriz.

Tanpa kemurahannya, tak ada yang dapat menunggang rembulan atau menjadi samudera tanpa batas.

6. Terkecuali Cinta

6. Terkecuali Cinta
Freepik

Perhatikan lah dirimu sendiri: gemetar engkau, khawatir akan yang belum berwujud.

Ketahuilah, yang belum berwujud pun tengah khawatir, takut kalau Tuhan akan membuatnya berwujud.

Jika kau coba rengkuh keagungan duniawi, itu pun berasal dari kekhawatiran pula.

Semua hal, terkecuali cinta dari Yang Maha Indah, adalah penderitaan.

Sungguh suatu derita beranjak menuju kematian tanpa mereguk air kehidupan.

7. Harapan Telah Tiba

7. Harapan Telah Tiba
Pexels/Budgeron Bach

Wahai jiwaku, jangan lah berputus-asa, harapan telah datang.

Yang Maha Pengasih, harapan setiap jiwa, telah tampil dari semesta tak-nampak.

Janganlah berputus asa, walau Siti Maryam tak lagi genggam jemarimu, cahaya yang menarik Isa ke langit telah tiba.

Janganlah berputus asa, wahai jiwaku, walau pun gelap sumur-penjaramu kini, sang Raja yang membebaskan Yusuf telah datang.

Ya'qub telah membuka hijab uzlahnya. Yusuf yang menyingkap hijab Zulaikha telah tiba.

Itulah rangkuman terkait kumpulan puisi Jalaluddin Rumi cinta dan harapan yang terkesan begitu romantis.Semoga kumpulan puisi ini dapat menjadi inspirasi kamu dalam menulis puisi juga, ya. 

Baca juga:

The Latest