Siapa Nenek Maarten Paes Kiper Timnas? Benarkah Lahir di Kediri?

- Nenek Maarten Paes lahir di Kediri, Jawa Timur
- Nel Appels-van Heyst merupakan orang blijvers
- Nel Appels-van Heyst pernah jadi korban Perang Dunia II
Nama dari seorang kiper Timnas Indonesia akhir-akhir ini tengah menjadi perbincangan banyak orang. Kiper tersebut ialah Maarten Paes yang menjadi tambahan kekuatan untuk Timnas Indonesia.
Kehadiran Maarten dianggap sebagai suatu berkah bagi Timnas Indonesia, meskipun ia tidak memiliki keturunan Indonesia secara langsung.
Menariknya, meskipun kini ia menjadi WNI dan akan berstatus sebagai pemain naturalisasi, Maarten mempunyai nenek yang lahir dan dibesarkan di Indonesia. Penasaran dengan sosok neneknya gak, sih?
Berikut Popmama.com akan membagikan informasi untuk menjawab pertanyaan "siapa nenek Maarten Paes?" secara lebih detail.
Simak lengkap informasinya, ya!
1. Nenek Maarten Paes lahir di Kediri
-QsbrPllJcOlQYDZBuG5uCradOgTMLSuD.jpg)
Jika dikaitkan dengan Indonesia, Maarten Paes sebenarnya tidak mempunyai darah Indonesia. Ia memiliki ikatan dengan Indonesia karena neneknya adalah seorang perempuan Belanda kelahiran Pare, Jawa Timur.
Neneknya itu bernama Nel Appels-van Heyst dan lahir pada 20 Maret 1940. Hal ini juga diungkapkan oleh Dirjen Administrasi Hukum Umum Kemenkumham RI, Cahyo Rahadian Muzhar pada saat rapat kerja dengan Komisi III DPR RI pada 7 Maret 2024.
"Maarten Vincent Paes memiliki garis keturunan dari nenek yang lahir di Pare, Kediri, Jawa Timur, pada 20 Maret 1940," jelas Cahyo.
Nel Appels-van Heyst tinggal di Indonesia selama sekitar lima hingga enam tahun.
2. Nel Appels-van Heyst merupakan orang blijvers
-mMuTXsxb4Oz1I1qKN86fNJUhWrI2V9Az.jpg)
Diketahui bahwa kedua orangtuanya Nel Appels-van Heyst itu asli orang Belanda yang tinggal di Hindia Belanda. Nel Appels-van Heyst yang bukan orang asli Indonesia dan lahir di tanah air ini memiliki sebuah sebutan sendiri.
Sebutan itu adalah blijvers, istilah yang digunakan untuk menyebut orang-orang keturunan Eropa yang lahir dan tinggal di Indonesia pada masa ketika wilayah ini masih dikenal sebagai Hindia Belanda.
3. Nel Appels-van Heyst pernah jadi korban Perang Dunia II
-pVmCIpCXyVlYPDDjaUtVKZGpIl66WC8E.jpg)
Maarten Paes pernah berbagi cerita singkat tentang neneknya. Ia mengatakan bahwa neneknya pernah tinggal di Indonesia selama sekitar 5-6 tahun. Namun, neneknya menjadi korban saat Perang Dunia II berlangsung.
"(Nenek saya) lahir di sana (Indonesia), tinggal di sana selama 5-6 tahun. Lalu Perang Dunia II pecah dan kemudian dia selama beberapa tahun di kamp-kamp Spanyol-Jepang," jelasnya di sebuah video kanal YouTube FC Dallas.
Maarten juga mengungkapkan bahwa neneknya pindah ke Belanda dengan menaiki kapal setelah berada di kamp Spanyol-Jepang.
"Kemudian setelah itu, setelah beberapa tahun, dia kembali ke Belanda dengan menaiki sebuah kapal. Kemudian dia kembali untuk beberapa tahun, dan kemudian dia kembali ke Belanda," sambungnya.
Ia memahami bahwa pengalaman neneknya merupakan bagian dari sejarah. Ia menceritakan bahwa neneknya selalu mengenang waktu yang dihabiskan di Indonesia dengan rasa syukur, terutama masa sebelum perang.
4. Mamanya Nel Appels-van Heyst meninggal dunia ketika perang berlangsung

Nel Appels-van Heyst mengalami kisah memilukan saat menjadi korban perang. Ketika Perang Dunia II berlangsung, keluarga Nel Appels-van Heyst berada di kamp isolasi, dan sang mama (buyut Maarten Paes) meninggal di sana.
"Ketika waktu perang, dia kehilangan mamanya (buyut Maarten) di tempat perisolasian. Tapi ya, dia selalu berbicara dengan rasa hormat yang tinggi terhadap bangsa dan negara," ungkap Maarten.
5. Nel Appels-van Heyst dekat dengan sang cucu saat semasa hidup
-RbGYhYHoACXHROHQgkKS5jcHk5OvyGjI.jpg)
Sebagai seorang nenek, Nel Appels-van Heyst memiliki kedekatan dengan sang cucu, yakni Maarten Paes. Kehadiran Nel Appels memiliki pengaruh yang sangat besar dalam kehidupan cucunya itu.
Namun, Nel Appels kini telah meninggalkan dunia untuk selama-lamanya. Sang cucu, Maarten Paes, masih memiliki ingatan yang jelas tentang waktu-waktu yang dihabiskan bersama neneknya. Maarten Paes mengungkapkan jika dirinya sering dibuatkan makanan oleh sang nenek.
"Saya sangat-sangat dekat dengannya. Dia yang memasakkanku. Dia bahkan mengajariku cara memasak," ucap Maarten Paes.
6. Nenek dan orangtuanya menangis ketika Maarten Paes memutuskan untuk memperkuat Timnas Indonesia
-7up51Rd9iYPBJMXNXUJzXjIjnzRTVeex.jpg)
Sebelum memutuskan untuk membela Timnas Indonesia, Maarten Paes ternyata telah membahasnya dengan neneknya sebelum meninggal dunia. Maarten mengakui bahwa itu adalah percakapan terakhir yang mereka lakukan.
"Ya, itu adalah percakapan terakhir kami sebelum dia meninggal dunia. Kami membicarakan hal ini (naturalisasi), dan, ya, saya melihat dari senyum di matanya bahwa hal ini sangat berharga baginya," ungkapnya.
Maarten merasa bahwa membela Timnas Indonesia adalah sebuah kehormatan yang didedikasikan untuk neneknya yang lahir dan tumbuh di negara tersebut.
Sementara itu, Erick Thohir, Ketua Umum PSSI, pernah mengungkapkan reaksi keluarga Maarten Paes ketika dia meminta izin untuk proses naturalisasi menjadi WNI. Ia mengatakan bahwa keluarga Maarten sangat terharu hingga meneteskan air mata.
"Maarten Paes jauh-jauh dari Dallas dari Amerika Serikat, kiper utama FC Dallas. Ketika dia ketemu neneknya, orangtuanya untuk pamitan memperkuat tim Indonesia, nangis keluarganya. Jadi, dia memperkuat (Timnas Indonesia)," ucap Erick kepada awak media pada 8 Januari 2024.
Itulah informasi untuk menjawab pertanyaan soal "siapa nenek Maarten Paes?" yang berhasil dirangkum. Setelah mengetahui fakta di atas, ternyata Maarten Paes dan sang nenek memiliki kedekatan yang sangat lekat, ya.
FAQ Seputar Nenek Maarten Paes Kiper Timnas Indonesia
1. Apakah Maarten Paes pernah berkunjung ke tempat kelahiran neneknya di Kediri?
Belum ada catatan resmi bahwa Maarten sudah berkunjung langsung ke Kediri, tapi ia sempat mengatakan ingin datang ke sana untuk “melihat tempat di mana kisah keluarganya dimulai.”
2. Apakah neneknya bisa berbahasa Indonesia?
Ya, menurut wawancara keluarga, sang nenek sempat bisa berbahasa Melayu dasar (cikal bakal Bahasa Indonesia) karena masa kecilnya di Pare, Kediri, dikelilingi masyarakat lokal.
3. Apakah neneknya pernah kembali ke Indonesia setelah pindah ke Belanda?
Tidak, ia tidak pernah kembali karena kondisi politik dan keamanan pasca perang. Namun, ia selalu menyebut Indonesia sebagai “tempat yang meninggalkan kenangan hangat.”



















