Baca artikel Popmama lainnya di IDN App
For
You

Kenapa Payudara Keras saat Menyusui? Ini Penjelasannya!

ilustrasi payudara (freepik.com/stefamerpik)
ilustrasi payudara (freepik.com/stefamerpik)
Intinya sih...
  • Penumpukan ASI di dalam payudara dapat menyebabkan payudara terasa keras, penuh, dan nyeri. Mengatasi dengan menyusui sesuai permintaan bayi, menggunakan bra yang mendukung tapi tidak ketat, serta menghindari memompa secara berlebihan.
  • Saluran ASI yang tersumbat bisa menimbulkan benjolan kecil yang terasa nyeri dan hangat saat disentuh. Melancarkan saluran dengan melakukan pijatan lembut dari bagian yang keras ke arah puting, disertai kompres hangat sebelum menyusui.
  • Mastitis adalah kondisi ketika jaringan payudara mengalami peradangan akibat infeksi bakteri. Penting bagi Mama untuk tetap menyusui secara teratur, menjaga kebersihan puting, serta
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Saat masa menyusui, banyak Mama yang merasakan perubahan pada tubuh, termasuk bagian payudara. Salah satu keluhan yang sering muncul adalah payudara terasa keras, nyeri, atau tegang. Kondisi ini sering kali membuat Mama merasa jadi nggak nyaman dan khawatir, terutama bagi yang baru pertama kali menyusui.

Namun, sebenarnya payudara yang terasa keras saat menyusui merupakan hal yang umum terjadi dan bisa disebabkan oleh beberapa faktor. Penting bagi Mama untuk mengetahui penyebabnya agar dapat menangani dengan tepat dan tetap menjaga kenyamanan selama proses menyusui berlangsung.

Popmama.com sudah merangkum penyebab payudara keras saat menyusui. Yuk simak, Ma!

1. Penumpukan ASI di dalam payudara

ilustrasi payudara sakit dan bengkak (freepik.com/cookie_studio)
ilustrasi payudara sakit dan bengkak (freepik.com/cookie_studio)

Saat menyusui, banyak Mama yang merasakan payudara tiba-tiba terasa keras, penuh, dan nyeri. Kondisi ini dikenal sebagai engorgement, yaitu pembengkakan payudara akibat penumpukan ASI dan cairan di jaringan payudara. Dilansir dari Cleveland Clinic, kondisi ini umum terjadi beberapa hari setelah melahirkan, ketika tubuh mulai memproduksi ASI dalam jumlah banyak dan sedang menyesuaikan dengan kebutuhan bayi.

Penyebabnya bisa karena proses peningkatan produksi susu (lactogenesis), jarang menyusui, atau perubahan jadwal menyusui. Untuk mengatasinya, Mama dapat menyusui sesuai permintaan bayi agar payudara ak terlalu penuh, menggunakan bra yang mendukung tapi tidak ketat, serta menghindari memompa secara berlebihan karena bisa memicu produksi lebih banyak.

2. Saluran ASI yang tersumbat

ilustrasi ASI (ibu.sehati.co)
ilustrasi ASI (ibu.sehati.co)

Saluran ASI yang tersumbat terjadi ketika ASI tidak mengalir dengan lancar dari satu bagian payudara. Biasanya, hal ini disebabkan oleh tekanan dari bra yang terlalu ketat, posisi menyusui yang salah, atau payudara yang tidak dikosongkan dengan sempurna.

Dikutip dari Healthline, sumbatan ini bisa menimbulkan benjolan kecil yang terasa nyeri dan hangat saat disentuh. Area di sekitar benjolan juga bisa tampak kemerahan. Jika nggak segera diatasi, sumbatan bisa berkembang menjadi infeksi.

Mama bisa membantu melancarkan saluran dengan melakukan pijatan lembut dari bagian yang keras ke arah puting, disertai kompres hangat sebelum menyusui. Selain itu, pastikan posisi bayi sudah tepat agar ASI mengalir dengan baik, ya.

3. Infeksi payudara atau mastitis

ilustrasi mastitis (unsplash.com. Victoria Strukovskaya)
ilustrasi mastitis (unsplash.com. Victoria Strukovskaya)

Mastitis adalah kondisi ketika jaringan payudara mengalami peradangan akibat infeksi bakteri, biasanya melalui puting yang lecet atau luka kecil. Payudara yang terinfeksi akan terasa sangat nyeri, keras, panas, dan terkadang muncul garis kemerahan di kulit.

Dikutip dari WebMD, mastitis paling sering dialami oleh Mama yang baru mulai menyusui, terutama jika payudara tidak dikosongkan dengan baik atau jika saluran ASI tersumbat. Gejalanya dapat mencakup demam tinggi, menggigil, dan kelelahan.

Untuk mencegah mastitis, penting bagi Mama untuk tetap menyusui secara teratur, menjaga kebersihan puting, serta menggunakan bra yang nyaman. Jika gejala nggak membaik dalam 24–48 jam, segera konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan penanganan.

4. Perubahan hormon pascamelahirkan

ilustrasi ibu merawat bayi(pexels.com/RDNE Stock project)
ilustrasi ibu merawat bayi(pexels.com/RDNE Stock project)

Setelah melahirkan, tubuh Mama akan mengalami perubahan besar pada kadar hormon, terutama estrogen dan progesteron. Perubahan ini bisa menyebabkan payudara terasa lebih keras dan sensitif karena jaringan kelenjar sedang menyesuaikan diri dengan produksi ASI.

Dilansir dari Cleveland Clinic, kondisi ini biasanya bersifat sementara dan akan berangsur membaik ketika ritme menyusui mulai stabil. Selama masa adaptasi ini, Mama disarankan mengenakan bra khusus menyusui yang mendukung payudara dengan lembut, serta menghindari tekanan berlebih pada dada. Menyusui secara rutin juga dapat membantu tubuh beradaptasi dan mengurangi rasa tidak nyaman.

5. Posisi menyusui yang nggak tepat

ilustrasi posisi menyusui bayi (pexels.com/Greta Fotografía)
ilustrasi posisi menyusui bayi (pexels.com/Greta Fotografía)

Posisi menyusui yang nggak tepat dapat membuat sebagian payudara tidak dikosongkan sepenuhnya. Akibatnya, ASI bisa tertinggal dan menyebabkan area tertentu menjadi keras dan nyeri. Hal ini sering terjadi jika bayi tidak menempel dengan baik pada payudara atau jika Mama terlalu sering menyusui hanya dari satu sisi.

Dilansir dari La Leche League International, penting bagi Mama untuk memastikan posisi si Kecil ketika menyusui sudah benar dan menempel sempurna di payudara Mama. Selain itu pastikan bibirnya terbuka lebar mengisap sebagian besar areola, bukan hanya puting. Dengan posisi yang tepat, aliran ASI akan lebih lancar, si Kecil bisa menyusu lebih efektif, dan Mama terhindar dari pembengkakan atau rasa nyeri di payudara.

6. Produksi ASI berlebih (oversupply)

ilustrasi ibu menyusui (pexels.com/MART  PRODUCTION)
ilustrasi ibu menyusui (pexels.com/MART PRODUCTION)

Beberapa Mama memiliki produksi ASI yang sangat melimpah, bahkan lebih banyak dari kebutuhan bayi. Walau terkesan menguntungkan, kondisi ini justru dapat menyebabkan payudara terasa keras, nyeri, dan cepat bengkak. Selain itu, aliran ASI yang terlalu deras bisa membuat bayi tersedak atau sulit menelan.

Dilansir dari Healthline, salah satu cara mengatasi produksi ASI berlebih adalah dengan teknik “block feeding”, yaitu menyusui dari satu sisi payudara selama beberapa jam sebelum berganti sisi. Dengan begitu, tubuh Mama akan menyesuaikan produksi sesuai kebutuhan bayi. Selain itu, hindari memompa ASI terlalu sering tanpa alasan medis, karena hal itu dapat memberi sinyal ke tubuh untuk terus memproduksi ASI lebih banyak.

Payudara yang terasa keras saat menyusui adalah hal yang umum terjadi dan sering kali menjadi tanda bahwa tubuh Mama sedang menyesuaikan diri dengan kebutuhan si Kecil. Dengan menjaga jadwal menyusui yang teratur, memastikan posisi pelekatan bayi sudah benar, serta melakukan perawatan sederhana seperti kompres hangat dan pijatan lembut, rasa tidak nyaman bisa berkurang secara perlahan.

Jika kondisi juga nggak segera membaik, jangan ragu mencari bantuan dari tenaga medis atau konsultan laktasi ya, Ma. Menyusui seharusnya menjadi momen hangat dan menyenangkan antara Mama dan si Kecil, bukan sumber stres atau rasa sakit.

Dengan perhatian dan perawatan yang tepat, Mama bisa kembali menyusui dengan nyaman dan tenang.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Onic Metheany
EditorOnic Metheany
Follow Us

Latest in Pregnancy

See More

7 Penyakit Pemicu Keguguran saat Hamil, Waspada Infeksi TORCH

09 Nov 2025, 12:38 WIBPregnancy