Baca artikel Popmama lainnya di IDN App
For
You

Benarkah Stres pada Papa Bisa Memengaruhi Perkembangan Janin?

laki-laki pegang kepala stres
Pexels/Andrea Piacquadio
Intinya sih...
  • Stres pada laki-laki bisa memengaruhi otak janin karena perubahan genetik sperma
  • Materi genetik dalam sperma ikut terbawa dan memengaruhi embrio.
  • MicroRNA dalam sperma diyakini memengaruhi pembentukan hipotalamus.

Kehamilan kerap dikaitkan dengan peran dan kondisi fisik maupun mental mama. Namun, siapa sangka, kondisi seorang papa juga bisa berdampak pada janin yang sedang berkembang.

Ada beberapa penelitian ilmiah yang menunjukkan mengenai hal ini. Bahwa stres yang dialami papa bisa memengaruhi perkembangan otak bayi di masa depan.

Stres tingkat tinggi pada papa dapat menyebabkan perubahan genetik dalam sperma, yang kemudian memengaruhi cara janin merespons stres setelah lahir.

Berikut Popmama.com rangkum soal stres pada papa bisa memengaruhi perkembangan janin.

1. Stres pada papa bisa memengaruhi otak janin

laki-laki pegang kepala stres
Pexels/Nathan Cowley

Sebuah penelitian dari University of Maryland School of Medicine mengungkapkan bahwa stres berat yang dialami papa sebelum terjadi pembuahan bisa berdampak negatif pada perkembangan otak anak. Hal ini tak hanya berlaku saat masa kehamilan, tapi juga sebelum istri dinyatakan hamil.

Ini menandakan bahwa peran papa sejak sebelum kehamilan sangat penting. Ini menunjukkan bahwa stres pada papa dapat mengubah aspek penting dalam sperma, yang kemudian memengaruhi perkembangan otak anak.

2. Hormon stres pada pada papa bisa mengubah sperma

laki-laki pegang kepala stres
Pexels/Tim Gouw

Tidak hanya itu, masih dari penelitian yang sama dari University of Maryland School of Medicine menemukan bahwa hormon stres glukokortikoid yang mengubah aspek penting dalam sperma. Hormon tersebut mengubah materi genetik dalam vesikel kecil di saluran reproduksi laki-laki.

Materi genetik yang berubah ini kemudian terbawa dalam sperma dan dapat memengaruhi respons stres anak di masa depan, seperti yang sudah disinggung sebelumnya.

3. Materi genetik ikut terbawa sperma, lho!

ilustrasi sperma (freepik.com/freepik)
ilustrasi sperma (freepik.com/freepik)

Masih ada lanjutan dari penelitian ini. Hormon stres glukokortikoid terjadi dalam vesikel kecil di saluran reproduksi yang menjadi tempat sperma matang. Vesikel ini ikut bergabung dengan sperma saat proses pembuahan, sehingga perubahan genetik akibat stres kemungkinan ikut terbawa ke dalam tubuh janin.

Materi genetik dari vesikel ini akan memengaruhi embrio sejak awal. Dengan kata lain, kondisi psikologis laki-laki sebelum kehamilan dapat menjadi salah satu faktor risiko perkembangan janin, terutama yang berkaitan dengan sistem saraf.

Penelitian tersebut dipresentasikan pada pertemuan tahunan American Association for the Advancement of Science 2018 di Austin, Texas. Penelitian tersebut didasarkan pada studi tikus sebelumnya yang menunjukkan bahwa stres dapat mengubah produksi microRNA dalam sperma.

4. MicroRNA berperan dalam respons stres anak kelak

Ilustrasi pria sedang stress (unsplash.com/ahmad gunnaivi)
Ilustrasi pria sedang stress (unsplash.com/ahmad gunnaivi)

Di atas disinggung mengenai produksi microRNA yang berperan. Penelitian ini dilakukan oleh Tracy Bale di University of Pennsylvania pada tahun 2015 yang menemukan bahwa stres dapat meningkatkan kadar microRNA dalam sperma.

MicroRNA adalah molekul kecil yang berperan dalam mengatur bagaimana gen diubah menjadi protein. Ini berdampak pada perkembangan struktur dan fungsi otak bayi.

Penelitian menunjukkan bahwa tikus jantan yang terpapar stres memproduksi sperma dengan kandungan microRNA lebih tinggi. Akibatnya, keturunan dari tikus tersebut menunjukkan respons stres yang lebih rendah. Artinya, kondisi genetik yang diturunkan bisa mengubah cara anak menghadapi tekanan sejak kecil.

5. Respons stres bayi bisa berubah sejak dalam kandungan

Ilustrasi foto perkembangan janin (freepik.com/prostooleh)
Ilustrasi foto perkembangan janin (freepik.com/prostooleh)

Dikutip dari Motherly dan The Guardian, bahwa MicroRNA dalam sperma diyakini memengaruhi pembentukan hipotalamus. Itu adalah bagian otak yang berfungsi mengatur respons tubuh terhadap stres.

Bila ada perubahan dalam struktur hipotalamus, maka respons stres anak bisa berbeda dari anak-anak lain yang ayahnya tidak mengalami stres berat.

"Hipotalamus, bagian otak yang menentukan respons stres, telah terhubung secara berbeda," kata Tracy Bale, peneliti dari University of Pennsylvania mengutip Motherly.

Ini menyimpulkan kalau apa yang dikonsumsi atau dialami laki-laki (objek penelitian tikus jantan) dalam hidupnya bisa memengaruhi kondisi genetisnya dengan efek yang bertahan lama.

Bukan hanya stres, bahkan tantangan lain seperti pola makan juga dapat berdampak serupa.

Itulah tadi penjelasan soal stres pada papa bisa memengaruhi perkembangan janin. Semoga menjadi tambahan informasi berguna, ya!

Share
Topics
Editorial Team
Wahyuni Sahara
EditorWahyuni Sahara
Follow Us