6 Fakta Mikrosefali dan Cara Pencegahannya Sejak Masa Kehamilan

Berikut 6 fakta penting tentang mikrosefali yang perlu Mama ketahui.

14 Maret 2019

6 Fakta Mikrosefali Cara Pencegahan Sejak Masa Kehamilan
Unsplash/Kelly Sikkema

Mikrosefali atau mikrosefalus adalah sebuah kondisi langka yang dialami bayi dengan kepala berukuran lebih kecil daripada ukuran kepala bayi normal. Umumnya, ukuran otak turut menyusut dan tidak berkembang sempurna begitu bayi lahir. Semakin lama penyusutan bisa terus terjadi dan ukuran kepala pun semakin kecil.

Bayi baru lahir bisa mengalami kondisi ini. Namun, bisa juga dialami bayi normal pada tahun-tahun pertama masa tumbuh kembangnya lho, Ma.

Penyebab mikrosefali beragam, tetapi kerap terjadi akibat perkembangan otak yang tidak normal. Awal mula gangguan perkembangan tersebut sangat mungkin dialami saat Mama sedang hamil.

Maka, Mama perlu mengetahui 6 fakta penting terkait mikrosefali. Berikut Popmama.com merangkumnya khusus untuk Mama.

1. Terjadi pada 2 hingga 12 bayi dari 10.000 kelahiran bayi

1. Terjadi 2 hingga 12 bayi dari 10.000 kelahiran bayi
cdc.gov
Ukuran kepala bayi mikrosefali

Sebuah data penelitian dari Birth Defects Research (Part A): Clinical and Molecular Teratologypada tahun 2013 mengungkapkan, pada kurun waktu 2006-2010 di Amerika Serikat kasus mikrosefali dialami oleh 2 hingga 12 bayi dari 10.000 kelahiran bayi.

Artinya, penyakit ini merupakan suatu kondisi langka yang mungkin dialami seorang bayi. Meski langka, selalu ada kemungkinan gangguan tersebut terjadi pada bayi. Maka, Mama perlu menjaga kesehatan kandungan sejak hamil untuk mengantisipasi kemungkinan gangguan perkembangan bayi di kemudian hari.

2. Deteksi dini mikrosefali pada masa kehamilan

2. Deteksi dini mikrosefali masa kehamilan
Unsplash/Michalina

Diagnosis mikrosefali memang baru bisa ditegakkan dokter melalui pemeriksaan fisik saat bayi dilahirkan. Namun, deteksi dini sudah bisa dilakukan pada masa kehamilan kok, Ma.

Itulah mengapa pemeriksaan USG penting. Pemeriksaan USG guna mendeteksi mikrosefali dapat dilakukan dokter ketika usia kehamilan Mama mencapai akhir trimester ke-2 atau awal trimester ke-3.

Diagnosis itu dilanjutkan dengan mengukur lingkar kepala bayi dalam waktu kurang dari 24 jam sejak bayi lahir.

Jika dokter mencurigai kondisi langka tersebut, pemeriksaan lanjutan harus dilakukan untuk memastikannya. Beberapa yang kerap dilakukan antara lain, MRI, CT scan, tes darah, dan foto rontgen.

Editors' Pick

3. Penyebab mikrosefali bukan hanya virus zika

3. Penyebab mikrosefali bukan ha virus zika
Pixabay/Rawpixel

Mama tahu kanvirus zika pernah jadi perbincangan saat merebak beberapa tahun lalu di kawasan Amerika Latin? Ya, virus zika yang menginfeksi ibu hamil memang menjadi salah satu penyebab bayi mengidap mikrosefali.

Akan tetapi, bukan hanya virus zika, Ma. Infeksi lain pada ibu hamil, seperti toksoplasmosis, infeksi parasit akibat makan daging belum matang, rubella, herpes, sifilis, dan HIV juga dapat meningkatkan risiko mikrosefali pada bayi.

Selain itu, penyebab mikrosefali lainnya yang ditemukan para ahli adalah:

  • Faktor kelainan genetik, misalnya sindrom down
  • Cedera otak, contoh akibat janin kekurangan pasokan oksigen
  • Janin mengalami malnutrisi parah
  • Paparan zat berbahaya, seperti logam, alkohol, radiasi, NAPZA, atau rokok.

4. Bayi mikrosefali bisa mengalami gangguan perkembangan lain

4. Bayi mikrosefali bisa mengalami gangguan perkembangan lain
Unsplash/Picsea

Dilansir dari situs CDC, bayi yang mengidap mikrosefali bisa mengalami gangguan perkembangan lain pada masa tumbuh kembangnya. Berikut beberapa yang bisa Mama waspadai:

  • Kejang
  • Keterlambatan perkembangan pada beberapa milestone tumbuh kembang anak, seperti lambat berbicara, lambat duduk, berdiri, dan berjalan
  • Kemampuan untuk belajar dan melakukan tugas sehari-hari menurun (intellectual disability)
  • Gangguan dalam keseimbangan tubuh dan pergerakan
  • Gangguan makan   
  • Gangguan pendengaran dan penglihatan

Tingkat gangguan tersebut bisa dari ringan hingga berat, tetapi biasanya terjadi seumur hidup. Semua berpangkal pada ukuran otak bayi cenderung kecil dan tidak berkembang sempurna.

5. Kondisi mikrosefali menetap seumur hidup

5. Kondisi mikrosefali menetap seumur hidup
Unsplash/Aditya Romansa

Mendeteksi bayi mikrosefali tidak mudah, meski bisa dilakukan sejak dalam kandungan. Namun, kondisi ini akan menetap seumur hidup. Belum ada pengobatan atau terapi standar yang bisa mengobati penyakit ini.

Penanganan tepat juga bergantung pada tingkat keparahan mikrosefali. Bayi dengan mikrosefali ringan tidak mengalami masalah lain selain ukuran kepala kecil. Namun, perlu check-up rutin untuk memantau tumbuh kembangnya.

Bayi dengan tingkat mikrosefali parah perlu terapi lebih intensif, untuk memaksimalkan kemampuan fisik dan intelektualnya.

Intervensi awal yang biasa dilakukan adalah terapi bicara, terapi fisik, dan pemberian obat-obatan untuk mengendalikan gejala kejang dan meningkatkan fungsi saraf dan otot.

6. Cara mencegah mikrosefali sejak masa kehamilan

6. Cara mencegah mikrosefali sejak masa kehamilan
Unsplash/Katie Smith

Bagi Mama yang sedang hamil, beberapa langkah sederhana ini bisa menekan risiko terjadinya mikrosefali pada janin.

  • Menjaga kebersihan tangan
  • Mengonsumsi makanan sehat dan vitamin selama mengandung
  • Memakai losion antinyamuk, terutama jika Mama tinggal di daerah yang banyak nyamuk
  • Menghindari paparan zat kimia berbahaya
  • Tidak minum minuman beralkohol dan mengonsumsi NAPZA.

Demikian 6 fakta penting tentang mikrosefali termasuk cara pencegahannya yang perlu Mama ketahui sejak masa kehamilan. Selalu jaga kesehatan dalam kondisi apapun ya Ma, terutama jika sedang hamil. Semua demi kebaikan bayi dalam kandungan dan juga Mama.

Baca juga:

The Latest