5 Kisah Perjuangan Perempuan yang Merasa Kesepian Selama Kehamilan

Sedih dan salut!

26 Desember 2019

5 Kisah Perjuangan Perempuan Merasa Kesepian Selama Kehamilan
Freepik

Perubahan hormon saat hamil kadang membuat perempuan memiliki pribadi yang berbeda dari sebelumnya. Ada hal yang cenderung jadi lebih sensitif.

Tidak hanya itu, sebagian kesulitan berkomunikasi dan bersosialisasi. 

Sebenarnya kehamilan tidak merusak diri kamu, hanya kadang ada "bawaan hamil" yang agak sulit dikontrol dan itu terjadi begitu saja.

Kadang membuat kita jadi jauh dari lingkungan sendiri. Bahkan beberapa ibu hamil berikut ini bercerita tentang perjuangan mereka melawan rasa kesepian selama kehamilannya. 

Mereka merasa itu bukan diri mereka namun selama menjalani kehamilan, semua terasa rumit dan sulit untuk mencari solusi sampai akhirnya mereka merasa sendiri dan sebagian merasa depresi.

Berikut kisah yang telah Popmama.com rangkum untuk kamu simak.

1. Hamil di usia muda

1. Hamil usia muda
Freepik

Aku menikah di usia 22 tahun, dan hamil anak pertama setahun kemudian. Saat menjalani kehamilan yang semakin besar, suamiku jadi jarang bicara denganku.

Aku berpikir mungkin itu perasaan aku saja. Sampai akhirnya aku konfrontir suamiku dan menanyakan kenapa dia jadi jarang bicara, cuek dan sangat berubah.

Tidak banyak kata yang dia keluarkan dan akhirnya dia malah marah. 

Aku merasa diabaikan, tidak mendapat perhatian dan merasa hamil ini hanya aku yang susah payah menjaganya. Aku merasa ini nggak adil.

Sampai akhirnya setelah hamil lebih dari 5 bulan, aku merasa ada yang menendang perutku. Bayi di dalam perutku seperti mengingatkan aku kalau aku nggak sendiri. Bayi ini benar-benar memberikan kekuatan. - Grace, 25 tahun.

Editors' Pick

2. Tidak pernah dibelikan susu atau sekadar diperhatikan

2. Tidak pernah dibelikan susu atau sekadar diperhatikan
Freepik/Jcomp

Kata orang kalau sedang hamil itu harus konsumsi makanan sehat, jangan makan mie instan dan minum vitamin dari dokter. 

Aku berusaha untuk melakukan hal tersebut demi kesehatan aku dan janin. Sayangnya, suamiku tidak merasa dia juga harus usaha biar kebutuhan aku sebagai ibu hamil bisa terpenuhi.

Aku harus teliti, semua aku upayakan sendiri. 

Suami aku juga nggak pernah belikan susu ibu hamil. Vitamin dari dokter juga biasanya aku minum atas kesadaran aku sendiri. Nggak pernah dia nanya atau ingatkan aku.

Aku merasa sepertinya bayi yang ada di perut cuma punya aku sendiri. Aku juga nggak pernah diperlakukan beda di tempat kerja. Beban kerjaku nggak ada yang berubah.

Ternyata dengan tingkat lelah yang sama, tapi aku menjalani kehamilan yang serba sendiri lama-lama bisa membuat sakit kepala. 

Aku benar-benar merasa selama masa kehamilan adalah masa yang berat. Aku merasa semua serba sendiri. 

Aku sempat merasa nggak dibutuhkan. Merasa percuma. Sampai akhirnya aku pendarahan di saat hamil tua. Aku merasa bayi ini satu-satunya yang bisa menemani aku. Aku berjuang untuk tidak kehilangan dia. 

Aku hidup seperti biasa. Tapi aku berusaha untuk selalu berpikiran positif. Biar aku bisa lebih happy. 

Kebahagiaan itu bukan dari orang lain, tapi kita yang menciptakannya sendiri. - Nanu, 27 tahun.

3. Serba salah, ibu mertuaku adalah salah satu tantangan bagiku

3. Serba salah, ibu mertuaku adalah salah satu tantangan bagiku
Freepik/tirachardz

Aku dan suami bekerja, hubungan kami sangat baik meski nggak punya waktu bersama. Pas aku hamil, kami bersyukur akhirnya bisa diberikan kepercayaan dari Yang Maha Kuasa. 

Pas saya hamil 3 bulan, suami saya kena pengurangan pegawai. Usia dia belum terlalu tua, baru 35 tahun ya tapi susah juga ternyata cari kerjaan yang baru.

Biasa ada 2 orang yang mendapat penghasilan, lalu akhirnya hanya aku yang kerja. Semua secara finansial jadi berubah. Suami aku juga nggak punya banyak tabungan. Uangnya hanya cukup untuk makan sehari-hari sampai 2 bulan ke depan.

Sisanya untuk periksa ke dokter harus pakai uangku sendiri dan persalinan aku harus pikirkan lagi, padahal tadinya ada asuransi dari kantor suami. Tapi itu semua kandas.

Saat membicarakan tentang persalinan, ibu mertuaku selalu menyebutkan sederet rumah sakit yang mahal-mahal. Katanya anak pertama, usia aku tidak terlalu muda, jadi pilih yang bagus. 

Memang benar yang beliau ucapkan, tapi kondisinya aku sedang sulit. Tidak ada yang menyangka bakal seperti ini. 

Suami aku pun seakan pro dengan ucapan ibunya. Aku heran, kenapa dia tidak bisa mengerti tentang kondisi yang kami alami di rumah tangga kami.

Pernah satu kali sudah jadwal periksa bulanan, tapi uang ku terpakai karena ada kebutuhan mendadak lainnya. Aku tidak punya biaya untuk cek bulanan. 

Aku juga sakit saat itu. Tubuhku demam, dan rasanya seluruh badan nyeri semua.

Suamiku tidak bisa membantu, bahkan dia juga tidak berusaha meminjam ke ibu mertua. Sedih sekali karena dalam hatiku terus berkata, kalau ibuku masih ada pasti tidak akan sesulit ini.

Aku juga sudah tidak muda lagi. Masa uang untuk cek kehamilan saja tidak punya. Akhirnya aku yang sedang demam dan hamil tua hanya berbaring di kamar.

Ibu mertua datang membesuk, tak disangka ia malah memarahi aku sambil mengajak aku berobat ke rumah sakit. 

Suamiku tidak membela atau berkata apa pun. Dia hanya membereskan baju karena hari itu tiba-tiba aku kontraksi.

Bukan kontraksi palsu, ternyata aku melahirkan lebih maju dari hari prediksi kelahiran yang semestinya. Bersyukur aku melahirkan normal.

Biaya 6 juta dibayar oleh ayah mertuaku. Aku berhutang budi, dia menanggung hidupku dan anak aku saat itu. - Zara, 33 tahun.

4. Menjalani kehamilan sendiri

4. Menjalani kehamilan sendiri
Freepik/yanalya

Saya benar-benar menjalani kehamilan saya sendirian. Suami saya tidak ada, dia tugas berlayar selama 18 bulan. 

Saat saya hamil memasuki usia kehamilan 6 bulan, saya merasa orang-orang tidak ada yang menengok saya lagi. Teman-teman saya juga seperti malas dan menghindari saya.

Mereka memang kebanyakan perokok, mungkin sulit jika bergaul dengan ibu hamil. Terlalu banyak alasan setiap diajak bertemu. 

Saya punya banyak waktu luang, tapi tidak tahu mau mengerjakan apa. Saya tinggal di rumah mama saya. Keluarga saya bilang sibukkan diri agar tidak stres dan kurang kerjaan. 

Saya kesepian. Saya mulai bicara sendiri saat itu. Tapi semakin lama saya sadar, di dalam perut saya ini ada kehidupan. Berarti ada makhluk lain yang sedang berjuang untuk hadir ke bumi dan akan bertemu dengan saya.

Untuk itu saya bertahan. Saya ingin bertemu dengan makhluk kecil yang sudah berjuang untuk bertemu dengan saya. - Tara, 24 tahun.

5. Selalu saja perempuan yang salah

5. Selalu saja perempuan salah
Freepik/Jcomp

Suami saya lebih banyak menghabiskan waktu dengan teman-temannya dan hang bikin saya terganggu dia sering pulang malam.

Saat libur kerja, dia hanya tidur seharian dan bangun hanya untuk makan dan main game online. 

Saya tidak jarang menemukan dia pulang dalam keadaan mabuk. Apakah dia mencari hiburan lain? Saya kurang paham.

Kalau saya bilang untuk perhatikan saya secara lebih layak karena saya sedang mengandung, dia akan marah dan mengatakan kalau saya nggak berguna.

Saya dan suami akhirnya jarang komunikasi, kami juga jarang melakukan hubungan seks bahkan hampir tidak sama sekali. 

Setiap dia pulang malam, mabuk, dan melihat saya seperti makhluk jelek yang sangat mengganggunya. Saya malah berpikir liar dia habis bertemu dengan seorang perempuan lain yang berbahaya, berbahaya untuk hubungan saya dan suami saya. 

Saya jadi jijik justru tidak ingin berada di dekatnya. 

Tapi kalau saya menghindar, dia mencari saya dan saya tidak langsung menemuinya, dia akan marah bahkan bisa marah besar sampai kata-katanya bisa sangat menyakiti hati saya. 

Saya merasa tidak berguna, bingung mau cerita ke siapa, saya merasa sendiri.

Akhirnya saya sadar dan berpikir untuk fokus pada persiapan persalinan dan tidak peduli suami saya mau seperti apa, hal yang terpenting saya dan bayi dalam kandungan sehat. - Kirana, 28 tahun.

Itulah kisah perjuangan para ibu hamil yang merasa kesepian selama menjalani masa kehamilannya. Emosi yang banyak terkuras, dan air mata yang keluar merupakan perjuangan dan pengorbanan seorang ibu hamil yang memiliki tekad besar untuk tetap melanjutkan hidup demi ingin bertemu dengan bayinya.

Baca juga:

The Latest