TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA

Waspada, 5 Penyakit Anak Pesantren yang Sering Ditemui!

Lingkungan yang kurang bersih hingga tekanan yang dihadapi anak dapat memunculkan beberapa penyakit

Freepik/rawpixel.com

Ketika anak menjalani masa pendidikan di pesantren, tidak hanya belajar agama yang menjadi fokus utama, namun juga penting untuk memperhatikan kesejahteraan dan kesehatannya. 

Menyadari bahwa lingkungan pesantren seringkali berbeda dari rumah, baik dari segi pola makan, kebersihan, hingga tingkat stres yang mungkin dialami, sebagai orangtua, memahami dan mengantisipasi kemungkinan penyakit yang sering muncul menjadi hal yang sangat penting. 

Dari gatal-gatal hingga masalah pernapasan, setiap penyakit memiliki dampak yang dapat mengganggu proses belajar dan tumbuh kembang anak.

Oleh karena itu, penting bagi orangtua untuk mengetahui bagaimana cara mengatasi dan mencegahnya agar anak dapat tetap fokus pada pendidikannya dengan nyaman dan sehat

Berikut ini Popmama.com telah merangkum penyakit anak pesantren yang seringkali ditemui. Simak selengkapnya.

1. Gatal-gatal dan scabies

Freepik

Penyakit scabies paling sering dan paling banyak terkena anak pesantren. Bahkan ada ungkapan bahwa, “Belum afdal bagi seorang anak pesantren apabila belum pernah terkena scabies.”

Penyebab penyakit ini sering ditemui pada anak pesantren ialah kurangnya menjaga kebersihan. Penyakit gatal dan timbul bentol-bentol merah di kulit ini disebabkan oleh kutu yang bernama Sarcoptes scabie

Penyebab munculnya kutu ini bisa dikarenakan tempat tidur yang jarang dibersihan atau dijemur, handuk yang dipakai bergilir, hingga saling pinjam pakaian.

Jika anak mengalami scabies, sebisa mungkin jangan di garuk-garuk. Carilah penyebab gatal, jika alergi terhadap sesuatu maka jauhi allergen tersebut. Keringkan keringat, gunakan bedak tabur untuk memberikan cooling effect. Segera konsultasikan ke dokter.

2. Dermatitis

Freepik

Dermatitis adalah peradangan atau iritasi di kulit yang umumnya ditandai dengan gatal, kering, dan kemerahan. Penyakit ini terjadi akibat reaksi alergi. Dermatitis juga terbagi menjadi banyak jenis.

Penyebab dermatitis pada anak pesantren adalah faktor lingkungan. Misalnya paparan asap rokok, asap kendaraan, bulu hewan peliharaan, serbuk sari, dan debu juga dapat mengakibatkan dermatitis.

Kemudian, dermatitis juga bisa terjadi apabila kulit terpapar bahan kimia atau iritan. Contohnya, dermatitis kontak iritan bisa terjadi jika tangan terpapar deterjen akibat mencuci baju saat berada di pesantren.

Pengobatan dermatitis sendiri bisa disesuaikan dengan gejala yang dialami anak dan penyebabnya. Apabila ruam akibat dermatitis yang terus menerus digaruk menyebabkan komplikasi berupa luka terbuka, perlu diambil tindakan lebih lanjut dengan konsultasikan ke dokter sebelum semakin parah.

3. Sesak napas

Freepik

Penting untuk diingat bahwa sesak napas dibagi menjadi dua, yaitu sesak napas patogenik (karena penyakit) dan sesak napas psikogenik. Sesak napas psikogenik disebabkan oleh psikologis seperti stress, kaget, dan depresi. Sesak napas semacam ini tidak akan mempan apabila diberikan obat anti sesak atau obat asma.

Anak pesantren cenderung mengalami sesak napas psikogenik. Hal ini bisa disebabkan oleh tekanan yang ia alami selama di pesantren. Stres yang terus-menerus terjadi tersebut dapat menyebabkan sesak napas.

Apabila anak mengalami sesak napas, segera ditenangkan, ganti suasana, pindah tempat, hingga dengarkan curhatnya dan alihkan perhatian dengan obrolan ringan. Jika perlu, berikan obat penenang atas instruksi dokter.

4. Influenza

Freepik

Penyakit ini sangat mudah ditemui pada anak pesantren. Kondisi pesantren  yang padat menjadi alasan utama. Penularan influenza pun juga tergolong cepat. Ditambah juga turunnya daya tahan tubuh karena stres, dingin, perubahan cuaca, kurang gizi, kecapekan, dan sebagainya.

Jika anak sering terkena influenza pada saat di pesantren, orangtua perlu untuk menyuruhnya meminum banyak cairan, terutama air putih dan jus buah. Jika anak sedang pulang ke rumah, Mama bisa membuatkan sup sayuran dengan bumbu bawang putih yang mengandung bahan kimia yang berfungsi sebagai antimikroba, antivirus, dan antiprotozoa.

Orangtua juga bisa memberikan anak suplemen vitamin C untuk menjaga daya tahan tubuhnya saat di pesantren nanti, sehingga anak tidak mudah terserang penyakit.

5. Maag

Freepik

Gastritis atau maag pada anak pesantren umumnya terjadi karena terlambat makan. Dalam beberapa situasi, anak bahkan malas untuk makan karena antrian makan yang panjang. Selain itu, aktivitas anak yang padat saat di pesantren juga terkadang membuat anak lupa untuk makan.

Perlu diingat bahwa pola makan yang tidak teratur dapat menyebabkan dampak negatif pada tumbuh kembang anak, seperti gangguan pertumbuhan fisik hingga gangguan kognitif.

Tumbuh kembang anak ditentukan dari asupan gizi yang didapatkan oleh anak setiap harinya. Untuk itu, sangat penting untuk memastikan anak selalu menjalankan pola makan yang sesuai dan tepat dengan pertumbuhannya.

Saat anak kembali ke rumah dari pesantren, orangtua perlu mengingatkan anak akan pentingnya mengatur pola makan. Ajarkan anak untuk tetap makan meskipun ia mungkin merasa malas. Selanjutnya, saat di rumah, Mama bisa membuatkan menu makanan yang bergizi dan buah-buahan segar untuk anak.

Itulah beberapa penyakit anak pesantren yang seringkali ditemui. Dengan memahami dan mengantisipasi berbagai penyakit yang sering muncul pada anak pesantren serta langkah-langkah penanganannya, orangtua dapat memberikan perlindungan yang lebih baik bagi kesehatan anak.

Baca juga:

The Latest