TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA

Mengenal Hepatitis B, Penyakit yang Bisa Menular saat Berhubungan Seks

Pahami terkait hepatitis B, mulai dari faktor pemicu dan gejala-gejalanya!

infectiousdiseaseadvisor.com

Lever atau hati memang termasuk organ penting di dalam tubuh yang berfungsi untuk menyaring zat asing serta racun dari darah. Hanya saja, fungsinya menjadi tidak optimal apabila organ hati mengalami peradangan akibat infeksi virus hepatitis (HBV). 

Hepatitis B termasuk salah satu gangguan yang dapat menyebabkan organ hati mengalami peradangan. 

Hepatitis B adalahinfeksi yang menyebabkan kerusakan dan peradangan pada organ hati. Apabila tidak ditangani dengan baik, maka peradangan pada organ hati dapat bisa mengarah ke komplikasi yang lebih serius. Seseorang yang memiliki penyakit hepatitis B dapat memicu kerusakan pada fungsi hati secara total, sirosis, kanker hati, bahkan tak jarang dapat menyebabkan kematian. 

Hepatitis B yang menyerang organ hati ini memang cukup ditakuti banyak orang karena virusnya dapat menular. Penularan virus dapat terjadi ketika melakukan hubungan seksual tanpa kondom dan saling berbagi jarum suntik bersama penderita hepatitis B. 

Perlu dipahami bahwa virus hepatitis B ini berada di dalam darah dan cairah tubuh, seperti sperma dan cairan vagina. Melakukan kontak seksual bersama penderita hanya akan meningkatkan risiko penularan. 

Jika Mama ingin mengetahui banyak informasi terkait hepatitis B secara lebih detail, tak perlu khawatir karena kali ini Popmama.com telah merangkumnya. 

Disimak dengan seksama mengenai hepatitis B yuk, Ma!

1. Apa saja penyebab hepatitis B? 

Freepik/user5356353

Hepatitis sendiri bisa disebabkan oleh beragam kondisi dan penyakit. Khusus untuk hepatitis B, penyebab utamanya adalah infeksi virus hepatitis B atau HBV. 

Perlu diketahui bahwa HBV bisa bertahan di luar tubuh manusia selama kurang lebih tujuh hari.

Selama masa tersebut, virus masih memiliki kemungkinan untuk memperbanyak diri dan masuk ke dalam tubuh manusia yang belum memiliki
antibodi atau imunitas kuat. 

Risiko penyakit ini juga dapat meningkat karena gaya hidup yang tidak sehat, termasuk terlalu sering mengonsumsi alkohol dan obat-obatan tertentu. Beberapa senyawa tertentu dapat merusak organ hati dan memicu terjadinya peradangan serta bengkak.

Berdasarkan penelitian ilmiah, mengonsumsi alkohol dan obat-obatan tertentu dapat menyebabkan seseorang mengalami hepatitis sebagai efek jangka panjangnya. Obat-obatan yang dapat meningkatkan risiko hepatitis, seperti amiodarone, pil KB, sulfanamida, dan nonsteroidal anti-inflammatory drugs (NSAIDs).

Selain itu, sebagian besar penderita hepatitis autoimun adalah perempuan pada kelompok usia 15-40 tahun. Penyakit hepatitis autoimun bisa terjadi ketika sistem kekebalan tubuh menyerang organ hati, sehingga dapat menyebabkan kerusakan. 

Walau belum diketahui secara pasti, namun para ahli percaya bahwa hepatitis autoimun dapat dipicu oleh genetik dan faktor risiko lingkungan.

2. Apa saja tanda dan gejala dari hepatitis B? 

Freepik/tirachardz

Berdasarkan penjelasan dr. Irma Lidia dari Jovee, hepatitis B seringkali tidak menimbulkan gejala. Banyak penderita pun tidak menyadari bahwa dirinya telah terinfeksi virus. 

Perlu diketahui juga bahwa gejala penyakit ini tidak langsung muncul setelah virus hepatitis B masuk ke dalam tubuh. 

Infeksi terhadap virus hepatitis B yang muncul akan bertahan selama kurang dari 6 bulan disebut sebagai fase akut. Sementara itu, infeksi yang bertahan lebih dari 6 bulan termasuk hepatitis B kronis, di mana kondisinya dapat berkembang menjadi sirosis atau kanker hati.

Gejala Hepatitis B Akut

Walau sebagian besar seseorang yang memiliki hepatitis B akut tidak mengalami gejala, namun gejala ini perlu diperhatikan dengan baik antara lain:  

  • Kelelahan
  • Hilang nafsu makan
  • Mual dan muntah-muntah
  • Sakit perut di bagian atas
  • Kulit dan mata yang berubah menguning

Gejala hepatitis B di atas biasanya akan muncul dalam waktu 1-5 bulan setelah tertular terinfeksi HBV. 

Gejala Hepatitis B Kronis 

Perlu dipahami bahwa HBV dapat bertahan di dalam tubuh seseorang lebih lama jika sistem imun tidak kuat melawannya.

Hepatitis B juga pelan-pelan dapat berkembang serta menyebabkan kerusakan hati, sirosis, bahkan kanker hati. Oleh karena itu, gejala dan tanda-tanda yang muncul di fase kronis mirip dengan sirosis, antara lain: 

  • Hilang nafsu makan
  • Warna feses berubah pucat
  • Sakit perut di bagian atas
  • Mual, muntah dan demam ringan
  • Urin berwarna gelap, seperti teh
  • Kulit dan mata berubah kekuningan
  • Gatal-gatal dan ruam di telapak tangan
  • Kelelahan disertai dengan nyeri pada bagian otot
  • Spider angioma: pembuluh darah tampak seperti laba-laba

“Kalau kita terkena hepatitis B, sebagian akan sembuh total tetapi sebagian orang akan mengalami infeksi yang menetap (kronis) karena imun tubuhnya tidak dapat melawan virus tersebut,” jelas dr. Irma Lidia. 

3. Aktivitas seksual yang tidak aman mampu meningkatkan risiko penyakit hepatitis B

Freepik

Tak hanya gaya hidup kurang sehat dan sering mengonsumsi obatan-obatan saja yang dapat meningkatkan risiko penyakit hepatitis B, namun hubungan seksual yang tidak aman untuk dapat menjadi pemicu. 

Perlu diingat kembali bahwa HBV akan menular melalui darah dan cairan tubuh lainnya, misalnya sperma, cairan vagina serta air ludah. Penularan ini pun dapat terjadi apabila tidak melakukan aktivitas seksual secara aman. 

Menjalani hubungan seks dengan berbeda-beda pasangan dapat meningkatkan risiko seseorang tertular penyakit hepatitis B. Penularan pun semakin tinggi ketika bercinta tanpa menggunakan pengaman alias kondom. 

Itulah beberapa penjelasan terkait penyakit hepatitis B mulai dari gejala, komplikasi hingga faktor penularannya. 

Semoga informasi menganai penyakit hepatitis B bisa berguna ya, Ma!

Baca juga: 

The Latest