TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA

Kenali Sejak Dini, Inilah 5 Faktor yang Memicu Emboli Air Ketuban

Hati-hati, kemungkinan penyebabnya adalah seiring bertambahnya usia ovarium!

Pexels/MART PRODUCTION

Untuk perempuan yang akan melakukan persalinan, sebaiknya pastikan bahwa diri Mama tidak mengalami emboli cairan ketuban atau AFE.

Pasalnya, kondisi ini berupa komplikasi kelahiran yang terjadi ketika cairan ketuban memasuki aliran darah dan bisa mempengaruhi ibu maupun bayi.

Dikutip dari Rarediseases, beberapa perempuan selamat dari emboli cairan ketuban tanpa komplikasi jangka panjang. Namun, ada risiko masalah neurologis karena kekurangan oksigen ke otak. 

Untuk mencegahnya, maka Mama perlu mengetahui 5 faktor risiko yang memicu emboli air ketuban. Berikut Popmama.com berikan ulasan selengkapnya:

1. Mengalami kehamilan di atas usia 35 tahun

Pexels/Amina Filkins

Risiko keguguran dan emboli cairan ketuban, biasanya terjadi lebih besar pada perempuan yang tidak lagi berusia muda.

Sebab seiring bertambahnya usia ovarium, mereka cenderung melepaskan lebih dari satu sel telur setiap bulan. 

Diwartakan dari Mayoclinic, jika kamu berusia 35 tahun atau lebih pada saat kelahiran anak maka berada pada peningkatan risiko emboli cairan ketuban. 

Itu artinya, usia ibu lanjut akan kemungkinan memiliki kehamilan yang dianggap berisiko tinggi mengalami komplikasi.

2. Melakukan metode induksi persalinan

Pexels/Gustavo Fring

Agar membuat rahim berkontraksi, Mama memilih untuk menjalani persalinan induksi dengan mendapat suntikan oksitosin ke paha?

Melakukan metode induksi dalam waktu 30 menit sebelum persalinan, ini terkadang bisa memicu risiko emboli air ketuban.

Dilansir dari Jwatch, komplikasi tampaknya terjadi hampir dua kali lebih sering pada perempuan yang telah diinduksi persalinan. 

Oleh sebab itu, metode induksi perlu didiskusikan ulang dengan dokter sebelum memutuskannya.

3. Memiliki komplikasi masalah plasenta

Pexels/Alexandr Podvalny

Faktor yang memicu emboli cairan ketuban (AFE) mungkin sering terjadi karena komplikasi akibat masalah plasenta.

Ya, masalah dengan plasenta memang membuat kondisi persalinan berisiko tinggi dan berdampak pada organ vital.

Adanya kelainan plasenta, ini meliputi sebagian atau seluruh plasenta yang menutupi leher rahim.

Dengan kondisi tersebut, plasenta tidak dapat memberikan oksigen dan nutrisi yang cukup kepada bayi. Pada akhirnya menyebabkan pembatasan pertumbuhan janin.

4. Memiliki preeklampsia yang berupa tekanan darah tinggi

Pexels/Rafael Henrique

Sebelum melakukan proses persalinan, sebaiknya pastikan bahwa Mama tidak mengalami preeklampsia.

Pasalnya, preeklampsia adalah salah satu faktor yang mungkin berkontribusi pada emboli air ketuban.

Ada beberapa hal yang dapat meningkatkan peluang terkena preeklamsia, yakni diabetes dan tekanan darah tinggi.

Jadi Mama perlu hati-hati jika memiliki preeklampsia yang berupa tekanan darah tinggi dan kelebihan protein di dalam urine setelah 20 minggu kehamilan.

5. Peningkatan risiko komplikasi kehamilan polihidramnion

Pexels/MART PRODUCTION

Umumnya, emboli cairan ketuban diperkirakan terjadi dalam waktu 30 menit setelah melahirkan dengan kondisi polihidramnion.

Polihidramnion sendiri memang akan mempengaruhi rahim dan bisa terjadi peningkatan risiko komplikasi kehamilan maupun kelahiran.

Dirilis dari my.clevelandclinic, polihidramnion berarti ada terlalu banyak cairan ketuban di dalam rahim selama kehamilan. Kasus polihidramnion ringan mungkin tidak menimbulkan gejala apa pun.

Ketika mengalami polihidramnion, maka rahim menjadi lebih besar dari biasanya dan merupakan salah satu jenis kelainan cairan ketuban (hidramnion).

Demikianlah 5 faktor pemicu emboli cairan amnion pada persalinan. Beberapa metode untuk mengatasinya mungkin dokter akan melakukam transfusi darah, plasma dan trombosit.

 

Baca juga:

The Latest