TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA

Depresi Antepartum pada Ibu Hamil: Gejala, Penyebab, dan Pengobatannya

Meski jarang diketahui, tapi jangan anggap remeh dengan gejalanya, ya Ma!

Unsplash/Thought Catalog

Mungkin sudah tak asing dengan antepartum depression atau depresi antepartum yang sering terjadi pada perempuan setelah melahirkan. Namun, ternyata ibu hamil juga bisa mengalaminya, lho Ma.

Dari seluruh ibu hamil, sekitar 7 persen mengalami kondisi tersebut, bahkan mencapai 15 persen di beberapa negara.

Masa kehamilan bisa jadi momen yang menyenangkan, tapi terkadang menimbulkan stres dan kecemasan. Ditambah dengan perubahan hormon kehamilan yang menyebabkan ibu hamil sering merasa lelah sepanjang hari.

Semua ini dapat menyebabkan bahkan memperburuk depresi. Gejala kehamilan terkadang bisa menyembunyikan depresi antepartum.

Inilah mengapa penting bagi ibu hamil untuk mengetahui depresi antepartum pada ibu hamil: gejala, penyebab, dan pengobatannya. Berikut Popmama.com rangkumkan informasinya untuk Mama!

1. Definisi depresi antepartum

Pexels/kat-jayne

Depresi merupakan gangguan suasana hati yang bisa terjadi pada siapa saja. Ditandai dengan perasaan sedih yang mendalam dan sulit dihilangkan. Biasanya Mama juga tidak ingin melakukan hal-hal yang biasanya disukai.

Depresi lebih dari sekadar kesedihan. Tidak peduli seberapa keras mencoba melupakannya, perasaan ini tidak bisa begitu saja dilepaskan.

Seperti sebutannya antepartum yang berarti “sebelum melahirkan”, depresi antepartum ini hanya terjadi selama kehamilan. Depresi ini sering disebut depresi ibu, depresi prenatal, atau depresi perinatal.

2. Gejala depresi antepartum

Pexels/Kat Jayne

Beberapa gejala depresi antepartum seringkali seperti gejala perubahan suasana hati yang biasa terjadi selama kehamilan.

Oleh sebab itu, banyak ibu hamil yang mungkin tidak tahu kalau dirinya mengalami depresi antepartum. Melansir dari Everyday Health, ini beberapa gejala depresi antepartum yang muncul saat hamil antara lain :

  • Perasaan sedih dan merasa kesepian yang terjadi secara terus-menerus
  • Kehilangan minat pada aktivitas atau hobi yang dulunya menyenangkan
  • Merasa putus asa
  • Merasa tidak termotivasi untuk mengurus diri sendiri bahkan tidak peduli dengan kesehatan kehamilan
  • Tidak berharga dan tidak berdaya
  • Merasa bersalah dan timbuk kekhawatiran tidak menjadi orangtua yang baik
  • Tingkat kepercayaan diri sangat rendah
  • Sering merasa kesal, frustrasi, atau marah
  • Kecemasan
  • Mudah menangis
  • Kelelahan, sakit kepala, dan nyeri
  • Gangguan tidur
  • Perubahan nafsu makan
  • Memiliki pikiran untuk bunuh diri

Jika Mama pernah mengalami gejala di atas selama kehamilan bahkan merasakan sedih meski tidak tahu penyebabnya.

Alangkah baiknya untuk mengkonsultsikan hal ini dengan dokter dan psikiater untuk tahu penyebab yang sebenarnya.

3. Penyebab depresi antepartum

Pexels/MART PRODUCTION

Layaknya masalah kesehatan lain, seseorang bisa mengalami depresi antepartum tanpa alasan sama sekali. Tidak diketahui mengapa beberapa orang hamil mengalami depresi ini sedangkan yang lainnya tidak.

Namun, ada beberapa faktor risiko yang mampu mendorong ibu hamil mengalami depresi antepartum yakni :

1. Tidak mendapatkan dukungan sosial

Sebuah studi menemukan fakta bahwa dukungan sosial orang-orang di sekitar baik itu dari itu pasangan, keluarga, dan teman-teman selama kehamilan dapat membantu mengurangi risiko depresi antepartum. Sebab kehamilan adalah momen penting dalam hidup perempuan.

Sangat penting untuk memiliki dukungan sosial dari orang-orang terdekat sehingga Mama tidak merasa melewati masa kehamilan ini sendirian.

2. Memiliki riwayat ganggunan kecemasan dan depresi

Penelitian medis menemukan bahwa perempuan yang sudah memiliki gangguan kecemasan dan depresi sebelum hamil kemungkinan berpeluang tinggi mengalami depresi antepartum di masa kehamilannya.

Selain itu, stres yang mengakibatkan buruknya kualitas tidur ibu hamil, juga sangat mempengaruhi kondisi depresi.

Para peneliti menemukan bahwa meningkatkan kualitas tidur pada ibu hamil dapat membantu memperbaiki beberapa gejala antepartum.

3. Kekurangan nutrisi

Beberapa penelitian telah menemukan hubungan antara tingkat nutrisi yang rendah dan depresi. Seperti kekurangan vitamin D dikaitkan dengan penyebab depresi pada ibu hamil.

Selain itu, kurangnya asupan vitamin B dan mineral seperti zat besi dan seng juga mampu memperburuk kondisi depresi antepartum.

4. Risiko komplikasi yang timbul karena depresi antepartum

Ibu hamil yang mengalami depresi lebih mungkin mengalami komplikasi kehamilan seperti preeklamsia (tekanan darah tinggi selama kehamilan) dibandingkan dengan ibu hamil yang tidak mengalami depresi.

Selain itu, perempuan dengan depresi antepartum juga berisiko tinggi mengalami depresi postpartum.

Jika tidak diobati, depresi antepartum menimbulkan risiko kesehatan bagi ibu dan calon bayi karena berpeluang tinggi terjadi komplikasi persalinan, melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah dan kelahiran prematur.

Dalam sebuah penelitian yang diterbitkan Obstetrics & Gynecology pada tahun 2016 yang meneliti lebih dari 7.000 ibu hamil.

Mereka menemukan kemungkinan memiliki bayi prematur dan bayi dengan berat badan rendah 1,82 kali lebih tinggi pada perempuan yang mengalami depresi antepartum daripada yang tidak menderita depresi tersebut.

Anak yang lahir dari ibu dengan depresi antepartum yang tidak diobati memiliki risiko lebih tinggi mengalami kesulitan belajar dan masalah perilaku.

Dikutip dari Healthline, sebuah studi selama beberapa dekade di Finlandia meneliti anak-anak dari perempuan penyitas depresi antepartum hingga mereka dewasa.

Para peneliti menemukan bahwa banyak dari mereka, terutama laki-laki, didiagnosis dengan gangguan mood seperti gangguan kepribadian antisosial (ASPD).

5. Pengobatan untuk depresi antepartum

wwwnc.cdc.gov Konsultasi dengan dokter

Paling utama adalah beri tahu dokter jika Mama berpikir telah mengalami gejala-gejala depresi antepartum.

Sebab gejala setiap orang berebeda. Mendapatkan pengobatan lebih awal dapat membantu mencegah efek samping pada kesehatan ibu dan bayi.

Dokter akan mengarahkan perawatan yang tepat tergantung pada gejala yang Mama alami. Mungkin saja Mama memerlukan konseling pribadi atau terapi dengan obat antidepresan yang aman untuk ibu hamil sesuai resep dari dokter.

Penting untuk melakukan skrining atau tes depresi antepartum sesegera mungkin selama masa kehamilan. Mintalah tes skrining kepada dokter. Ini melibatkan kuesioner tentang bagaimana perasaan Mama secara emosional.

American College of Obstetricians and Gynecologists merekomendasikan agar dokter dan penyedia layanan kesehatan lainnya menyaring semua ibu hamil untuk melakukan skrining depresi antepartum setidaknya sekali selama kehamilan. Berupa kuisioner dasar yang dinilai dan digunakan untuk mendiagnosis depresi antepartum.

Sama seperti kondisi kesehatan lainnya, Mama mungkin memerlukan perawatan medis. Bicarakan dengan dokter tentang skrining untuk depresi antepartum bagi Ibu hamil. Biar dokter akan menentukan penanganan terbaik untuk mengobati depresi Mama selama kehamilan.

Banyak berolahraga dan makan makanan bergizi selama kehamilan juga dapat membantu mengurangi gejalanya.

Demikian informasi tentang depresi antepartum pada ibu hamil: gejala, penyebab, dan pengobatannya. Seperti kondisi fisik lainnya, pengobatan yang tepat harus dilakukan demi keselamatan mama dan bayi di dalam kandungan.

Semoga informasi ini bermanfaat untuk Mama! Semangat, Ma!

Baca juga:

The Latest