Baca artikel Popmama lainnya di IDN App

Apakah Alergi pada Anak Bisa Sembuh? Ini Penjelasan Dokter

ilustrasi foto seorang anak sedang terkena alergi. (freepik.com/freepik)
ilustrasi foto seorang anak sedang terkena alergi. (freepik.com/freepik)
Intinya sih...
  • Bayi bisa mengalami alergi, dipengaruhi oleh faktor genetika dan lingkungan sejak lahir
  • Reaksi alergi pada bayi beragam, termasuk ruam, muntah, pilek, dan mata merah
  • Alergi pada anak bisa dikontrol dengan perawatan medis dan penghindaran alergen
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Entah bayi muntah setelah menyusu, mengalami ruam, atau hidung meler dan mata merah, alergi bayi bisa menakutkan bagi orangtua. Ditambah lagi kemungkinan syok anafilaksis pada kasus alergi bayi yang paling serius, kondisi ini bisa sangat berbahaya.

Karena alergi kerap membuat orangtua khawatir, Mama mungkin bertanya: apakah alergi pada anak bisa sembuh? Popmama.com sudah merangkum penjelasan dari dokter pada ulasan berikut ini, ya, Ma!

Semoga bisa membantu Mama dalam mengatasi gejala alergi si Kecil.

ilustrasi foto seorang bayi sedang terkena alergi. (freepik.com/nipol)
ilustrasi foto seorang bayi sedang terkena alergi. (freepik.com/nipol)

Apakah Bayi Bisa Mengalami Alergi?

Jawaban singkatnya adalah ya. Dokter tahu bahwa faktor penentu mengapa beberapa orang mengalami alergi sementara yang lain tidak bergantung pada kombinasi lingkungan, genetika, dan interaksi dengan sistem imun alergi.

Meskipun tidak ada cara untuk memprediksi alergi apa yang mungkin dialami bayi, beberapa kondisi yang sudah ada sebelumnya dapat meningkatkan kemungkinan alergi pada bayi.

Menurut American Academy of Allergy, Asthma & Immunology (AAAAI), bayi dengan saudara kandung atau orangtua yang memiliki alergi berisiko lebih tinggi mengalami alergi. Bayi yang menderita asma atau eksim juga lebih mungkin mengalami alergi.

Meskipun alergi makanan mungkin menjadi perhatian utama orangtua, sebenarnya ada beberapa jenis alergi bayi yang dapat muncul di berbagai tahap kehidupan bayi. Secara umum, alergi makanan berkembang dalam beberapa bulan pertama kehidupan. Namun, alergi musiman, misalnya, jarang terjadi pada bayi, karena sistem kekebalan tubuh bayi masih berkembang dan kemungkinan paparan mereka terhadap alergen (seperti serbuk sari) terbatas.

Alergi sepanjang tahun terhadap keberadaan lingkungan, seperti tungau debu atau hewan peliharaan, dapat terjadi dalam tahun pertama kehidupan, dan alergi musiman dalam tahun kedua dan ketiga kehidupan.

Jika Mama khawatir, baik karena latar belakang genetik bayi atau karena beberapa gejala yang Mama temukan, bicarakan dengan dokter anak, yang dapat membahas langkah selanjutnya dan kemungkinan pengobatan.

Pexels/Sasha Kim
Pexels/Sasha Kim

Seperti Apa Reaksi Alergi Bayi?

Meskipun tanda-tanda alergi pada bayi berbeda-beda, tergantung pada jenis alergi yang dialami bayi, semua alergi hanyalah sistem kekebalan tubuh yang bekerja berlebihan sebagai respons terhadap unsur asing yang dianggap berbahaya.

Jadi, ketika tubuh bayi terpapar alergen (alias zat pemicu), ia menghasilkan antibodi yang disebut IgE yang memengaruhi sistem organ, memicu gejala mulai dari mata gatal, berair, dan bersin (jika alergen tersebut di udara) hingga sakit perut (seperti pada beberapa alergi makanan) dan bahkan berpotensi anafilaksis, reaksi parah yang menyebabkan tubuh mengalami syok dan dapat mengancam jiwa.

Bayi mungkin tidak menunjukkan reaksi yang nyata saat pertama kali terpapar alergen. Tetapi ia bisa mengalami reaksi yang lebih serius saat kedua atau ketiga kali terpapar, karena banyak alergi bayi berkembang seiring waktu.

Tidak selalu mudah untuk menentukan gejala alergi pada bayi secara tepat, tetapi reaksi alergi biasanya berkaitan dengan sistem organ yang terpengaruh. Misalnya, alergi makanan dapat memengaruhi sistem pencernaan dan mengakibatkan diare. Sementara alergi lingkungan dapat memengaruhi sistem pernapasan dan menyebabkan bayi mulai mengi. Berikut beberapa tanda umum reaksi alergi pada bayi:

  • Ruam, biduran, kulit gatal, dan bengkak. Biasanya, reaksi alergi terkait makanan dimulai dengan masalah kulit seperti biduran—bercak merah dan menonjol pada kulit, sering kali di sekitar mulut dan leher. Perhatikan dengan saksama beberapa jam pertama setelah bayi diperkenalkan dengan makanan baru; jika Mama melihat kemerahan di sekitar mulut atau bibirnya, segera hubungi dokter anak.

  • Muntah atau diare. Alergi makanan juga memengaruhi sistem pencernaan, sehingga bayi bisa mengalami mual, muntah, atau diare jika ia alergi terhadap sesuatu yang dimakannya.

  • Pilek, mata merah, atau mengi. Secara umum, alergi lingkungan dan udara, seperti alergi jamur dan serbuk sari, biasanya memengaruhi sistem pernapasan, sehingga bayi mungkin mengalami pilek atau kesulitan bernapas. Jika bayi mengalami denyut nadi cepat dan lemah, sesak napas, atau kesulitan bernapas setelah terpapar alergen, segera cari pertolongan medis, karena itu bisa menjadi tanda anafilaksis.

Catat gejala-gejala bayi dan sampaikan kepada dokter anak, meskipun gejalanya tampak biasa saja, karena alergi dapat memburuk seiring waktu.

Dokter memeriksa bayi-Pexels/CDC
Dokter memeriksa bayi-Pexels/CDC

Tes Alergi Bayi

Jadi, bagaimana Mama tahu pasti apakah bayi memiliki alergi? Alergi bayi didiagnosis melalui tes darah yang mengukur IgE (antibodi yang meningkat ketika alergen masuk) atau tes tusuk kulit.

Biasanya dalam tes tusuk kulit, ekstrak alergen yang dicurigai dimasukkan ke dalam kulit superfisial dengan alat seperti tusuk gigi, dan hasilnya tersedia dalam 15 hingga 20 menit.

Prosedur ini biasanya ditoleransi dengan baik dan tidak menyebabkan pendarahan.

Kedua jenis tes ini harus dilakukan oleh ahli alergi bersertifikat.

Untuk alergi bayi yang lebih ringan, termasuk alergi musiman, dokter anak mungkin memutuskan untuk tidak melakukan tes lebih lanjut dan menyarankan untuk menghindari alergen tersebut jika memungkinkan dan berfokus pada meredakan gejala bayi.

Bayi merangkak-Unsplash/Picsea
Bayi merangkak-Unsplash/Picsea

Apakah Alergi pada Anak Bisa Sembuh? Ini Penjelasan Dokter

Alergi kerap membuat orangtua khawatir. Maka tidak heran jika Mama bertanya-tanya: apakah alergi pada anak bisa sembuh?

Menurut Prof. Dr. dr. Zakiudin Munasir Sp.A (k), guru besar alergi imunologi anak, gejala alergi bisa sembuh dan dikontrol. Namun alergi tidak bisa sembuh, hanya saja, alergi bisa dikontrol hingga gejalanya tidak muncul lagi.  

Bayi (pexels.com/Sunvani Hoàng)
Bayi (pexels.com/Sunvani Hoàng)

Penanganan Alergi pada Bayi

Sementara itu, berikut cara Mama agar dapat meredakan alergi bayi:

  • Bermitralah dengan dokter alergi. Dokter alergi anak akan mengetahui perawatan, protokol, dan rekomendasi pengobatan terbaru. Jika Mama menduga anak memiliki alergi bayi, mintalah rujukan ke dokter anak.

  • Tawarkan obat untuk meredakan gejalanya. Antihistamin dapat mengendalikan gatal, biduran, dan pilek yang berkaitan dengan alergi lingkungan tertentu. Dokter anak mungkin juga meresepkan obat harian untuk mengendalikan gejala alergi. Imunoterapi, atau ”suntikan alergi” yang memaparkan anak pada sejumlah kecil alergen dalam upaya membangun kekebalan, juga dapat membantu.

  • Berlatih menghindari. Menghindari zat pemicu harus menjadi landasan rencana pengelolaan alergi bayi. Ini bisa berarti beralih ke sabun cuci hipoalergenik atau menjauhkan kacang dari rumah—dan menginstruksikan kakek-nenek serta pengasuh anak untuk melakukan hal yang sama.

  • Siapkan rencana darurat. Jika bayi memiliki alergi parah yang mengancam jiwa, Mama mungkin perlu selalu membawa EpiPen (alat suntik berisi dosis epinefrin). Pastikan semua pengasuh bayi tahu cara mengenali gejala anafilaksis dan cara menggunakan EpiPen saat dibutuhkan.

Itu penjelasan tentang apakah alergi pada anak bisa sembuh. Jangan lupa untuk mengamati gejala-gejala alergi sehingga Mama bisa mengambil tindakan cepat dan tepat untuk mengatasi alergi si Kecil, ya, Ma!

Share
Editorial Team