Faktor genetik: Ketebalan rambut bayi bisa dipengaruhi oleh riwayat keluarga. Jika Mama atau Papa memiliki rambut tipis atau lebat saat kecil, si Kecil kemungkinan besar akan mewarisinya.
Faktor ras dan etnis: Bayi dari ras Asia biasanya lahir dengan rambut yang lebih tebal dibandingkan bayi dari ras Kaukasia, karena perbedaan karakteristik genetik folikel rambut.
Asupan nutrisi selama kehamilan: Kekurangan zat gizi seperti zat besi, protein, zinc, vitamin D, dan vitamin B-kompleks dapat menghambat pertumbuhan rambut bayi.
Hormon Ibu Memengaruhi Tebal Tipisnya Rambut Bayi

Setiap bayi lahir dengan keunikan masing-masing, termasuk soal rambutnya. Ada yang rambutnya tebal dan lebat sejak lahir, ada juga yang tampak nyaris botak. Hal ini sering kali bikin Mama bertanya-tanya, kenapa rambut bayi bisa beda-beda, ya?
Sebagian mama mungkin mengira ini sepenuhnya dipengaruhi oleh faktor keturunan. Tapi ternyata, ada peran hormon mama selama masa kehamilan yang ikut andil dalam menentukan tebal-tipisnya rambut si Kecil, lho. Hormon-hormon ini bekerja sejak bayi masih di dalam kandungan, dan hasilnya bisa terlihat begitu ia lahir.
Jadi, kalau rambut bayi mama tumbuh tipis atau belum terlihat jelas di awal kelahiran, belum tentu itu pertanda buruk. Di bawah ini Popmama.com rangkum tentang bagaimana hormon ibu memengaruhi tebal tipisnya rambut bayi saat lahir.
Rambut Bayi Sudah Mulai Tumbuh Sejak dalam Kandungan

Rambut pertama yang tumbuh pada janin disebut lanugo rambut halus, lembut, dan tidak berpigmen yang muncul saat janin masih berada di dalam kandungan. Folikel rambut pertama muncul sekitar usia 9–12 minggu kehamilan, dan lanugo baru terlihat jelas antara 16–20 minggu. Pada bayi prematur, lanugo sering masih terlihat saat lahir, sementara sebagian besar bayi cukup bulan sudah kehilangan lanugo sebelum lahir atau dalam beberapa minggu setelahnya.
Sebuah studi menunjukkan bahwa helai rambut lanugo mulai terlihat di bagian belakang tubuh janin pada usia 17 minggu, lalu menyebar ke bagian depan tubuh antara 18–19 minggu, dan baru mencapai pola lanugo yang lengkap di bagian punggung pada usia 23 minggu serta di perut sekitar 26 minggu.
Meskipun lanugo hanyalah rambut sementara, pertumbuhan folikelnya menunjukkan bahwa sistem rambut bayi sudah mulai terbentuk bahkan jauh sebelum ia lahir. Faktor hormonal ibu selama kehamilan, seperti estrogen dan progesteron, turut mempengaruhi perkembangan folikel dan siklus pertumbuhan rambut bayi di dalam kandungan.
Peran Hormon Ibu dalam Pertumbuhan Rambut Bayi

Selama kehamilan, tubuh mama mengalami lonjakan hormon, terutama estrogen dan progesteron, yang ternyata ikut memengaruhi pertumbuhan rambut bayi di dalam kandungan. Estrogen, misalnya, bisa memperpanjang fase pertumbuhan rambut, sehingga tidak hanya membuat rambut mama tampak lebih tebal saat hamil, tapi juga berpengaruh pada pembentukan dan jumlah folikel rambut janin.
Hormon-hormon ini dialirkan melalui plasenta dan ikut membentuk lingkungan hormonal bayi. Namun, efeknya bisa berbeda-beda pada setiap janin, tergantung dari sensitivitas folikel rambut serta faktor genetik. Itulah sebabnya kenapa ada bayi yang lahir dengan rambut lebat, dan ada pula yang hanya memiliki rambut tipis atau hampir botak.
Selain estrogen, hormon tiroid dan androgen dalam tubuh ibu juga berperan dalam perkembangan rambut janin. Ketidakseimbangan hormon-hormon ini, misalnya jika Mama mengalami gangguan tiroid selama hamil bisa memengaruhi tebal tipisnya rambut bayi saat lahir. Namun, Mama tak perlu khawatir, karena rambut bayi akan terus mengalami perubahan seiring pertumbuhannya setelah lahir.
Faktor Lain yang Memengaruhi Rambut Bayi

Selain hormon mama selama kehamilan, ada beberapa faktor lain yang ikut menentukan tebal-tipisnya rambut bayi saat lahir, seperti:
Nah, itu penjelasan mengenai bagaimana hormon memengaruhi tebal tipisnya rambut bayi. Meskipun mungkin terlihat tipis atau bahkan rontok setelah lahir, kondisi ini umumnya normal dan akan berubah seiring pertumbuhan si Kecil.



















