“Satu dari tujuh remaja di dunia mengalami masalah kesehatan mental seperti depresi dan kecemasan, dan banyak yang tidak disadari oleh orang tua,” ungkap dr. Lucky Yogasatria, Sp.A. dalam video instagram yang diunggahnya.
5 Cara Menjaga Kesehatan Mental Anak Remaja di Rumah Menurut Dokter

- Perhatikan tanda-tanda perubahan emosi anak, seperti sering murung, cemas, atau menjauh dari keluarga.
- Ajak anak berbicara tanpa menghakimi, mereka hanya butuh didengarkan tanpa nasihat panjang.
- Ciptakan ruang aman di rumah agar anak merasa diterima sepenuhnya tanpa tekanan.
Ketika anak mulai beranjak remaja, banyak hal di dalam dirinya ikut berubah. Mereka mulai ingin lebih mandiri, lebih sering menyendiri, dan kadang menjadi lebih sensitif terhadap hal-hal kecil. Perubahan ini wajar, namun bisa juga menjadi tanda bahwa anak sedang membutuhkan ruang aman untuk bercerita.
Di tengah perubahan fisik, tekanan dari sekolah, dan pengaruh teman sebaya, remaja sebenarnya sedang belajar mengenal dirinya sendiri. Tanpa dukungan dari lingkungan terdekat, perasaan itu bisa berubah menjadi stres berkepanjangan.
Nah, supaya orangtua bisa lebih peka terhadap perubahan emosi anak, berikut Popmama.com rangkum lima hal penting dari dr. Lucky Yogasatria, Sp.A tentang cara menjaga kesehatan mental remaja di rumah. Yuk, disimak, Ma!
1. Perhatikan tanda-tanda perubahan emosi anak
Perubahan sikap memang hal yang wajar pada masa remaja. Mereka sedang mencari jati diri, sehingga mudah berubah suasana hati. Namun, orangtua tetap perlu waspada terhadap tanda-tanda yang tidak biasa.
“Perubahan sikap pada anak dan remaja bisa jadi normal, tetapi beberapa tanda seperti sering murung, cemas, atau menjauh dari keluarga perlu diperhatikan,” jelas dr. Lucky Yogasatria, Sp.A.
Jika anak terlihat sering menutup diri, mudah marah tanpa alasan, atau tampak kehilangan semangat, orangtua sebaiknya mulai membuka ruang obrolan ringan agar anak merasa diperhatikan.
2. Ajak anak berbicara tanpa menghakimi

Ketika anak mulai bercerita, orangtua sebaiknya menahan diri untuk tidak langsung memberikan nasihat panjang. Dalam banyak kasus, anak hanya ingin didengarkan tanpa dihakimi.
“Terkadang anak-anak kita hanya butuh didengarkan saja tanpa kita memberikan ceramah,” ujar dr. Lucky.
Dengan menjadi pendengar yang baik, anak akan merasa lebih aman dan percaya untuk berbagi perasaan yang selama ini mungkin disimpannya sendiri.
3. Ciptakan ruang aman di rumah

Rumah adalah tempat pertama di mana anak belajar mengenal dirinya dan mengekspresikan emosi. Maka dari itu, penting bagi orangtua untuk memastikan rumah menjadi tempat yang penuh penerimaan.
“Pastikan anak tahu bahwa rumah adalah tempat di mana mereka diterima sepenuhnya tanpa ada tekanan,” kata dr. Lucky.
Ruang aman bukan hanya soal tempat yang nyaman secara fisik, tetapi juga suasana emosional yang mendukung. Anak yang merasa diterima akan lebih mudah terbuka saat menghadapi masalah.
4. Bantu anak mengelola stres dengan cara positif

Tekanan sekolah, tugas, hingga pertemanan bisa membuat anak kewalahan. Orangtua bisa membantu dengan mengenalkan cara-cara sehat untuk melepas stres, seperti olahraga, bermain musik, menulis, atau melakukan hobi favoritnya.
“Bantu anak menemukan cara untuk melepas stres, seperti olahraga, hobi, atau traveling kecil ala healing,” saran dr. Lucky.
Aktivitas positif membantu anak menyalurkan energi dan emosi dengan lebih sehat, sekaligus meningkatkan rasa percaya diri mereka.
5. Awasi aktivitas online anak

Media sosial memang menjadi bagian besar dari kehidupan remaja masa kini. Di satu sisi, platform ini bisa memberi dukungan sosial, tetapi di sisi lain juga dapat memicu perbandingan dan tekanan.
“Media sosial memang bisa menjadi tempat anak mencari dukungan, tetapi juga bisa menjadi sumber tekanan,” ungkap dr. Lucky.
Oleh karena itu, penting bagi orangtua untuk berdiskusi dengan anak tentang penggunaan media sosial yang sehat. Ajarkan mereka untuk bijak memilih konten dan tidak mudah terpengaruh oleh standar kebahagiaan orang lain di dunia maya.
Itulah beberapa cara menjaga kesehatan mental anak yang mulai beranjak remaja. Dengan dukungan dan komunikasi yang hangat dari orangtua, anak bisa tumbuh menjadi pribadi yang lebih kuat secara emosional dan siap menghadapi perubahan di masa remajanya.



















