Baca artikel Popmama lainnya di IDN App
For
You

10 Hal yang Tanpa Disadari Bisa Mengurangi Percaya Diri Anak di Rumah

10 Hal yang Tanpa Disadari Bisa Mengurangi Percaya Diri Anak di Rumah
Freepik/8photo
Intinya sih...
  • Mengoreksi tanpa koneksi emosional
  • Membandingkan dengan saudara untuk memotivasi
  • Terlalu membantu, tidak membiarkan mereka mencoba dan gagal
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Rasa percaya diri anak tidak selalu datang begitu saja. Bahkan di rumah yang penuh kasih sayang, kebiasaan sehari-hari orangtua bisa membuat anak merasa ragu atau minder.

Sering kali hal ini terjadi tanpa disadari. Misalnya, terlalu sering mengoreksi, membandingkan dengan saudara, atau langsung menyelesaikan masalah mereka. Hal-hal kecil seperti ini bisa membuat anak merasa suaranya tidak didengar dan kemampuan mereka dipertanyakan.

Menyadari kebiasaan ini adalah langkah pertama bagi Mama dan Papa untuk membangun kembali kepercayaan diri anak dengan cara yang hangat dan mendukung.

Berikut Popmama.com bagikan beberapa hal atau kebiasaan orangtua yang tanpa disadari bisa menurunkan kepercayaan diri anak. Disimak ya, Ma!

Mengoreksi Terus-menerus Tanpa Koneksi

Anak perempuan menutup mukanya
Freepik/8photo

Terlalu sering mengoreksi anak tanpa disertai pengertian atau kehangatan bisa membuat mereka merasa tidak cukup baik. Misalnya, ketika anak mencoba memakai baju sendiri tapi salah, langsung ditegur tanpa memberi dorongan atau senyum. Lama-lama, anak bisa merasa ragu untuk mencoba hal baru karena takut selalu salah.

Kuncinya, Mama bisa tetap membimbing anak sambil menjaga hubungan yang hangat. Alih-alih hanya mengoreksi, cobalah menjelaskan dengan sabar dan beri pujian ketika anak berusaha. Dengan begitu, anak belajar dari kesalahan tanpa kehilangan rasa percaya diri.

Membandingkan dengan Saudara “Untuk Memotivasi”

Anak laki-laki dan anak perempuan bersandar
Freepik

Seringkali orang tua membandingkan anak dengan saudara, dengan alasan untuk memotivasi. Misalnya, “Kenapa kamu belum bisa seperti kakakmu?” Padahal, perbandingan seperti ini justru dapat menimbulkan rasa iri dan tidak aman pada anak.

Daripada membandingkan, Mama bisa mengapresiasi usaha anak sendiri. Fokus pada pencapaian mereka, sekecil apa pun, akan membuat anak merasa dihargai dan percaya diri. Dengan begitu, motivasi anak tumbuh dari dalam, bukan karena tekanan atau rasa bersalah.

Terlalu Membantu, Tidak Membiarkan Mereka Mencoba dan Gagal

Papa dan perempuan membuat sushi bersama
Freepik

Terlalu sering membantu anak dalam setiap hal bisa membuat mereka kehilangan kesempatan untuk belajar dari pengalaman sendiri. Misalnya, Mama selalu menyelesaikan pekerjaan rumah anak atau langsung menolong saat mereka kesulitan, anak mungkin jadi takut mencoba hal baru karena khawatir gagal.

Memberi anak kesempatan untuk mencoba sendiri, meskipun mereka mungkin gagal, penting untuk membangun ketahanan dan rasa percaya diri. Mama tetap bisa mendampingi, tapi biarkan anak belajar dari prosesnya. Dengan begitu, mereka akan lebih mandiri dan percaya pada kemampuan diri sendiri.

Meremehkan Perasaan Anak

Anak perempuan sedang berpikir
Freepik/8photo

Terkadang, orang tua meremehkan perasaan anak dengan kalimat seperti, “Jangan nangis, itu tidak penting.” Padahal, setiap emosi anak itu valid dan penting untuk dipahami. Jika anak selalu diminta menahan perasaannya, mereka bisa belajar menekan emosi dan merasa bahwa suara mereka tidak didengar.

Mama bisa mulai dengan mengakui perasaan anak sebelum mencari solusi. Misalnya, berkata, “Mama paham kamu sedih. Memang situasinya sulit.” Dengan begitu, anak belajar mengekspresikan perasaan tanpa merasa bersalah, sekaligus membangun kepercayaan diri dan rasa aman secara emosional.

Mengambil Keputusan untuk Mereka “Demi Perlindungan”

Anak perempuan terlihat sedih
Freepik

Terkadang, orangtua merasa perlu mengambil alih keputusan anak demi melindungi mereka. Misalnya, memilihkan teman bermain, menentukan kegiatan ekstra, atau memutuskan sendiri cara mereka menyelesaikan tugas. Meski niatnya baik, kebiasaan ini bisa membuat anak merasa tidak dipercaya dan kesulitan membangun kemandirian.

Mama bisa tetap memberikan arahan sambil memberi ruang anak untuk membuat keputusan sendiri. Mulai dari hal kecil, seperti memilih pakaian atau menu sarapan, anak belajar bertanggung jawab atas pilihannya. Dengan begitu, mereka lebih percaya pada kemampuan diri sendiri dan siap menghadapi tantangan.

Berbicara tentang Anak saat Mereka Hadir, Bukan Kepadanya

Anak perempuan sedang berpikir sambil menyilangkan tangan
Freepik/8photo

Ada kalanya orang tua membicarakan anak di hadapan mereka, tapi tidak langsung kepada anaknya. Misalnya, membahas nilai sekolah atau perilaku anak dengan orang lain di depannya. Kebiasaan ini membuat anak merasa diabaikan atau tak berdaya, karena suara mereka seakan tidak penting.

Mama bisa mencoba berbicara langsung kepada anak, menanyakan pendapat atau perasaan mereka sebelum berdiskusi dengan orang lain. Dengan begitu, anak merasa dihargai, percaya diri, dan belajar bahwa pendapat mereka berarti.

Menertawakan Kesalahan atau Ide Anak

Anak perempuan sedang menghiraukan Mama
Freepik/peoplecreations

Tertawa pada kesalahan atau ide anak, walaupun dengan maksud bercanda, bisa membuat mereka merasa malu dan kehilangan keberanian untuk mencoba. Misalnya, saat anak menggambar sesuatu yang kreatif tapi berbeda dari yang Mama bayangkan, langsung ditertawakan. Anak bisa belajar bahwa ide dan kreativitasnya tidak dihargai.

Mama bisa mengganti reaksi tertawa dengan pujian atau pertanyaan yang membangun, misalnya, “Wah, ide kamu unik, ceritakan dong kenapa kamu menggambar seperti ini?” Cara ini membuat anak tetap percaya diri, berani berkreasi, dan merasa dihargai.

Terlalu Cepat Memperbaiki Masalah Mereka

Papa sedang mengajarkan anak membuat sushi
Freepik

Segera menyelesaikan masalah anak tanpa memberi mereka kesempatan mencoba sendiri bisa membuat mereka merasa tidak mampu. Misalnya, saat anak kesulitan menyusun mainan atau mengerjakan tugas, Mama langsung turun tangan dan menyelesaikannya. Anak pun belajar bahwa mereka tidak dipercaya untuk menghadapi tantangan.

Mama bisa mulai dengan memberi anak kesempatan mencoba sendiri terlebih dahulu, sambil tetap mendampingi. Dengan begitu, anak belajar mengatasi masalah, bertanggung jawab, dan percaya pada kemampuan diri sendiri.

Menggunakan Bahasa yang Membuat Malu “Kamu Selalu Membuat Malu Mama!”

Anak sedang berpikir
Freepik/8photo

Menggunakan kata-kata yang memalukan anak, seperti “Kamu selalu membuat malu Mama!”, bisa menyerang identitas mereka, bukan hanya perilaku. Anak yang sering mendengar kata-kata seperti ini bisa merasa rendah diri dan takut mencoba hal baru.

Mama bisa mengganti kalimat memalukan dengan penjelasan yang menekankan perilaku, bukan identitas anak. Misalnya, “Melakukan hal ini kurang tepat, ayo kita coba cara lain.” Dengan begitu, anak tetap belajar dari kesalahan tanpa merasa direndahkan, dan kepercayaan diri mereka tetap terjaga.

Mencintai tapi Tidak Mendengarkan

Mama sedang mencium kening anak perempuan
Freepik

Kasih sayang tanpa perhatian bisa membuat anak merasa tidak dihargai. Misalnya, Mama selalu mengatakan “Mama sayang kamu” tapi jarang mendengarkan cerita atau pendapat anak. Anak pun bisa merasa bahwa cintanya tidak sepenuhnya diterima atau suara mereka tidak penting.

Mama bisa mulai dengan benar-benar mendengarkan anak, memberi waktu dan perhatian saat mereka bercerita. Dengan begitu, anak belajar bahwa suara mereka penting, merasa dicintai, dan kepercayaan diri mereka tumbuh secara alami.


Itulah hal-hal yang tanpa disadari bisa mengurangi percaya diri anak di rumah. Dengan menyadari kebiasaan sehari-hari, mendengarkan anak, menghargai usaha mereka, dan memberi ruang untuk mencoba, Mama dapat menumbuhkan kepercayaan diri anak yang sehat dan mandiri setiap hari.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Novy Agrina
EditorNovy Agrina
Follow Us

Latest in Big Kid

See More

Bukan Dilihat dari Ranking, Ini 5 Tanda Anak yang Terdidik dengan Baik

15 Des 2025, 09:50 WIBBig Kid