Fungsi keluarga adalah memelihara, merawat dan melindungi anak dalam rangka sosialisasinya. Cinta yang lahir di dalam keluarga adalah relasional yang tulus. Saling memberi dan saling membahagiakan, tidak menuntut kembali.
Namun, tanpa disadari, sebagian orangtua menerapkan pola asuh yang bersifat transaksional yang berpengaruh pada psikologis anak di masa depan.
Hubungan transaksional adalah hubungan di mana perhatian dan kasih sayang diberikan hanya jika seseorang melakukan sesuatu yang sesuai harapan. Orangtua yang transaksional acap kali memandang hubungan dengan anak-anaknya sebagai suatu pertukaran. Alih-alih cinta tanpa syarat, anak dianggap sebagai ‘investasi’ masa depan orangtua. Saat anak dewasa, anak dituntut untuk ‘mengembalikan’ hal-hal yang sudah dikorbankan kedua orangtua.
Ciri-ciri yang sering ditemui orangtua dengan pola asuh ini adalah kebaikan dibalas dnegan tuntutan, berhak atas semua yang menjadi milik anak, kasih sayang seolah-olah ada syaratnya, membandingkan anak dengan orang lain, dan memaksa anak untuk melakukan yang orangtua inginkan.
Dalam artikel ini, Popmama.com akan mengulas 10 alasan stop sifat transaksional orangtua pada anak. Simak, ya!
