Baca artikel Popmama lainnya di IDN App

7 Cara Mencegah Anak Menjadi People Pleaser

anak-anak tersenyum bahagia
Freepik

Membesarkan anak menjadi pribadi yang peduli dan penuh empati merupakan hal yang diidamkan orang tua pada umumnya.

Iklan - Scroll untuk Melanjutkan

Namun, Mama perlu mewaspadai kecenderungan people pleaser yang bisa memberikan dampak buruk pada kesehatan mental dan kehidupan anak mama.

jika tidak disikapi dengan bijak, keinginan anak untuk ‘menyenangkan orang lain’ bisa berkembang secara berlebihan menjadi sifat people pleaser.

People pleaser adalah kecenderungan untuk selalu mengutamakan keinginan orang lain demi mendapatkan validasi atau menghindari konflik, meskipun hal itu merugikan dirinya sendiri.

Mencegah sikap people pleaser sejak dini sangat penting untuk dilakukan.

Sebab, pengalaman masa kanak‑kanak akan secara signifikan membentuk perkembangan seseorang dan meninggalkan dampak jangka panjang hingga dewasa.

Masa kanak-kanaklah yang membentuk kepribadian, kemampuan regulasi emosi, dan hubungan dengan sesama hingga usia dewasa.

Untuk menyikapi hal tersebut, telah Popmama.com rangkum 7 cara mencegah anak menjadi people pleaser.

1. Ajarkan anak untuk mengatakan "tidak"

Ajarkan anak untuk mengatakan tidak
Freepik/stockking

Mengajarkan anak berkata “tidak” sejak kecil bertujuan agar mereka memahami bahwa menolak saat perlu bukanlah hal yang salah.

Seorang psikolog klinis Amerika, Dr. Robyn Silverman, menegaskan bahwa kesulitan mengatakan “tidak” seringkali dapat memicu tekanan berlebihan seperti kecemasan dan penyesalan di kemudian hari.

Dengan mengajarkan frasa sederhana seperti “tidak, terima kasih,” anak mama dapat belajar mengekspresikan kebutuhan pribadi dengan tegas namun tetap sopan.

Keterampilan ini juga membantu anak mama dalam menetapkan batas sehat dalam interaksi sosial.

Anak yang mampu mengenali dan mengomunikasikan batasannya lebih mampu menghindari kecenderungan people pleasing yang berlebihan.

Praktik kecil seperti bermain peran dalam situasi sehari-hari bisa menjadi latihan berharga. Mama bisa memodelkan dialog yang sesuai dengan skenario.

Misalnya, Mama menyuruh si Anak untuk membayangkan sebuah skenario dimana ada yang ingin meminjam barangnya saat sedang ia pakai. Ajarkan kalimat penolakan halus seperti,

“aku sedang pakai, nanti ya,” agar anak mama dapat meniru bagaimana mengatakan “tidak” dengan asertif dan percaya diri.

2. Validasi perasaan anak

Validasi perasaan anak
Freepik/jcomp

Mengakui emosi anak, akan mengirimkan pesan kuat kepadanya bahwa perasaan mereka valid dan diperhitungkan.

Jika orang tua sering menyepelekan, misalnya dengan mengatakan “jangan nangis, begitu saja kok cengeng,” anak akan belajar untuk menekan emosinya demi menyenangkan orang lain secara berlebihan .

Menurut penelitian, orang tua yang mendukung perasaan anak justru mendorong perkembangan harga diri dan regulasi emosional yang sehat.

Anak yang menerima validasi emosional lebih kecil kemungkinannya bergantung pada penerimaan eksternal untuk merasakan berharga.

Cara mudah yang bisa Mama praktikan untuk melatih hal ini bisa berupa ucapan sederhana yang diselipkan dalam keseharian.

Seperti, “Mama lihat kamu sedih karena temanmu menolak main bareng, itu memang berat.” Pernyataan ini menunjukkan empati sekaligus memberi izin emosional, membantu anak untuk tetap merasa dihargai.

3. Hindari pujian yang menguatkan kecenderungan people pleasing

Hindari pujian yang menguatkan kecenderungan people pleasing
Freepik/Lifestylememory

Pujian yang terlalu berfokus pada ketaatan bisa mendorong anak untuk hanya bertindak demi disukai.

Sebagai contoh, memuji “hebat, kamu selalu nurut, ya” dapat membuat anak mama merasa bahwa ia hebat saat bisa menyenangkan orang lain.

Lama-kelamaan, si Anak mungkin menjadi takut mengecewakan orang lain. Dan mulai menyembunyikan perasaannya demi menjaga citra “anak baik” di mata orang lain.

Sebaliknya, pujian berbasis usaha dan keberanian, misalnya “kamu berani bilang apa yang kamu rasakan, keren,”

akan membantu anak mengembangkan rasa self-efficacy serta mengurangi ketergantungan anak mama pada validasi orang lain.

Menurut Child Mind Institute, pujian yang menekankan keberanian anak dalam menyuarakan pendapat atau mempertahankan batas pribadi akan membentuk karakter yang lebih mandiri dan tahan terhadap tekanan sosial.

Dengan begitu, anak Mama akan tumbuh menjadi pribadi yang peduli, namun tetap setia pada dirinya sendiri.

4. Dorong anak mengenal dan menyuarakan kebutuhannya

Dorong anak mengenal dan menyuarakan kebutuhannya
Freepik/asier_relampagoestudio

Anak yang mampu mengenali dan menyampaikan kebutuhan dirinya, seperti ingin istirahat, ingin makan cemilan atau ingin waktu untuk sendirian, cenderung memiliki keseimbangan emosional yang lebih baik tanpa harus selalu menyenangkan orang lain.

Pendekatan ini mendukung pembangunan motivasi intrinsik, dimana anak mama belajar menggali motivasi dari dalam diri, untuk dirinya sendiri, bukan untuk menyenangkan orang lain.

Dengan demikian, mereka akan belajar membuat keputusan yang lebih mandiri dengan arah yang jelas kepada kebutuhan pribadi.

Latihan sederhana seperti, “sekarang Mama lapar, Mama ambil kentang goreng dulu ya,” dapat memberi contoh nyata tentang mengungkapkan kebutuhan diri.

Ketika Mama konsisten melakukan hal tersebut, maka si Anak akan meniru pola sehat ini.

5. Tanamkan pemahaman bahwa konflik itu normal

Tanamkan pemahaman bahwa konflik itu normal
Freepik/mdjaff

Memahami bahwa konflik bukanlah hal negatif memberikan anak keberanian untuk bersuara tanpa rasa bersalah.

Setiap kali orang tua menekan anak agar hanya "nurut," tanpa menanggapi alasan atau perasaannya, pola kepatuhan dan menekan suara diri akan semakin tumbuh tanpa terkendali.

Hal ini dapat mendorong anak untuk menumbuhkan tendensi people pleaser

Dalam konteks ini, si Anak harus diberi ruang untuk menyampaikan pendapat yang berbeda tanpa takut ditolak.

Mama bisa mulai mendorong diskusi seperti, “kalau kamu nggak setuju dengan aturan ini, gimana kira-kira solusinya?”

Lalu latih anak merespon dengan kata-kata yang memuat empati dan keyakinan dirinya sendiri meskipun berbeda pandangan.

6. Jadi contoh yang seimbang untuk anak

Jadi contoh yang seimbang untuk anak
Freepik/jcomp

Anak cenderung meniru pola perilaku orang tua. Jika Mama selalu menuruti keinginan orang lain, anak akan menangkap bahwa menyenangkan orang lain adalah prioritas tinggi melebihi kesejahteraan sendiri.

Sebaliknya, menunjukkan keseimbangan antara empati dan kejelasan diri akan membantu anak mencontoh sikap yang sehat.

self-care dan batasan emosional pada orang tua sangat penting untuk ditunjukkan di depan anak.

Ketika Mama menjaga diri, misalnya beristirahat saat lelah sehabis memasak, anak akan belajar bahwa merawat diri sendiri adalah tindakan positif, bukan egois.

Sebagai praktik, Mama dapat mulai berkata pada anak, “Mama butuh waktu istirahat dulu sebelum lanjut main sama kamu, ya.”

Hal ini akan menunjukkan kepada anak mama cara memprioritaskan kebutuhan diri sambil tetap menghormati orang lain.

7. Ajarkan empati yang sehat

Ajarkan empati yang sehat
Freepik

Empati yang sehat adalah tentang menghargai perasaan orang lain tanpa mengabaikan kebutuhan diri sendiri.

Ajarkan anak untuk berkata, “aku peduli perasaanmu, tapi aku juga butuh waktu sendirian,” agar ia memahami empati bukan jalan mengorbankan diri.

Hal ini dapat dilatih dengan memberikan contoh kepada anak tentang menyikapi situasi secara tepat. Misalnya setelah bermain, saat anak mama merasa lelah tapi ada temannya yang masih ingin bermain lagi.

Mama bisa menyikapinya dengan berkata kepada si Anak, “Mama tahu temanmu ingin lanjut main, tapi kamu sudah capek, perlu istirahat sekarang. Nanti ya main lagi.”

Dengan demikian, anak mama dapat tumbuh sebagai pribadi yang peduli tanpa kehilangan jati diri.

Itu dia informasi seputar 7 cara mencegah anak jadi people pleaser, semoga membantu Mama dalam melatih si Anak untuk menyeimbangkan empati dan integritas, serta menghindari perangkap people-pleasing selama masa kanak-kanak hingga dewasa.

Share
Topics
Editorial Team

Latest in Big Kid

See More