Baca artikel Popmama lainnya di IDN App
For
You

7 Cara Sokong Anak Berpikir Kritis dalam Kehidupan Sehari-hari

anak dengan sejuta imajinasinya
Freepik
Intinya sih...
  • Anak perlu diajarkan berpikir kritis sejak dini dengan pertanyaan yang mendorong mereka untuk menjelaskan alasan di balik pendapatnya.
  • Pertanyaan seperti "Apa lagi yang mungkin benar?" membantu anak melihat bahwa satu situasi bisa memiliki banyak kemungkinan, sehingga mereka belajar berpikir lebih terbuka.
  • Menggunakan pertanyaan "Menurutmu, apa yang mungkin terjadi jika…?" saat anak membuat pilihan dapat melatih mereka memprediksi akibat dari tindakan mereka.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Kemampuan berpikir kritis pada anak terlihat dari kemampuannya mengamati dengan teliti, mengevaluasi informasi secara objektif, serta menarik kesimpulan secara logis dan relevan dalam berbagai situasi kehidupan sehari-hari. Anak usia dini memiliki peluang besar untuk mulai mengasah kemampuan ini sejak berada di jenjang prasekolah.

Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa keterampilan berpikir kritis memiliki hubungan yang kuat dengan perkembangan kognitif serta perkembangan sosial-emosional anak.

Mengasah daya berpikir kritis sangat bisa diterapkan dari pertanyaan sederhana. Berikut Popmama.com berikan 7 cara sokong anak berpikir kritis dalam kehidupan sehari-hari untuk Mama dan Papa praktikkan pada si Kecil!

1. “Apa yang membuat kamu berpikir begitu?”

Anam perempuan dan mama berkomunikasi sambil menggambar
Freepik/pvproductions

Kalimat ini mengajak anak menjelaskan alasan di balik pendapatnya, bukan sekadar menebak. 

Misalnya saat anak mengatakan, “Sepertinya tanaman ini akan cepat tumbuh.” Mama bisa menjawab, “Apa yang membuat kamu berpikir begitu?” 

Anak jadi belajar menyusun argumen berdasarkan pengamatan, misalnya karena ia melihat tanahnya lembap atau tanaman lain pernah tumbuh cepat. Kalimat ini mengajarkan penalaran, bukan jawaban instan.

2. “Apa lagi yang mungkin benar?”

Anak perempuan sedang membaca buku yang ditemani oleh Mama
Freepik/gpointstudio

Kalimat ini membantu anak melihat bahwa satu situasi bisa memiliki banyak kemungkinan. 

Misalnya, jika temannya tidak menyapa, anak mungkin langsung berpikir, “Dia marah sama aku.” Mama bisa merespons, “Apa lagi yang mungkin benar?” 

Mungkin temannya sedang terburu-buru, atau tidak melihatnya. Dengan begitu, anak belajar berpikir lebih terbuka dan tidak langsung menarik kesimpulan.

3. “Menurutmu, apa yang mungkin terjadi jika…?”

Papa dan anak sedang membaca buku bersama
Freepik

Gunakan ini saat anak sedang membuat pilihan. 

Misalnya, saat ia ingin menyiram tanaman terlalu banyak, Mama dan Papa bisa bertanya, “Menurutmu apa yang mungkin terjadi jika tanaman disiram terlalu banyak?” 

Kalimat ini melatih anak memprediksi akibat dari tindakan mereka, membangun kemampuan memecahkan masalah sebelum terjadi kesalahan.

4. “Kalau nanti kejadian serupa terjadi lagi, apa yang akan kamu lakukan berbeda?”

Papa dan anak sedang bermain catur
Freepik

Saat anak melakukan kesalahan, seperti tumpah minuman, lupa membawa buku, sebisa mungkin hindari menyalahkan. 

Cukup tanyakan, “Kalau nanti kejadian serupa terjadi lagi, apa yang akan kamu lakukan berbeda?” 

Dengan cara ini, anak belajar melihat kesalahan sebagai kesempatan belajar, bukan alasan untuk takut atau merasa gagal.

5. “Bagaimana kamu tahu?”

Anak perempuan sedang berpikir
Freepik

Kalimat ini mendorong anak memperkuat argumennya dengan bukti, bukan asumsi. 

Misalnya, anak berkata, “Besok pasti hujan.” Mama bisa balas dengan, “Bagaimana kamu tahu?” 

Anak mungkin kemudian mengamati langit, mengecek aplikasi cuaca, atau mengingat pola cuaca sebelumnya. Ini mengajarkan pentingnya data dan fakta dalam membuat kesimpulan.

6. “Menurutmu, siapa yang mungkin melihat ini dengan cara berbeda?”

Anak perempuan sedang belajar
Freepik/jcomp

Kalimat ini menumbuhkan empati dan kemampuan memahami sudut pandang orang lain. 

Misalnya, ketika anak tidak setuju dengan aturan sekolah, Mama bisa bertanya, “Menurutmu, siapa yang mungkin melihat ini dengan cara berbeda?” 

Anak mulai memahami bahwa setiap orang punya alasan dan perspektif yang tidak selalu sama dengan dirinya.

7. “Menurutmu, bagaimana seharusnya tokoh utama menyelesaikan masalahnya?”

Guru dan anak-anak sedang berinteraksi di kelas
Freepik/tonodiaz

Selain menjawab pertanyaan anak, Mama bisa menanyakan kembali agar anak belajar bernalar akan suatu hal.

Misalnya, setelah menonton film atau membaca buku, ajukan pertanyaan seperti di atas. 

Berpikir kritis merupakan proses aktif dan terarah untuk mengevaluasi informasi dengan mempertimbangkan bukti serta dampak yang mungkin terjadi. Keterampilan ini meliputi kemampuan untuk menganalisis, menilai, menarik kesimpulan secara logis, dan membuat keputusan yang tepat. 

Pengembangan kemampuan berpikir kritis tidak terjadi dalam waktu singkat. Proses ini dibentuk melalui pengalaman, interaksi, percobaan, refleksi, serta pendampingan yang dilakukan secara konsisten.

Kalimat sederhana dari 7 cara sokong anak berpikir kritis dalam kehidupan sehari-hari bisa membuat percakapan berubah menjadi latihan berpikir kritis tanpa terasa menggurui.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Novy Agrina
EditorNovy Agrina
Follow Us

Latest in Big Kid

See More

Playtopia Adventure, Playground Terbesar di Pulau Jawa!

13 Des 2025, 08:30 WIBBig Kid