- Mengambil keputusan sendiri,
- Menguasai rasa takut,
- Menghadapi rintangan,
- Memecahkan masalah secara langsung,
- Mencoba lagi dan lagi ketika gagal
Pentingnya Bermain untuk Praremaja, Pilih Kegiatan yang Berkualitas!

- Anak sekarang adalah generasi hybrid yang hidup di dua dunia, butuh bermain fisik dan stimulasi multisensori.
- Eksplorasi fisik membangun keberanian dan problem solving, penting untuk perkembangan self-control dan resilience.
- Sosialisasi real-time mencegah masalah emosional di masa remaja, perlu rasa aman saat bermain dan koneksi dengan teman sebaya.
Usia 5–12 tahun sering disebut sebagai In Between Phase, masa peralihan ketika anak bukan lagi balita, tetapi juga belum remaja. Pada fase ini terjadi shifting behaviour yang sangat kuat! Mereka semakin mandiri secara fisik, tetapi justru membutuhkan stimulasi sosial-emosional yang lebih kompleks
Sayangnya, banyak orangtua menganggap anak pra-remaja sudah “bisa sendiri”, padahal menurut para ahli, justru mereka membutuhkan ruang eksplorasi yang aman, stimulatif, dan relevan dengan kebutuhan perkembangan otak serta identitas diri mereka.
Di sini, Popmama.com akan mengulas pentingnya bermain untuk praremaja, pilih kegiatan berkualitas!
1. Anak sekarang adalah generasi hybrid yang hidup di dua dunia

Menurut riset dari UNESA, anak-anak umur 6-12 tahun sekarang bisa menghabiskan hingga 6 jam per minggu untuk penggunaan digital. Padahal rekomendasi WHO adalah maksimal 2 jam per hari untuk screen time.
“Artinya, kebutuhan bermain fisik makin mendesak. Anak sebenarnya butuh bergerak, berinteraksi, dan mendapatkan stimulasi multisensori yang tidak bisa digantikan oleh dunia digital.” Tutur Talla Aryanto selaku co-founder saat mejelasian latar belakang membentuk Playclub by Buumi
Ruang bermain fisik, terutama yang mengintegrasikan indoor, outdoor, dan water play memberikan pengalaman eksplorasi yang jauh lebih kaya untuk tubuh dan otak mereka.
2. Eksplorasi fisik membangun keberanian dan problem solving

Setelah melakukan Focus Group Discussion dengan anak-anak pra-remaja, Playclub by Buumi menemukan bahwa anak membutuhkan permainan yang menantang, bukan sekadar rekreasional.
Fasilitas seperti arena ninja warrior yang memicu adenalin, hingga permainan air memberi mereka pengalaman:
“Ini sangat penting karena pada fase ini, anak sedang mengembangkan self-control, resilience, dan self-identity yang semuanya dibangun melalui pengalaman real lewat permainan,” ungkap Psikolog Anak Ayank Irma.
3. Sosialisasi real-time mencegah masalah emosional di masa remaja

Menurut psikolog, anak pra-remaja membutuhkan:
- Rasa aman saat bermain
- Koneksi dengan teman sebaya,
- Permainan imaginatif,
- Tantangan eksekutif (executive functioning) yang didapatkan dari permainan
Jika kebutuhan ini tidak terpenuhi, risiko yang muncul bisa menjadi sangat kompleks. Gangguan emosi seperti rasa inferior, agresi tersembunyi, hingga kecenderungan menarik diri sangat mungkin muncul di kemudian hari.
Bermain bersama, berinteraksi nyata, bercanda, berkompetisi, dan menyelesaikan konflik kecil secara langsung adalah fondasi penting bagi kesehatan mental mereka.
4. Program berbasis peran (roleplay) mengembangkan identitas dan kompetensi diri

Menurut Nucha Bachri, co-founder Parentalk, anak pra-remaja membutuhkan permainan yang strategis, penuh aktivitas, kompetitif, menumbuhkan keberanian, dan melibatkan dirinya.
Inilah mengapa playground ini mengadakan Junior Internship Program bagi anak-anak dari usia 8-12 tahun untuk menjadi:
- Tour guide,
- Frontliners,
- Housekeeper,
- Restoran server,
- Petugas bioskop.
Bekerja sama dengan berbagai tenant, playground ini menyediakan wadah untuk anak-anak dapat merasakan pengalaman langsung sekaligus belajar di lapangan. Tujuannya, agar mereka menumbuhkan karakter disiplin, tanggung jawab, leadership, komunikasi, dan problem solving.
Program ini dapat dijalani satu hari (selama 3,5 jam hingga satu hari penuh) dan paket 4 kali bekerja setiap hari Sabtu.
"Terbukti, anak-anak yang mencoba roleplay sambil terjun langsung dalam aktivitas lapangan cenderung menjadi lebih percaya diri. Mereka merasa mampu, puas dengan pencapaiannya, dan akhirnya ingin mengulangi pengalaman tersebut lagi dan lagi," tutur Psikolog Anak Ayank Irma.
5. Orangtua harus proaktif dalam mendorong tumbuh kembang anak lewat bermain

Psikolog mengatakan bermain bukan sekadar hiburan. Ini adalah kebutuhan perkembangan yang menentukan identitas diri, kemampuan sosial, dan kesehatan mental mereka.
Maka, orangtua perlu proaktif memastikan anak mendapatkan stimulasi yang tepat, bukan hanya aktivitas digital, tetapi aktivitas fisik, sosial, dan yang memberi tantangan nyata.
Ruang bermain membantu mengisi celah ini dengan pendekatan yang terintegrasi, aman, relevan, dan sesuai kebutuhan psikologis anak masa kini.
Ketika seorang anak bermain secara rutin, ia akan menemukan masalah dan menyelesaikannya. Orangtua berperan penting untuk mencari dan menyediakan wadah untuk anak bermain sambil berkembang.
6. Ruang bermain yang imajinatif dan terintegrasi

"Setelah melakukan benchmarking ke Shanghai dan riset terhadap kebutuhan keluarga Indonesia, sangat terlihat bahwa jarang sekali ada ruang bermain yang benar-benar menyatukan aktivitas fisik, sosial, sensori, imajinatif, dan roleplay dalam satu ekosistem terkhusus untuk pra-remaja," ungkap Talla Aryanto.
Psikolog menyebut bahwa bermain imaginatif pada usia pra-remaja adalah momentum yang tepat untung mengasah regulasi emosi, sensori tubuh, koordinasi motorik dan rasa percaya diri yang tumbuh dari bermain di area indoor, outdoor, hingga water play.
Playclub by Buumi di Urban Forest Cipete menghadirkan hiburan dan tantangan seru dalam satu ruang bermain yang luas lengkap dengan kolam renang! Setiap sudutnya dirancang imajinatif, bersih, dan berstandar internasional, playground ini siap membersamai anak-anak di Indonesia untuk tumbuh dan berkembang. Itulah pentingnya bermain untuk praremaja, pilih kegiatan berkualitas, ya, Ma!


















