Baca artikel Popmama lainnya di IDN App
For
You

Bermain Bukan Sekadar Hiburan, Pendekatan Baru untuk 1000 Hari Pertama Anak

Pendekatan Baru untuk 1000 HPK Anak
Dok. Learning Time Indonesia
Intinya sih...
  • Fokus pada partisipasi aktif anak
    • Permainan harus melibatkan anak secara aktif
    • Larang mainan yang membuat anak pasif
    • Dirancang oleh ahli dan berbasis riset
      • Mainan harus disusun berdasarkan riset
      • Pendekatan dengan ahli psikologi anak penting
      • Memiliki tujuan pembelajaran
        • Setiap permainan harus memiliki tujuan pembelajaran jelas
        • Stimulasi untuk melatih kemampuan kognitif, motorik, bahasa, dan sosial emosional
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Perkembangan otak anak terjadi hingga 80% pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan (1000 HPK), sehingga pemilihan mainan tidak boleh hanya berfokus pada hiburan. Masa emas ini menuntut permainan yang dapat menstimulasi berbagai aspek perkembangan anak sejak dini.

Dalam Media Gathering pada Rabu (15/102025) di Kemang, Jakarta Selatan, Co-Founder Learning Time Indonesia, Darien Suria, B.Sc Child Psychology, menegaskan pentingnya permainan yang memiliki tujuan pembelajaran sesuai usia. “Tidak cukup jika hanya diberikan mainan yang sekadar menghibur, tanpa memerhatikan usia dan tujuan pembelajaran yang jelas,” ujarnya saat pemaparan.

Melihat masih banyak mainan yang hanya dirancang untuk membuat anak tenang tanpa tujuan pembelajaran, orang tua perlu memahami perbedaan antara hiburan dan stimulasi. Dalam paparannya, Darien membagikan sejumlah prinsip penting dalam memilih permainan yang tepat di 1000 hari pertama kehidupan agar perkembangan anak lebih optimal.

Berikut Popmama.com bagikan informasi seputar Pendekatan Baru untuk Dukung 1000 HPK Anak. Disimak ya!

1. Fokus pada partisipasi aktif anak

Fokus pada partisipasi aktif anak
Dok. Learning Time Indonesia

Darien menegaskan bahwa permainan yang baik tidak boleh membuat anak pasif. Banyak mainan konvensional justru bergerak atau berbunyi sendiri, sehingga anak hanya menjadi penonton tanpa melakukan interaksi. Padahal, stimulasi yang efektif harus melibatkan anak secara aktif melalui eksplorasi, gerakan, dan pengulangan.

Dalam paparannya, ia juga mencontohkan penggunaan layar sebagai “mainan” yang sering dipilih orang tua karena praktis. “Ketika anak hanya menonton layar atau menekan satu tombol lalu muncul suara dan cahaya, mereka tidak benar-benar belajar. Mereka tidak perlu melakukan apa-apa,” jelasnya. Oleh karena itu, permainan seharusnya mendorong anak untuk berpartisipasi, mencoba, dan memecahkan masalah sendiri agar perkembangan otak lebih optimal.

2. Dirancang oleh ahli dan berbasis riset

Dirancang oleh ahli dan berbasis riset
Popmama.com/Aliyyah Fayyaza Zulthany

Permainan stimulasi ideal harus disusun berdasarkan penelitian dan pemahaman tahap tumbuh kembang anak. Darien menjelaskan bahwa banyak mainan di pasaran memiliki label usia yang tidak didasarkan pada riset, melainkan pertimbangan tren atau pemasaran. Oleh karena itu, pendekatan yang melibatkan ahli psikologi anak dan pendidik usia dini menjadi penting untuk memastikan konten permainan sesuai kemampuan anak di tiap tahap.

Dalam acara tersebut, ia memaparkan bahwa setiap alat stimulasi yang dirancang timnya terlebih dahulu melalui diskusi dengan para ahli untuk menentukan apa yang seharusnya dipelajari anak di usia tertentu. Pendekatan berbasis riset ini membantu permainan menjadi relevan, tidak terlalu mudah ataupun terlalu sulit, sehingga perkembangan anak dapat didukung secara optimal.

3. Memiliki tujuan pembelajaran

Memiliki tujuan pembelajaran
Popmama.com/Aliyyah Fayyaza Zulthany

Setiap permainan sebaiknya memiliki tujuan pembelajaran yang jelas, bukan hanya menarik secara visual. Menurut Darien, stimulasi yang baik harus dirancang untuk melatih kemampuan kognitif, motorik, bahasa, maupun sosial emosional sesuai milestone usianya.

Ia menekankan bahwa ketika orang tua memahami fungsi dari sebuah permainan, proses bermain dapat menjadi sarana belajar yang terarah, bukan sekadar aktivitas pengalih perhatian. Dengan tujuan pembelajaran yang spesifik, perkembangan anak dapat dipantau dan dievaluasi dengan lebih mudah melalui aktivitas sehari-hari.


4. Aman dan sesuai kebutuhan usia

Aman dan sesuai kebutuhan usia
Popmama.com/Aliyyah Fayyaza Zulthany

Keamanan menjadi aspek penting dalam memilih permainan untuk bayi dan balita. Banyak mainan di pasaran yang menggunakan material plastik atau komponen yang dapat membahayakan saat digigit atau dimasukkan ke mulut. Darien menjelaskan bahwa stimulasi yang efektif harus memperhatikan sensitivitas usia, termasuk ukuran, tekstur, serta keamanan bahan.

Dalam presentasinya, ia menyebutkan bahwa material alami seperti kayu, silikon food grade, dan kain organik lebih aman digunakan. Selain itu, produk stimulasi juga harus melalui uji keselamatan dan sertifikasi, seperti SNI dan ISO, agar orang tua merasa tenang saat anak bermain. Dengan desain yang disesuaikan usia, anak tidak hanya aman, tetapi juga lebih mudah memahami cara menggunakan permainan tersebut.

5. Mendukung bonding orang tua-anak

Mendukung bonding orang tua-anak
Popmama.com/Aliyyah Fayyaza Zulthany

Bermain bukan hanya sarana stimulasi, tetapi juga momen penting membangun kedekatan emosional antara anak dan orang tua. Banyak permainan modern membuat anak bermain sendiri, padahal interaksi dua arah justru membantu perkembangan sosial emosional.

Darien menekankan bahwa permainan yang ideal mendorong keterlibatan orang tua melalui aktivitas bersama, seperti berbicara, membaca buku, atau mengeksplorasi alat stimulasi secara bergantian. Rutinitas ini membantu membentuk secure attachment dan membangun rasa percaya diri pada anak sejak dini. Ketika orang tua hadir dan terlibat dalam proses bermain, manfaat stimulasi menjadi lebih maksimal.

Untuk menjawab kebutuhan stimulasi anak secara menyeluruh, First Steps Play Program dirancang khusus untuk usia 0–30 bulan. Inisiatif ini dikembangkan bersama lebih dari 100 ahli pendidikan anak usia dini dengan pendekatan milestone-based learning. Di dalamnya tersedia alat stimulasi sesuai tahap perkembangan, panduan aktivitas bagi orang tua, serta checklist tumbuh kembang. Seluruh produk telah tersertifikasi SNI dan ISO, serta menggunakan material alami yang aman dan non-toxic.

Selain alat stimulasi, membaca buku juga menjadi stimulasi penting sejak bayi. Melalui Storytelling Series, seri buku interaktif dwibahasa yang disesuaikan dengan usia anak, Learning Time ingin membantu orang tua membentuk rutinitas mendongeng dengan percaya diri. “Faktanya, orang tua yang lebih percaya diri saat membacakan cerita cenderung lebih sering membaca untuk anaknya,” tutup Darien.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Novy Agrina
EditorNovy Agrina
Follow Us

Latest in Kid

See More

Resep Kreasi Telur Chili Padi, Menu Pedas Lembut yang Bocil Approve!

12 Des 2025, 07:05 WIBKid