5 Kebiasaan yang Membantu Mencegah Anak Menjadi Korban Bullying

- Perundungan di sekolah mengancam mental, kepercayaan diri, dan fokus belajar anak.
- Bullying menargetkan anak yang dianggap lemah, baik secara fisik, verbal, maupun psikologis.
- Anak yang percaya diri, sadar diri, dan mampu bersikap tegas lebih sulit menjadi korban bullying.
Perundungan kerap terjadi di lingkungan sekolah, dan pelakunya biasanya adalah teman sebaya anak. Tindakan perundungan ini tidak hanya mengganggu tumbuh kembang dan kesehatan mental anak, tetapi juga sering memengaruhi proses belajarnya.
Bullying biasanya ditujukan kepada anak yang dianggap lebih lemah oleh pelaku. Secara umum, perundungan dibagi menjadi tiga kategori, yakni Bullying Fisik, Bullying Verbal, dan Bullying Psikologis.
Selain mengajarkan anak agar tidak menjadi pelaku perundungan, Mama dan Papa juga perlu membentuk pribadi anak yang percaya diri. Cara yang efektif adalah melalui 5 kebiasaan yang membantu mencegah anak menjadi korban bullying. Tujuannya bukan membuat anak menjadi “jagoan” yang keras, tetapi agar mereka percaya diri, mampu berbicara dengan jelas, dan benar-benar memahami siapa diri mereka.
Berikut Popmama.com bagikan selengkanya!
1️. Postur tubuh untuk menunjukkan keyakinan

Ajari anak untuk berdiri tegak, kepala tegak, bahu ke belakang, dan tatap mata lawan bicara. Postur percaya diri saja sudah mengirim sinyal “Saya bukan target mudah”.
Bahasa tubuh adalah hal paling menonjol nomor satu yang orang lain lihat. Anak yang membungkuk dan mengalihkan pandangannya cenderung telrihat lemah dan menjadi sasaran empuk pelaku perundungan.
2️. Kontrol nada bicara agar lugas dan tegas

Nada suara yang tenang dan mantap memberi kesan percaya diri. Anak yang menguasai nada bicara akan lebih mudah membuat pelaku bully mundur daripada anak yang panik atau berteriak.
Hal ini bisa dibangun dari rumah. Orangtua dan orang dewasa di lingkungan anak menjadi model perilakunya yang positif. Rumah yang hangat, mendukung, ramah, dan mengungkapkan apa yang dirasakan masing-masing akan menjadi blueprint bagi anak berinteraksi sosial.
3️. Bangun kepercayaan diri nyata

Kepercayaan diri bukan sekadar kata-kata. Dorong anak menghadapi tantangan kecil setiap hari, dari berbicara di depan kelas sampai ikut kegiatan baru. Anak yang percaya diri tahu nilai dirinya sendiri.
Peran orangtua sangat penting dalam membantu anak membangun keterampilan diri yang positif, seperti harga diri yang sehat, citra diri yang baik, dan nilai diri yang dapat menumbuhkan kepercayaan diri pada anak. Sehingga ia merasa cukup dan bisa berdiri di kaki sendiri untuk membela dirinya.
4️. Ajari kesadaran dan pencegahan sejak dini

Berikan anak kemampuan membaca situasi, siapa teman yang mendukung, lingkungan yang aman, dan tanda-tanda bullying. Kesadaran mencegah reaksi panik nantinya.
Pada dasarnya, anak perlu diajarkan pendidikan keterampilan sosial seperti empati, kerja sama, dan resolusi konflik yang membantu mereka mengatasi situasi sosial yang sulit. Dengan begitu, anak akan terhindar menjadi korban bullying.
5️. Bantu anak agar memiliki sifat yang asertif, bukan agresif

Dalam banyak kasus, korban bullying secara otomatis berperilaku agresif sebagai respons tameng diri terhadap perlakuan yang mereka terima. Di sisi lain, beberapa anak menjadi pasif dan menarik diri dari dunia sosialnya.
Untuk itu, anak perlu membangun hubungan dan komunikasi asertif dengan kawanan sebaya atau orang dewasa. Anak perlu belajar mengatakan “tidak” dengan jelas tanpa harus menyerang. Tata bicara yang asertif lebih efektif dan aman dibandingkan agresi fisik atau verbal.
Anak tidak perlu jadi yang terkuat atau jagoan di lingkungannya. Mereka hanya perlu tahu siapa diri mereka dan menghadapi dunia dengan kebiasaan yang baik dan positif, bukan sekadar nasihat.
Bullying akan selalu berpola dan pola itu bisa dikenali dan dicegah dengan 5 kebiasaan yang membantu mencegah anak menjadi korban bullying.



















