Baca artikel Popmama lainnya di IDN App
For
You

7 Kegiatan Tambahan untuk Anak Sensory Seekers

Anak bermain mainan balok
Pexels/Tara Winstead

Coba perhatikan si Kecil dan amati kebiasaannya. Apakah ia sering tiba-tiba memanjat sofa atau lemari, menabrakkan diri ke benda-benda di sekitarnya, menyender dan bermanja pada orang lain, menggigit baju, menendang perabot, atau berlari ke sana ke mari tanpa henti—pokoknya, tidak bisa diam?

Meskipun sudah diminta berhenti, ia tetap mengulanginya, seolah tidak sadar dengan apa yang ia lakukan. Kira-kira, kenapa ya?

Mama perlu mengetahui: dalam proses mencari stimulasi tambahan, anak bisa menunjukkan berbagai perilaku yang cukup mengganggu. 

Perilaku ini bisa memengaruhi rutinitas sehari-hari, termasuk saat belajar di sekolah, mengurangi fokus, dan bahkan mengganggu orang-orang di sekitarnya.

Tubuh anak secara alami tahu apa yang dibutuhkannya, termasuk dalam hal kebutuhan sensorik. Anak yang memerlukan lebih banyak stimulasi sensorik akan secara otomatis mencarinya.

Saat kebutuhan sensorik tidak terpenuhi, anak akan melakukan berbagai cara untuk memenuhinya.  Perilaku seperti yang sudah disebutkan tadi adalah contoh dari manifestasi kebutuhan tersebut. 

Dalam beberapa kasus, kebutuhan itu bisa terpenuhi dengan cara yang kurang baik, seperti memukul teman. Tentu Mama tidak ingin hal seperti ini terjadi, bukan?

Karena itu, Mama bisa membantu memenuhi kebutuhan sensorik si Kecil dengan menawarkan berbagai aktivitas yang sesuai. Merencanakan aktivitas-aktivitas ini bukan hanya akan membantu memenuhi kebutuhannya, tapi juga membuat anak menjadi lebih tenang dan fokus.

Catat ya, Ma:

Idealnya, anak membutuhkan 5–10 menit aktivitas sensorik setiap 1–2 jam. Selain itu, mereka juga memerlukan total 90 menit aktivitas fisik dengan intensitas sedang hingga tinggi setiap harinya. 

Di artikel ini, Popmama.com akan membagikan 7 kegiatan tambahan untuk anak sensory seekers. Simak artikelnya, ya, Ma! Siapa tahu, aktivitas ini bisa jadi alternatif untuk Mama lakukan di rumah.

1. Bergelantungan terbalik

Anak bergelantungan
Pexels/Anastasia Shuraeva

Bergelantungan dalam posisi terbalik mungkin terlihat seperti sekadar permainan anak-anak yang sepele. Namun, aktivitas sederhana ini sebenarnya menyimpan manfaat yang jauh lebih besar dari yang Mama kira.

Faktanya, gerakan ini bisa sangat membantu anak yang sedang mencari stimulasi sensorik untuk belajar menenangkan dan mengatur diri mereka sendiri (self-regulation).

Bergelantungan terbalik secara khusus merangsang sistem vestibular, yaitu sistem sensorik penting yang berperan dalam menjaga keseimbangan tubuh, mengatur gerakan motorik, koordinasi, postur tubuh, serta kesadaran terhadap posisi dan ruang (body and spatial awareness).

Meski bermanfaat, aktivitas ini juga memiliki risiko jika dilakukan tanpa pengawasan. Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk selalu mendampingi si Kecil saat melakukannya, ya, Ma.

2. Finger painting

Finger painting untuk anak
Pexels/Alexander Grey

Finger painting adalah salah satu kegiatan yang tidak hanya merangsang saraf sensorik anak, tetapi juga mengembangkan kreativitasnya dalam berkarya.

Finger painting tidak selalu harus menggunakan cat warna, lho, Ma. 

Mama bisa menggantinya dengan bahan-bahan bertekstur seperti pasir, beras, atau bahkan agar-agar; bahan apapun yang aman di tangan dan menyenangkan untuk dieksplorasi.

Dengan bahan yang beragam ini, anak dapat mengeksplorasi berbagai tekstur dan mengembangkan keterampilan visual-motorik sejak dini.

Aktivitas ini sangat baik untuk melatih tactile input (rangsangan sentuhan) anak. Menambahkan aroma tertentu atau menggunakan bahan yang bisa dicicipi juga bisa memperkaya pengalaman sensorik si Kecil.

3. Bermain trampolin

Anak bermain hulahup
Pexels/Kaboompics.com

Di usia 4–5 tahun, anak seharusnya sudah mulai mampu melompat sendiri tanpa bantuan. Mama bisa mulai menyediakan trampolin mini sebagai media latihan. Selain itu, aktivitas melompat ini bisa divariasikan dengan lempar-tangkap bola atau menggunakan rintangan yang empuk seperti bean bag.

Selain bergelantungan, melompat juga merupakan aktivitas yang sangat baik untuk menstimulasi sistem vestibular dan proprioseptif, sekaligus melatih daya tahan tubuh anak. 

Yang dimaksud dengan sistem proprioseptif adalah bagian dari sistem sensorik tubuh yang memberi kita kemampuan untuk merasakan posisi, gerakan, dan kekuatan otot tubuh sendiri.

4. Lompat tali 

Anak bermain tali
Pexels/Yan Krukau

Ajarkan anak bermain lompat tali. Kegiatan ini bisa menjadi tantangan baru yang menyenangkan bagi si Kecil. Rasa takut akan jatuh justru bisa menjadi momen penting untuk melatih keberanian dan kemampuannya dalam mengambil risiko.

Secara bertahap, Mama bisa memperkenalkan variasi gaya melompat, seperti lompat silang, lompat dengan satu kaki, lompat berirama, dan lain-lain. Jika Mama masih merasa khawatir si Kecil mudah terjatuh atau terluka, hulahup bisa menjadi alternatif awal yang lebih aman.

Hulahup memiliki risiko yang lebih rendah, bisa dimainkan sendiri, dan tetap bermanfaat untuk melatih koordinasi serta keseimbangan tubuh anak.

5. Yoga

Anak dan Mama berlatih yoga
Pexels/Valeria Ushakova

Yoga mungkin belum terlalu umum dikenalkan pada anak-anak, namun Mama bisa mulai melatihnya dengan gerakan-gerakan sederhana seperti mountain pose, tree pose, atau child’s pose.

Gerakan dalam yoga membantu menstimulasi sistem proprioseptif karena melibatkan reseptor sensorik di persendian.

Terlebih lagi, jika Mama merasa gerak si Kecil cenderung ceroboh, sering menyakiti diri sendiri karena sering terjatuh, atau tampak kurang seimbang saat berjalan, yoga bisa menjadi cara yang baik untuk melatih keseimbangan dan kesadaran tubuhnya.

6. Bermain di alam

Anak berkebun bersama Mama
Pexels/Yan Krukau

Dekatkan anak dengan alam. Ini bukan berarti Mama harus membawanya ke tempat-tempat jauh atau berisiko seperti gunung atau pantai. 

Cukup ajak si Kecil berkebun di halaman rumah atau berjalan-jalan santai ke taman bunga. Aktivitas sederhana ini sangat baik untuk merangsang pancaindra anak.

Mereka bisa melihat beragam warna, mendengar berbagai suara alam, mencium aroma segar tumbuhan, serta menyentuh aneka tekstur alami yang mungkin masih baru bagi mereka.

Bermain dengan tanah atau lumpur juga bermanfaat untuk mengembangkan kemampuan motorik halus dan koordinasi mata serta tangan. 

Meski permainan ini bisa membuat kotor, manfaatnya untuk perkembangan sensorik dan motorik anak sangatlah besar.

7. Memasak dan baking

Anak dan Mama baking bersama
Pexels/RDNE Stock Project

Memasak dan baking bisa menjadi aktivitas yang penuh dengan rangsangan sensorik untuk anak. Tapi, Mama harus berhati-hati karena peralatan memasak umumnya tidak diperuntukkan untuk anak usia di bawah 5 tahun.

Kegiatan ini melibatkan berbagai indra sekaligus, mulai dari aroma dari bahan-bahan makanan, sensasi taktil saat meremas adonan, kemampuan visual dari warna-warna kue, hingga rasa yang dihasilkan makanan yang melatih indera pengecap. 

Ma, itulah 7 kegiatan tambahan untuk anak sensory seekers yang bisa Mama praktikkan di rumah. Selain memenuhi kebutuhan sensoriknya, kegiatan ini juga bisa menambah quality time anak dengan keluarga.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Novy Agrina
EditorNovy Agrina
Follow Us

Latest in Kid

See More

Seru! Rayakan Natal dan Tahun Baru yang Meriah Bersama Lippo Malls

04 Des 2025, 18:39 WIBKid