Tahapan Perkembangan Otak Anak dari Bayi hingga Remaja

Perkembangan otak anak adalah proses luar biasa yang dimulai sejak dalam kandungan dan terus berlanjut hingga usia remaja.
Di setiap tahap usia, otak anak mengalami perubahan besar yang memengaruhi cara mereka belajar, berkomunikasi, hingga memahami emosi.
Sebagai orangtua, memahami tahapan ini sangat penting agar bisa memberikan stimulasi dan dukungan yang sesuai kebutuhan mereka.
Kali ini Popmama.com akan membahas informasi seputar tahapan perkembangan otak anak dari bayi hingga remaja.
1. The survival stage (0-2 tahun)

Di tahap ini, otak anak tumbuh lebih cepat dibandingkan tahap mana pun dalam hidup. Mereka belum mampu berpikir sebelum bertindak.
Setiap emosi dan pengalaman dirasakan sepenuhnya melalui tubuh mereka. Anak menangis saat lapar, gelisah saat lelah, dan tertawa saat merasa nyaman, semua itu terjadi secara alami tanpa proses berpikir.
Peran Mama sangat penting di masa ini. Memberikan pelukan, menggunakan suara yang lembut, dan menciptakan rutinitas yang konsisten dapat membantu membentuk koneksi otak yang kuat.
Respons penuh kasih seperti ini menjadi fondasi awal yang sangat penting bagi perkembangan otak, emosi, dan hubungan sosial anak di masa depan.
2. Emotion overload stage (3-5 tahun)

Pada usia ini, anak mulai belajar mengenali emosi mereka, tetapi belum sepenuhnya mampu mengendalikannya.
Itulah mengapa tantrum, ledakan emosi, atau tangisan tiba-tiba sering terjadi. Otak bagian yang mengatur logika dan pengendalian diri belum berkembang sepenuhnya, sehingga emosi sering kali mengambil alih.
Di masa ini, anak butuh bimbingan yang lembut. Mama bisa membantu dengan tetap tenang saat anak meledak, memberi nama pada perasaan yang dirasakan anak, dan mengulang rutinitas yang membuat mereka merasa aman.
Dengan dukungan yang konsisten, anak perlahan belajar bahwa emosi boleh dirasakan, dan ada cara yang sehat untuk mengungkapkannya.
3. Rules + reasoning begin (6-9 tahun)

Di usia ini, anak mulai memahami aturan dan alasan di baliknya. Mereka sudah bisa diajak berdiskusi, bertanya "kenapa", dan mulai membentuk logika sederhana.
Bagian otak yang mengatur berpikir rasional dan pengambilan keputusan mulai berkembang lebih aktif, meski belum stabil sepenuhnya.
Mama bisa memanfaatkan masa ini untuk menanamkan nilai, kebiasaan baik, dan keterampilan sosial. Jelaskan alasan di balik setiap aturan dengan bahasa yang mudah dipahami.
Anak usia ini juga mulai mencari keadilan, jadi penting untuk memberi ruang berdiskusi dan menghargai pendapat mereka. Ini adalah masa penting untuk membangun pola pikir yang sehat dan empati sejak dini.
4. Identity + self doubt start (10-12 tahun)

Memasuki usia pra remaja, anak mulai mencari tahu siapa diri mereka dan di mana posisi mereka di lingkungan sekitar.
Anak mulai membandingkan diri dengan orang lain, memikirkan citra diri, dan perlahan membentuk identitas. Di saat yang sama, rasa ragu dan kurang percaya diri pun mulai muncul.
Orangtua perlu hadir sebagai pendengar yang terbuka dan suportif. Dorongan positif, pujian yang tulus, dan kesempatan untuk mencoba hal baru sangat membantu anak membangun kepercayaan diri.
Jangan lupa, validasi perasaan mereka juga penting. Di masa ini, anak sedang belajar mengenali jati diri sekaligus mengelola keraguan yang muncul dalam prosesnya.
5. Risk + independence stage (13-16 tahun)

Di usia ini, anak mulai ingin lebih mandiri dan berani mengambil keputusan sendiri. Mereka juga cenderung mencoba hal baru dan mengambil risiko, meskipun belum sepenuhnya memahami akibatnya.
Peran Mama adalah tetap memberi kepercayaan sambil menjaga batas yang sehat. Ajak anak berdiskusi dan jadi tempat aman untuk kembali.
Dukungan yang hangat dan konsisten akan membantu mereka melewati masa ini dengan lebih bijak.
Nah, itulah informasi mengenai tahapan perkembangan otak anak dari bayi hingga remaja. Semoga bermanfaat ya, Ma!



















