Mom Shaming yang Rentan Dialami Mama Baru

Perilaku ini seringkali membuat para Mama stres dan bahkan depresi

4 Oktober 2020

Mom Shaming Rentan Dialami Mama Baru
Pexels/Josh Willink

Perkembangan teknologi saat ini memang memberikan banyak keuntungan bagi Mama. Namun demikian, ada pula kerugian yang bisa didapat. Salah satunya yakni mom shaming.

Istilah ini muncul dan mulai populer setelah di media sosial setiap orang bisa bebas berkomentar tentang apapun yang diunggah. Kadang-kadang komentar yang didapat bersifat negatif dan bahkan mempermalukan.

Tak hanya terjadi di kalangan artis dan di media sosial, situasi mom shaming ini juga bisa terjadi di lingkungan keluarga, teman atau tetangga secara langsung.

Hati-hati, tanpa disadari mom shaming juga bisa menimbulkan stres, depresi dan bahkan rasa putus asa. Terutama bagi ibu baru yang masih banyak belajar untuk mengurus keluarga dan tentu saja buah hatinya.

Berikut Popmama.com telah merangkum informasi lengkap tentang mom shaming yang perlu Mama ketahui.

1. Apa itu mom shaming?

1. Apa itu mom shaming
Freepik

Menurut Psychology Today, mom shaming adalah perilaku di mana terjadi pemberian kritik atau komentar kepada seorang ibu, yang justru membuatnya tertekan karena diucapkan dengan nada negatif.

Meski tampaknya mom shaming lebih banyak dialami oleh kalangan artis, namun sebenarnya dalam kehidupan sehari-hari situasi seperti ini juga banyak terjadi. Terutama pada ibu yang baru melahirkan atau baru memiliki anak pertama.

Berdasarkan hasil penelitian, topik yang paling banyak dijadikan sebagai situasi mom shaming adalah tentang kedisiplinan anak. Selain itu, topik lainnya yakni makanan, pola tidur, seputar pemberian ASI (air susu ibu), keamanan dan keselamatan anak, serta pemilihan pola asuh anak.

Tanpa disadari, ada beberapa kelompok pelaku mom shaming, Ma. Disebutkan dalam surveinya tiga kelompok pelaku tersebut yakni orang tua, mertua dan kerabat dekat.

Namun selain itu, di media sosial siapapun hampir bisa memberikan kritik dan komentar bernada mom shaming, meskipun mungkin tidak mengenal Mama.

Tak sedikit bahkan sesama ibu yang justru melakukan mom shaming. Tindakan ini tanpa disadari dilakukan karena ada perbedaan pola pikir atau pola asuh pada anak.

Editors' Pick

2. Jenis-jenis mom shaming

2. Jenis-jenis mom shaming
Pexels/Rawpixel.com

Ada beberapa jenis mom shaming yang terjadi di kehidupan sehari-hari, Ma. Salah satunya di media sosial.

Ketika seorang ibu mengunggah foto tentang aktivitas atau penampilan anak, kemudian ada yang berkomentar bernada negatif atau terkesan menggurui, terlebih sampai membuat ibu yang mengunggah tersinggung, hal ini juga bisa disebut mom shaming.

Misalnya mengomentari posisi menggendong anak, memilihkan pakaian untuk anak, sampai mengomentari tentang proses menyusuinya.

Selain memberi komentar langsung, para pelaku mom shaming juga kadang menulis komentar di kolom komentar orang lain alias menimpalinya. Tulisannya tak jarang bernada provokatif sehingga para ibu-ibu lain akan sependapat dan ikut menyalahkan ibu yang mengunggah foto.

Sementara itu, di lingkungan keluarga, tetangga dan bahkan teman, kondisi mom shaming juga tak luput terjadi, Ma.

Beberapa hal yang tanpa disadari juga bisa menjadi mom shaming yakni memberi kritik tentang proses menyusui. Terutama jika Mama memberikan botol susu atau bahkan memberikan susu formula. Biasanya hal ini kemudian memicu komentar tentang betapa baiknya manfaat dari ASI.

Hal lain yang juga sering dikomentari adalah menu makanan MPASI (makanan pendamping ASI) yang dianggap kurang sehat atau kurang higienis.

Tak cuma pola asuh, seringkali pelaku mom shaming juga memberikan kritik atau komentar terhadap penampilan fisik seorang ibu. Misalnya jika berat badan setelah melahirkan belum juga turun atau penampilannya tampak lebih gemuk.

Padahal sebenarnya orang tua memiliki hak penuh untuk menentukan apa yang terbaik bagi anak-anaknya ya, Ma. Ucapan kritik atau komentar menggurui yang bernada negatif pun sebaiknya dihindari agar tak menyinggung orang lain.

3. Dampak mom shaming bagi kehidupan Mama

3. Dampak mom shaming bagi kehidupan Mama
Pixabay/DanaTentis

Memberikan kritik dan komentar negatif terhadap pilihan cara pola asuhnya juga bisa disebut sebagai tindakan bullying lho, Ma. Tindakan mom shaming seperti ini pun bisa memberikan dampak tak sehat bagi ibu.

Dampak paling sering dialami yakni turunnya kepercayaan diri. Terutama perasaan apakah ia mampu mengurus dan mengasuh anaknya dengan baik. Seringkali mom shaming juga membuat ibu merasa buruk dan tidak becus mengurus buah hatinya.

Bagi ibu yang baru saja melahirkan, situasi seperti ini juga bisa menyebabkan baby blues dan postpartum depression.

Ibu jadi tidak nafsu makan, mudah sedih, menangis terus-menerus dan bingung dalam menentukan pola asuh anak. Lama-kelamaan kondisi ini juga bisa memengaruhi kesehatan fisik.

4. Penyebab mom shaming

4. Penyebab mom shaming
Pexels/Rawpixel.com

Ada beberapa alasan mengapa mom shaming masih terjadi, terutama di kalangan ibu-ibu muda. Salah satunya adalah agar dirinya seolah-olah terlihat lebih baik dan lebih unggul.

Selain itu, rasa bosan dan jenuh menjalani rutinitas sehari-hari juga bisa menjadi penyebab mengapa seseorang menjadi pelaku mom shaming. Rasa lelah dan beban mengurus keluarga dan rumah setiap hari juga bisa menjadi alasan pelaku mom shaming melakukan tindakan tersebut.

Jika Mama juga sering mengalami hal seperti ini, ingatlah bahwa menyampaikan sesuatu bernada negatif kepada orang lain tak selamanya akan menguntungkan. Apabila memang ada perbedaan dalam hal pola asuh, lebih baik simpan sendiri saja ya, Ma.

Sebagai sesama ibu, saling menguatkan dan mendukung justru akan lebih menguntungkan semua pihak bukan?

5. Cara menghadapi pelaku mom shaming

5. Cara menghadapi pelaku mom shaming
Pexels/Christina Morillo

Apabila Mama justru kerap menjadi korban mom shaming alias sering dikomentari negatif, ada beberapa cara menghadapinya. Salah satunya adalah tetap tenang dan tidak perlu membalas komentar tersebut dengan emosi. Cukup sampaikan ‘terima kasih untuk kritiknya’ saja.

Pahami bahwa setiap orang tentu bisa memberikan komentar atau kritik terhadap siapa pun, termasuk Mama. Jadi, anggap saja komentar yang diberikan menjadi masukan, siapa tahu memang benar dan bisa memberikan perbaikan untuk diri Mama, kan?

Jangan lupa bahwa Mama juga memiliki support system yang selalu mendukung, seperti Papa, ayah, ibu atau saudara Mama. Mintalah masukan dan dukungan dari kerabat terpercaya untuk membantu mengatasi tindakan mom shaming yang Mama alami.

Cara lainnya yakni menjauhi dan menghindari lingkungan pelaku mom shaming. Jika Mama sudah paham bahwa si A atau B sering memberikan komentar negatif, lebih baik hindari sebisa mungkin berkontak dengannya ya, Ma.

Begitu pun di media sosial, Mama bisa menutup kolom komentar jika tak ingin ada situasi mom shaming yang terjadi. Dengan kata lain, mencegah lebih baik daripada mengobati.

Baca juga:

The Latest