Apa Itu Depresi Mayor? Ini Bedanya dengan Depresi Biasa

Pernah merasa sedih berkepanjangan, atau kehilangan minat pada hal-hal yang dahulu menyenangkan? Hati-hati, bisa jadi itu bukan sekadar bad mood biasa, tetapi tanda-tanda depresi mayor.
Melansir dari Mayo Clinic, depresi mayor atau Major Depressive Disorder (MDD) adalah gangguan mental yang memengaruhi perasaan dan perilaku. Sayangnya, banyak mengira ini hanya kesedihan biasa yang akan berlalu.
Padahal, keduanya sangat berbeda. Karena itu, kenali lebih jauh bareng Popmama.com terkait apa itu depresi mayor? Serta bagaimana perbedaannya dengan depresi biasa.
Apa Itu Depresi Mayor? Dikenal sebagai Gangguan Mental yang Serius

Depresi mayor bukan sekadar 'lagi nggak mood atau 'cuma butuh hiburan'. Ini adalah gangguan psikologis yang bisa mengubah cara seseorang menjalani hidupnya.
American Psychiatric Association (APA) mendefinisikan depresi mayor sebagai kondisi yang ditandai dengan perasaan sedih mendalam. Menurut World Health Organization (WHO), depresi mayor menjadi salah satu penyebab utama disabilitas di seluruh dunia.
Bahkan, WHO mencatat bahwa lebih dari 280 juta orang di dunia mengalami depresi, termasuk pemikiran atau tindakan bunuh diri. Beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko depresi mayor antara lain:
- Faktor genetik: Jika ada riwayat keluarga dengan depresi, risiko seseorang untuk mengalami kondisi ini lebih tinggi.
- Ketidakseimbangan kimia otak: Hormon seperti serotonin dan dopamin berperan besar dalam mengatur suasana hati.
- Tekanan hidup berat: Kehilangan orang tersayang, stres berkepanjangan, atau trauma masa lalu bisa menjadi pemicu utama.
- Penyakit kronis: Beberapa kondisi medis seperti diabetes, penyakit jantung, atau kanker dapat meningkatkan risiko depresi mayor.
Depresi Mayor vs Depresi Biasa, Apa Bedanya?

Banyak yang mengira depresi hanya perasaan sedih sementara. Padahal, depresi mayor memiliki gejala, durasi, dan dampak yang jauh lebih serius.
1. Durasi dan intensitas
Depresi biasa biasanya terjadi akibat faktor eksternal, seperti putus cinta atau kehilangan pekerjaan. Sebaliknya, depresi mayor berlangsung lebih dari dua minggu.
2. Dampak terhadap kehidupan sehari-hari
Orang yang mengalami depresi biasa masih bisa berfungsi normal, meskipun merasa sedih. Namun, penderita depresi mayor sering kali mengalami gangguan dalam aktivitas sehari-hari.
3. Gangguan fisik yang menyertai
Depresi mayor tidak hanya memengaruhi kondisi mental tetapi juga fisik. Beberapa penderita mengalami insomnia, hingga perubahan berat badan.
4. Potensi risiko bunuh diri
Perbedaan paling serius adalah risiko bunuh diri yang lebih tinggi pada penderita depresi mayor. Dalam Journal of the American Medical Association (JAMA), hampir 60% kasus bunuh diri berkaitan dengan gangguan depresi mayor.
Bagaimana Cara Mengatasi Depresi Mayor?

Kabar baiknya, depresi mayor bisa diatasi dengan berbagai metode, baik terapi psikologis maupun pengobatan medis. Beberapa langkah yang bisa membantu antara lain:
- Terapi psikologis: Terapi kognitif perilaku (Cognitive Behavioral Therapy/CBT) terbukti efektif dalam membantu penderita mengubah pola pikir negatif dan mengembangkan strategi coping yang sehat.
- Obat antidepresan: Dalam beberapa kasus, dokter mungkin meresepkan obat seperti Selective Serotonin Reuptake Inhibitors (SSRIs) untuk membantu menyeimbangkan kadar serotonin dalam otak.
- Dukungan sosial: Berbicara dengan orang terdekat atau bergabung dalam komunitas pendukung bisa membantu mengurangi perasaan kesepian.
- Gaya hidup sehat: Olahraga teratur, pola makan seimbang, dan tidur cukup juga berperan besar dalam mengelola gejala depresi mayor.
Itu dia ulasan lengkap terkait apa itu depresi mayor? Dengan mengenali perbedaannya, kita bisa lebih peduli terhadap kesehatan mental, baik untuk diri sendiri maupun orang lain.