13 Ciri-Ciri Penyakit Liver yang Sudah Parah

Hati atau liver adalah salah satu organ penting dalam tubuh yang memiliki banyak fungsi, mulai dari menyaring racun, membantu metabolisme, hingga memproduksi protein penting dalam tubuh. Namun, tanpa disadari, gaya hidup yang tidak sehat, konsumsi minuman keras berlebihan, atau infeksi virus bisa merusak hati dan menyebabkan penyakit liver.
Yang lebih mengkhawatirkan, penyakit liver sering kali berkembang secara diam-diam tanpa gejala yang jelas di awal. Ketika penyakit liver sudah parah, berbagai tanda mulai muncul sebagai sinyal bahwa organ ini mengalami kerusakan serius.
Sayangnya, banyak orang yang baru menyadari kondisi ini ketika sudah mencapai tahap lanjut, di mana pengobatan menjadi lebih sulit dan komplikasi lebih berisiko terjadi. Oleh karena itu, mengenali ciri-ciri penyakit liver yang sudah parah sangat penting agar bisa segera mendapatkan penanganan medis yang tepat.
Jika dibiarkan tanpa pengobatan, kondisi ini bisa berujung pada gagal hati yang berbahaya bagi keselamatan jiwa. Berikut Popmama.com akan membahas 13 ciri-ciri penyakit liver yang sudah parah agar kamu lebih waspada dan bisa segera mencari bantuan medis jika diperlukan. Yuk, simak informasinya!
1. Asites (penumpukan cairan di perut)

Asites terjadi ketika cairan menumpuk di rongga perut akibat tekanan darah tinggi di pembuluh hati (hipertensi portal) dan rendahnya kadar albumin dalam tubuh. Gejalanya meliputi perut yang terlihat membesar, terasa kencang, dan sering kali menyebabkan ketidaknyamanan atau nyeri.
Jika dibiarkan tanpa penanganan, asites dapat memicu infeksi berbahaya seperti peritonitis bakterialis spontan. Menurut Healthline, kondisi ini merupakan salah satu tanda penyakit liver yang sudah parah, sering kali terjadi pada pasien dengan sirosis hati.
Selain menimbulkan rasa tidak nyaman, asites juga bisa menyebabkan sesak napas karena tekanan cairan pada diafragma. Untuk mengatasinya, dokter biasanya menyarankan diet rendah garam, penggunaan diuretik, atau bahkan tindakan paracentesis untuk mengeluarkan cairan yang berlebihan.
2. Ensefalopati hepatik

Ensefalopati hepatik adalah gangguan otak yang terjadi akibat penumpukan racun dalam darah karena tidak dapat disaring oleh hati. Racun seperti amonia yang menumpuk dalam tubuh akan mencapai otak dan menyebabkan gangguan kognitif serta perubahan perilaku.
Pada tahap awal, pasien mungkin mengalami kebingungan ringan atau sulit berkonsentrasi, namun pada kasus yang lebih parah, kondisi ini bisa berkembang menjadi koma. Kondisi ini sering kali diperparah oleh infeksi, perdarahan gastrointestinal, atau ketidakseimbangan elektrolit.
Menurut jurnal Clinical Liver Disease, ensefalopati hepatik terjadi pada 30-45% pasien dengan sirosis dan menjadi penyebab utama kematian pada pasien dengan penyakit liver lanjut. Gejala utama ensefalopati hepatik meliputi kebingungan, disorientasi, kejang otot, hingga penurunan kesadaran.
Jika tidak segera ditangani, pasien bisa mengalami koma hepatik yang sangat berbahaya. Penanganan biasanya melibatkan pemberian laktulosa untuk membantu mengeluarkan racun dari tubuh serta antibiotik tertentu untuk mengurangi produksi amonia dalam usus.
3. Gatal-gatal (pruritus)

Gatal-gatal yang persisten merupakan salah satu gejala penyakit liver yang sering kali diabaikan. Kondisi ini terjadi akibat penumpukan asam empedu dalam darah, yang seharusnya dikeluarkan oleh hati. Gatal ini biasanya terasa di seluruh tubuh, terutama di malam hari, dan tidak membaik dengan penggunaan obat antihistamin biasa.
Menurut Healthline, pruritus pada penyakit liver berbeda dengan gatal biasa karena lebih dalam dan tidak selalu disertai ruam. Selain itu, intensitasnya dapat meningkat saat pasien sedang stres atau mengalami perubahan suhu tubuh. Umumnya, ditemukan pada pasien dengan kolestasis, yaitu gangguan aliran empedu yang terjadi akibat penyakit liver kronis.
Diketahui, sekitar 20-50% pasien dengan sirosis bilier primer mengalami pruritus sebagai salah satu gejala awal. Sayangnya, gatal ini dapat sangat mengganggu kualitas hidup pasien karena menyebabkan gangguan tidur dan stres psikologis.
Penanganan pruritus akibat penyakit liver biasanya melibatkan penggunaan obat-obatan seperti kolestiramin, yang membantu mengurangi kadar asam empedu dalam darah. Selain itu, terapi sinar UV dan obat-obatan antipruritus lainnya juga bisa diberikan untuk mengurangi rasa tidak nyaman yang ditimbulkan.
4. Ikterus (jaundice)
-FrtO0IWnDjXNwXVsqbGYQlbMig30JJW7.jpg)
Ikterus atau jaundice adalah perubahan warna kulit dan bagian putih mata menjadi kuning akibat penumpukan bilirubin dalam darah. Bilirubin adalah zat yang biasanya diproses oleh hati dan dikeluarkan melalui empedu. Namun, ketika hati mengalami kerusakan, bilirubin tidak dapat diproses dengan baik sehingga menumpuk dalam tubuh.
Menurut WHO, ikterus merupakan salah satu tanda paling umum dari penyakit liver yang sudah parah. Selain perubahan warna kulit dan mata, penderita juga dapat mengalami urine berwarna gelap dan tinja berwarna pucat. Ini terjadi karena bilirubin yang seharusnya dikeluarkan melalui feses malah menumpuk dalam darah.
Diketahui, ikterus pada pasien dengan sirosis hati sering kali merupakan tanda bahwa fungsi hati telah menurun secara signifikan. Jika tidak segera ditangani, kondisi ini dapat berkembang menjadi gagal hati, yang berisiko mengancam nyawa.
5. Kehilangan nafsu makan

Pasien dengan penyakit liver yang sudah parah sering mengalami kehilangan nafsu makan dan berujung pada penurunan berat badan dan malnutrisi. Kondisi ini disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk perubahan metabolisme tubuh, gangguan pencernaan, dan mual yang sering terjadi akibat penumpukan racun dalam darah.
Menurut Healthline, ketika hati tidak dapat berfungsi dengan baik, produksi empedu yang berperan dalam pencernaan lemak menjadi terganggu. Akibatnya, pasien mungkin merasa cepat kenyang atau bahkan mengalami rasa tidak nyaman setelah makan. Ini sering kali menyebabkan pasien mengurangi asupan makanan mereka secara drastis.
Ditemukan bahwa sekitar 70% pasien dengan penyakit liver kronis mengalami malnutrisi akibat penurunan nafsu makan. Malnutrisi ini dapat memperburuk kondisi tubuh secara keseluruhan dan meningkatkan risiko komplikasi lebih lanjut.
Untuk mengatasi masalah ini, dokter biasanya merekomendasikan pola makan tinggi protein dan rendah garam, serta suplemen nutrisi jika diperlukan. Dalam beberapa kasus, terapi nutrisi melalui infus atau selang makanan mungkin diperlukan untuk memastikan pasien mendapatkan asupan gizi yang cukup.
6. Kelelahan berlebihan

Kelelahan terus-menerus dan tidak membaik meskipun sudah cukup istirahat adalah salah satu ciri penyakit liver yang sudah parah. Kondisi ini disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk gangguan metabolisme energi, peradangan kronis, serta penumpukan racun dalam tubuh akibat fungsi hati yang menurun.
Kelelahan pada pasien penyakit liver berbeda dari kelelahan biasa karena bersifat lebih intens dan sering kali disertai dengan kelemahan otot. Hal ini terjadi karena hati yang rusak tidak dapat mengatur energi dengan baik, sehingga tubuh kekurangan sumber tenaga yang diperlukan untuk menjalankan aktivitas sehari-hari.
Melansir dari Journal of Hepatology, lebih dari 50% pasien dengan sirosis hati mengalami kelelahan berat, yang berdampak pada produktivitas dan kualitas hidup mereka. Selain itu, kondisi ini juga bisa diperparah oleh gangguan tidur yang sering dialami penderita penyakit liver.
Untuk mengurangi kelelahan, pasien disarankan untuk menerapkan pola hidup sehat dengan tidur yang cukup, mengonsumsi makanan bergizi, serta melakukan aktivitas fisik ringan. Jika kelelahan sudah sangat mengganggu, dokter mungkin akan memberikan terapi medis untuk membantu mengatasi kondisi ini.
7. Mual dan muntah

Mual dan muntah merupakan gejala umum pada penyakit liver yang sudah parah. Hal ini terjadi akibat gangguan pada sistem pencernaan serta akumulasi racun dalam tubuh yang seharusnya disaring oleh hati. Pasien sering kali merasa tidak nyaman setelah makan, dan dalam beberapa kasus, muntah dapat berulang hingga menyebabkan dehidrasi.
Gangguan pencernaan pada pasien penyakit liver terjadi karena produksi empedu yang berkurang, sehingga proses pencernaan lemak menjadi terganggu. Selain itu, tekanan dalam pembuluh darah hati yang meningkat juga dapat menyebabkan mual dan muntah darah akibat pecahnya varises di saluran pencernaan.
Melansir dari World Journal of Gastroenterology, pasien dengan sirosis yang mengalami mual dan muntah memiliki risiko lebih tinggi mengalami perburukan kondisi, terutama jika muntah disertai darah. Ini bisa menjadi tanda perdarahan internal yang memerlukan penanganan medis segera.
8. Mudah memar dan berdarah

Pasien dengan penyakit liver lanjut sering mengalami mudah memar dan perdarahan yang sulit dihentikan. Hal ini terjadi karena hati yang sehat bertanggung jawab dalam produksi protein pembekuan darah. Ketika hati mengalami kerusakan, produksi protein ini berkurang, sehingga tubuh menjadi lebih rentan terhadap perdarahan.
Menurut WHO, gangguan pembekuan darah pada pasien dengan penyakit liver merupakan salah satu komplikasi serius yang dapat meningkatkan risiko perdarahan spontan, seperti mimisan, gusi berdarah, atau bahkan perdarahan di saluran pencernaan. Jika tidak ditangani, kondisi ini bisa mengancam nyawa.
Diketahui, pasien dengan sirosis hati yang mengalami gangguan pembekuan darah memiliki risiko lebih tinggi mengalami perdarahan internal yang memerlukan tindakan medis darurat, seperti transfusi darah atau prosedur bedah.
9. Nyeri perut bagian kanan atas

Nyeri di perut bagian kanan atas, tepat di bawah tulang rusuk, merupakan salah satu gejala khas penyakit liver. Rasa nyeri ini bisa bersifat ringan hingga tajam dan sering kali disertai dengan rasa penuh atau kembung. Penyebabnya beragam, mulai dari peradangan, pembesaran hati, hingga penumpukan cairan di rongga perut.
Nyeri perut pada penyakit liver biasanya disebabkan oleh peradangan hati atau hipertensi portal yang meningkatkan tekanan dalam pembuluh darah di sekitar organ tersebut. Jika nyeri ini disertai dengan demam dan mual, bisa jadi ini merupakan tanda infeksi yang memerlukan penanganan segera.
Melansir dari Hepatology International, nyeri perut pada pasien dengan penyakit liver sering kali menjadi tanda perkembangan fibrosis atau sirosis. Jika tidak segera ditangani, kondisi ini dapat berkembang menjadi gagal hati, yang merupakan tahap akhir dari kerusakan hati kronis.
Penanganan nyeri perut akibat penyakit liver bergantung pada penyebabnya. Dokter biasanya akan melakukan pemeriksaan lebih lanjut, seperti USG atau tes darah, untuk mengetahui penyebab pastinya.
10. Penurunan berat badan yang drastis

Penurunan berat badan yang cepat dan tidak disengaja merupakan salah satu tanda penyakit liver yang sudah parah. Kondisi ini sering kali disebabkan oleh hilangnya nafsu makan, gangguan metabolisme, serta malabsorpsi nutrisi akibat fungsi hati yang menurun.
Menurut Healthline, pasien dengan penyakit liver lanjut sering mengalami sindrom malnutrisi yang dikenal sebagai sarcopenia, yaitu hilangnya massa otot secara progresif. Hal ini terjadi karena tubuh tidak dapat menyerap protein dan lemak dengan baik, yang pada akhirnya menyebabkan penurunan berat badan secara signifikan.
Ditemukan bahwa sekitar 60% pasien dengan sirosis hati mengalami penurunan berat badan drastis dalam satu tahun terakhir sebelum diagnosis. Malnutrisi ini dapat memperburuk kondisi kesehatan secara keseluruhan dan meningkatkan risiko komplikasi lebih lanjut.
Untuk mengatasi masalah ini, pasien perlu mendapatkan asupan gizi yang cukup melalui diet tinggi protein dan kalori. Dalam kasus yang lebih serius, dokter mungkin akan menyarankan suplemen nutrisi atau pemberian makanan melalui selang untuk memastikan pasien mendapatkan energi yang dibutuhkan tubuh.
11. Perubahan warna urine dan feses

Perubahan warna urine menjadi lebih gelap dan feses yang pucat atau berwarna seperti tanah liat bisa menjadi tanda bahwa hati tidak berfungsi dengan baik. Hal ini terjadi karena bilirubin yang seharusnya diproses oleh hati dan dikeluarkan melalui empedu mengalami gangguan.
Menurut WHO, urine berwarna gelap seperti teh pekat sering kali disebabkan oleh kadar bilirubin yang tinggi dalam darah akibat penyakit liver. Sementara itu, feses pucat atau keputihan menunjukkan bahwa empedu tidak mencapai usus dalam jumlah yang cukup, ini dapat menjadi indikasi adanya penyumbatan atau gangguan produksi empedu.
Perubahan warna urine dan feses adalah salah satu tanda awal penyakit liver yang sering kali tidak disadari pasien. Gejala ini bisa terjadi pada berbagai jenis penyakit liver, termasuk hepatitis, sirosis, dan kanker hati.
Jika mengalami perubahan warna urine atau feses yang berlangsung lebih dari beberapa hari, pasien harus segera memeriksakan diri ke dokter. Pemeriksaan lebih lanjut seperti tes fungsi hati dan pencitraan medis mungkin diperlukan untuk menentukan penyebab pasti dan langkah penanganannya.
12. Pembengkakan di kaki dan pergelangan kaki

Pembengkakan di kaki dan pergelangan kaki terjadi akibat retensi cairan yang disebabkan oleh gangguan fungsi hati. Ketika hati tidak dapat memproduksi cukup albumin, cairan dalam pembuluh darah keluar ke jaringan tubuh, terutama di area kaki dan pergelangan kaki.
Menurut Healthline, edema pada pasien penyakit liver biasanya terjadi bersamaan dengan asites dan cenderung memburuk saat pasien berdiri atau berjalan dalam waktu lama. Pembengkakan ini sering kali tidak menimbulkan rasa sakit, tetapi dapat menyebabkan ketidaknyamanan dan kesulitan bergerak.
Diketahui, lebih dari 50% pasien dengan sirosis mengalami edema di kaki dalam tahap lanjut penyakit. Kondisi ini merupakan tanda bahwa hati tidak lagi mampu mengatur keseimbangan cairan dalam tubuh dengan baik.
Penanganan edema biasanya melibatkan penggunaan diuretik untuk membantu mengeluarkan kelebihan cairan dari tubuh. Selain itu, pasien juga disarankan untuk mengurangi konsumsi garam dan melakukan elevasi kaki untuk mengurangi pembengkakan. Dalam kasus yang lebih serius, perawatan medis lebih lanjut mungkin diperlukan.
13. Sesak napas

Sesak napas atau kesulitan bernapas bisa menjadi tanda bahwa penyakit liver sudah memasuki tahap yang lebih serius. Kondisi ini biasanya disebabkan oleh asites yang menekan diafragma, penumpukan cairan di paru-paru, atau gangguan sirkulasi akibat hipertensi portal.
Menurut American Journal of Respiratory and Critical Care Medicine, sekitar 20% pasien dengan penyakit liver lanjut mengalami gangguan pernapasan akibat komplikasi dari sirosis. Tekanan yang meningkat dalam pembuluh darah hati dapat menyebabkan cairan bocor ke rongga pleura, sehingga paru-paru tidak bisa mengembang dengan optimal.
Sesak napas pada pasien penyakit liver sering kali diperburuk saat berbaring, yang dikenal sebagai ortopnea. Dalam beberapa kasus, pasien juga bisa mengalami hipoksemia, yaitu kadar oksigen dalam darah yang rendah, yang dapat menyebabkan pusing dan kelelahan ekstrem.
Penanganan sesak napas akibat penyakit liver bergantung pada penyebabnya. Jika disebabkan oleh asites, dokter mungkin akan melakukan prosedur paracentesis untuk mengeluarkan cairan berlebih. Jika terdapat hidrotoraks, tindakan drainase atau terapi oksigen mungkin diperlukan untuk membantu pasien bernapas lebih mudah.
Nah, itulah 13 ciri-ciri penyakit liver yang sudah parah. Penyakit liver sudah parah dapat menimbulkan berbagai gejala yang memengaruhi hampir seluruh sistem tubuh. Mulai dari asites, ensefalopati hepatik, hingga sesak napas, semua tanda ini menunjukkan bahwa hati sudah tidak mampu menjalankan fungsinya dengan baik.
Deteksi dini dan pengelolaan yang tepat sangat penting untuk memperlambat perkembangan penyakit liver. Jika mengalami salah satu atau beberapa gejala di atas, segera konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan lebih lanjut, ya!



















