“TikTok sendiri terus menjadi ruang berkumpul teman-teman bagi berbagai komunitas, termasuk komunitas membaca di Indonesia untuk berbagi kecintaan mereka terhadap dunia literasi. Mulai dari berbagi hal positif, seru, menarik, yang mereka temukan dari lembar-lembar baca,” kata Edwin Lengkei, Edwin Lengkei, Senior Manager PR & Communications TikTok Indonesia, Selasa (20/5/25).
Hari Buku Nasional, Komunitas Pembaca Meluas Berkat Platform Digital

Membaca buku kini bukan sekadar aktivitas untuk menambah pengetahuan saja. Kemajuan zaman membuat pembaca juga dapat membangun komunitas dan aktif berbagi tentang bacaannya di platform digital.
Hadirnya platform digital yang beragam membuat berbagai konten kreasi juga dapat diunggah dengan bebas, salah satunya konten seputar buku. Bukan hanya rekomendasi buku, komunitas dan ekosistem pembaca di media sosial dapat terbangun lewat konten review, unboxing, hingga berjualan buku.
Masih dalam rangka memperingati Hari Buku Nasional yang jatuh pada 17 Mei lalu, TikTok Indonesia semakin memperluas ekosistem pembaca buku lewat tagar populer #SerunyaMembaca dan #BookTok. Berbagai kolaborasi dengan para penulis hingga pelaku industri literasi diharapkan dapat memperluas minat membaca para audiens.
Simak penjelasan lebih lanjut tentang Hari Buku Nasional, komunitas pembaca meluas berkat platform digital yang telah Popmama.com rangkum berikut ini.
Komunitas Pembaca Semakin Berkembang di Platform Digital

Adanya platform digital saat ini memperluas komunitas membaca di Indonesia. Platform digital kini memudahkan pembaca menemukan ruang yang sama untuk berbagi tentang hobinya di dunia literasi.
Bukan sekadar lewat pertemuan secara langsung, komunitas pembaca kini juga dapat dibangun di platform digital dengan berbagi konten seputar literasi. Adanya tagar yang ramai digunakan juga semakin mempermudah dalam menemukan orang-orang atau konten dengan pembahasan yang sesuai minat.
Berbagai jenis media mulai dari video kreasi, live streaming, ataupun obrolan dari kolom komentar bahkan dapat membangun komunitas dan ekosistem pembaca yang solid. Bukan hanya mempertemukan para pembaca, platform digital juga didukung dengan berbagai tagar populer juga berhasil menyatukan pembaca, kreator, dan juga pelaku industri literasi dalam satu ruang.
“Dari sini kita bisa melihat teman-teman bagaimana video video singkat, siaran langsung, dan konten kreatif bisa menghubungkan komunitas membaca di seluruh dunia, termasuk Indonesia untuk dapat berbagi karya tulis, ulasan buku, hingga rekomendasi bacaan baru,” jelasnya.
Membagikan Bacaan dan Pemikiran Menjadi Semakin Mudah

Seorang pembaca umumnya akan membuka berbagai diskusi dan opini tentang bacaan atau topik yang tengah diminati. Hal ini bukan hanya untuk memperluas komunitas saja, tetapi juga menambah pengetahuan diri sendiri dan membagikannya pada orang lain.
Platform digital yang semakin berkembang juga memudahkan para pembaca bertemu dengan pembaca lain, bahkan mempertemukan penulis dengan para calon pembacanya. Hal ini yang membuat adanya komunitas online sangat membantu para pembaca maupun pelaku industri literasi.
“Pertama, saya tuh senang sekali membaca. Saya tuh punya target dulu ya, target setahun tuh kalau bisa 50 bacaan harus saya habiskan dan target itu konsisten. Lama-lama kan ngendap ya di otak ya, saya pikir sayang kalau kemudian nggak dibagikan tuh,” kata Indra Dwi Prasetyo, penulis buku Dewasa Tak Seseram Isi Kepalamu, Selasa (20/5/25).
Indra yang merupakan seorang penulis mengungkapkan bahwa adanya platform digital memudahkan para penulis karena sangat inklusif. Semua penulis, baik penulis besar maupun independen dapat memperkenalkan buku-buku mereka ke audiens yang lebih luas dan beragam.
“Nah, awalnya agak skeptis kayaknya market kurang suka dengan konten-konten yang berbeda, ternyata senang banget (para pembaca). Jadi, dari situ kita eksperimentasi dengan patjarmerah, dengan teman-teman di penerbit,” ujarnya.
Mempertemukan Para Pembaca untuk Membangun Komunitas

Hadrinya platform digital saat ini juga memudahkan para pembaca dan kreator dengan visi dan misi yang sama untuk berbagi pandangan dan membangun komunitas. Para kreator yang masih bingung bagaimana pengemasan konten atau ingin menjangkau audiens yang lebih luas juga dapat bekerja sama dan menyatukan visinya.
Syarif (@menceriakan) merupakan pengulas buku yang aktif di platform digital. Bertemu dengan para kreator literasi yang memiliki visi yang sama membuat dirinya berhasil menentukan fokus untuk membangun komunitas pembaca di platform nya.
Setelah sukses membangun komunitas di platform digital, Syarif juga membangun komunitas membaca di Papua. Ia mengungkapkan bahwa peran platform digital sangat besar dalam mengenalkan komunitas yang ia bangun.
“Aku coba inisiatif bawa buku-buku aku (di komunitas) dan ternyata ada pembaca yang juga partisipan di situ tuh follower aku. Kayak serius nih, kayak sampai ke Jayapura banget nih. Akhirnya dari sana lah, dari platform digital itu tuh kayaknya punya magical power ya,” ujar Syarif, pengulas buku dan founder komunitas Torang Baca, Selasa (20/5/25).
Komunitas Torang Baca yang dibangun oleh Syarif ini mempertemukan berbagai pembaca yang ada di Papua, baik orang-orang lokal dan pendatang untuk membaca dan berdiskusi tentang buku yang mereka baca di komunitas tersebut.
Bukan hanya membuat agenda literasi di platform digitalnya saja, Syarif juga sukses membaca semangat literasi dengan agenda bedah buku dan menciptakan ruang membaca yang aman dari komunitas yang ia bangun.
Pendekatan Otentik dapat Menjangkau Pembaca Muda Secara Luas

Generasi Z kini menjadi generasi muda yang paling banyak mendominasi di berbagai platform digital. Untuk menyebarkan semangat membaca di generasi yang sudah melek teknologi ini, kejujuran dan isi konten yang otentik sangatlah penting.
“Kami ingin bisa terhubung dengan pembaca muda. Kenapa ingin terhubung dengan pembaca muda? Ya, regenerasi pembaca ada di situ. Buku-buku baik harus terus dibicarakan,” kata Windy Ariestanty, founder festival literasi patjarmerah, Selasa (20/5/25).
Berbagai topik dan sudut pandang yang akan disampaikan juga harus dikemas dengan mudah agar dapat dipahami dan mudah diterima. Buku-buku dengan sudut pandang yang berat dan mengandung sejarah juga dapat menjangkau pembaca muda jika para kreator literasi dapat bercerita secara jujur dan menjaga keotentikan isi buku.
“Ketika audiens atau pembaca kehilangan kepercayaan, itu lebih susah. Nah, otentik ini yang penting. Bercerita dengan cara yang otentik, menyampaikan poin-poinnya pada akhirnya akan menentukan (mereka) membaca atau tidak membaca,” jelasnya.
Banyak generasi muda yang memiliki minat besar untuk membaca buku namun seringkali terkendala topik yang terlalu berat atau isi yang terlihat kurang menarik. Hal ini yang membuat para penulis maupun kreator literasi perlu menyampaikan isi bacaan dengan cara yang tepat dan mudah diterima.
Itu dia penjelasan dalam rangka merayakan Hari Buku Nasional, komunitas pembaca meluas berkat platform digital. Hadirnya platform digital justru semakin menjangkau banyak orang agar memiliki semangat membaca dan menemukan para pembaca dengan topik dan visi yang sama.
Selamat Hari Buku Nasional! Sudah mencoba bergabung dengan komunitas pembaca di platform digital?



















