“Hipertensi primer merupakan jenis yang paling umum, menyumbang sekitar 90–95% kasus hipertensi,” kata dr. Karina, Sp.PD.
7 Jenis Hipertensi, Kenali Gejala dan Cara Mengatasinya

- Hipertensi Primer (Esensial)- Sering berjalan diam-diam tanpa gejala jelas.- Terapkan perubahan gaya hidup dan obat antihipertensi.
- Hipertensi Sekunder- Muncul akibat kondisi medis yang mendasarinya.- Pengobatan fokus pada penyebab utamanya.
- Prehipertensi- Tekanan darah di atas normal, namun belum hipertensi.- Rutin cek tekanan darah dan terapkan gaya hidup sehat.
Tekanan darah tinggi, atau yang biasa dikenal sebagai hipertensi, merupakan salah satu masalah kesehatan paling umum di dunia. Namun, meski sering terjadi, hipertensi seringkali ‘bersembunyi’ tanpa menunjukkan gejala yang jelas.
Menurut dr. Karina, Sp.PD dari Eka Hospital Bekasi, banyak orang baru sadar mengidap hipertensi setelah muncul keluhan serius. Padahal, mengenali jenisnya sejak awal bisa mencegah komplikasi.
Kondisi ini bisa menyebabkan kerusakan pembuluh darah dan organ vital. Karena itu, Popmama.com akan membahas tentang 7 jenis hipertensi.
1. Hipertensi Primer (Esensial)

Hipertensi primer sering kali berjalan diam-diam selama bertahun-tahun tanpa keluhan. Meski penyebab pastinya belum diketahui secara pasti, hipertensi ini biasanya berkembang perlahan dan dipengaruhi oleh faktor genetik, usia, etnis, serta gaya hidup.
Gejala:
- Sakit kepala.
- Pusing.
- Pandangan kabur.
- Sesak napas.
Cara mengatasi:
- Terapkan perubahan gaya hidup, seperti diet rendah garam.
- Rutin berolahraga setiap hari.
- Kelola stres dengan baik.
- Jika perubahan gaya hidup belum cukup, dokter biasanya akan merekomendasikan pengobatan dengan obat antihipertensi.
2. Hipertensi Sekunder

Berbeda dengan hipertensi primer, hipertensi sekunder muncul akibat kondisi medis yang mendasarinya. Beberapa pemicu umum meliputi penyakit ginjal kronis, gangguan hormonal seperti kelainan pada tiroid atau kelenjar adrenal, sleep apnea, hingga efek samping dari obat tertentu.
“Hipertensi sekunder sering kali bisa dikendalikan dengan menangani penyebab utamanya. Jika kondisi pemicunya berhasil diatasi, tekanan darah biasanya akan ikut membaik,” kata dr. Karina, Sp.PD.
Gejala:
- Tekanan darah tinggi yang muncul tiba-tiba dan sulit dikontrol.
- Nyeri dada atau sesak napas.
- Sakit kepala hebat.
- Gangguan penglihatan.
- Gangguan pernapasan saat tidur (pada sleep apnea).
- Bengkak di kaki atau perubahan urin (pada masalah ginjal).
- Penurunan berat badan atau detak jantung cepat (pada gangguan tiroid).
Cara mengatasi:
- Mengobati penyakit penyebab hipertensi secara langsung.
- Jika hipertensi disebabkan gangguan hormon, lakukan pengobatan hormon yang tepat.
- Fokus pada penanganan kondisi medis yang mendasari untuk menurunkan tekanan darah.
3. Prehipertensi

Prehipertensi adalah kondisi di mana tekanan darah seseorang lebih tinggi dari batas normal, namun belum mencapai angka hipertensi. Kondisi ini berfungsi sebagai peringatan bahwa risiko terkena hipertensi semakin meningkat jika tidak segera ditangani.
Tekanan darah pada prehipertensi berada di kisaran 120/80 mmHg sampai 140/90 mmHg. Prehipertensi biasanya tidak menunjukkan gejala, sehingga pemeriksaan rutin penting untuk mencegah perkembangan ke hipertensi.
Gejala:
- Umumnya tanpa gejala yang jelas.
- Jika muncul, sebaiknya segera periksakan ke dokter.
Cara mengatasi:
- Rutin cek tekanan darah.
- Terapkan gaya hidup sehat seperti diet rendah garam, olahraga, dan kelola stres.
4. Krisis hipertensi

Krisis hipertensi adalah kondisi darurat dengan tekanan darah melonjak drastis, mencapai 180/120 mmHg atau lebih. Kondisi ini sangat berbahaya karena dapat merusak pembuluh darah dan organ vital.
Krisis hipertensi bisa disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk kelalaian minum obat dan penyakit berat. Penanganan medis segera di unit gawat darurat sangat penting untuk mencegah kerusakan organ lebih lanjut.
Gejala:
- Sakit kepala hebat.
- Sesak napas.
- Mimisan.
- Rasa cemas berlebihan.
Cara mengatasi:
- Segera ke rumah sakit untuk penanganan darurat.
- Pengawasan medis ketat dan pemberian obat penurun tekanan darah secara cepat dan terkendali.
5. Hipertensi Gestasional

Hipertensi kehamilan biasanya terjadi setelah usia kehamilan memasuki minggu ke-20. Kondisi ini sering kali membaik atau hilang setelah proses persalinan selesai.
Meskipun hipertensi kehamilan seringkali bersifat sementara, kondisi ini tetap perlu diawasi dengan ketat. Jika tidak ditangani dengan baik, hipertensi kehamilan bisa berisiko menyebabkan komplikasi serius.
Gejala:
- Tekanan darah tinggi.
- Pembengkakan ekstremitas.
- Protein dalam urine.
Cara Mengatasi:
- Pemantauan ketat oleh dokter kandungan.
- Pengelolaan tekanan darah.
- Perawatan prenatal yang tepat untuk menjaga kesehatan Mama dan janin.
6. Hipertensi Urgensi

Hipertensi urgensi adalah salah satu bentuk krisis hipertensi di mana tekanan darah sangat tinggi. Karena itu, biasanya penderita belum mengalami gejala yang mengarah pada gangguan organ seperti sesak napas atau nyeri dada.
Meskipun tergolong kurang mengancam dibandingkan hipertensi emergensi, hipertensi urgensi tetap memerlukan penanganan medis di rumah sakit untuk mencegah kondisi memburuk. Penanganan yang tepat akan membantu menstabilkan tekanan darah sebelum terjadi kerusakan organ.
Gejala:
- Biasanya muncul tanpa gejala yang jelas.
- Tidak ada tanda kerusakan organ seperti sesak napas atau kesulitan bicara.
Cara mengatasi:
- Segera periksa ke rumah sakit.
- Pengawasan medis dan pengobatan untuk menurunkan tekanan darah.
7. Hipertensi Emergensi

Hipertensi emergensi adalah kondisi di mana tekanan darah sangat tinggi dan sudah menyebabkan kerusakan pada organ tubuh. Pada tahap ini, penderita biasanya mulai merasakan gejala berat yang menunjukkan adanya gangguan organ, seperti nyeri dada dan kesulitan bicara.
Kondisi ini harus segera ditangani di rumah sakit dengan penanganan medis darurat untuk mencegah risiko kematian. Tanpa penanganan cepat, hipertensi emergensi dapat menyebabkan komplikasi serius yang mengancam nyawa.
Gejala:
- Sesak napas.
- Nyeri dada.
- Mati rasa atau kelemahan.
- Perubahan penglihatan.
- Kesulitan bicara.
- Kejang (pada beberapa kasus).
Cara mengatasi:
- Penanganan medis darurat di rumah sakit.
- Pengobatan intensif untuk menurunkan tekanan darah dan mencegah kerusakan organ lebih lanjut.
Jadi, itu dia 7 jenis hipertensi. Dengan mengenali berbagai jenis hipertensi beserta gejalanya, kita bisa mengambil langkah yang tepat untuk mengelola tekanan darah.



















