5 Cara Bersikap agar si Anak Mau Curhat dan Jujur pada Mama

Hubungan semacam ini penting agar Mama bisa memahami si Kecil

27 Januari 2021

5 Cara Bersikap agar si Anak Mau Curhat Jujur Mama
Pexels/Albert Rafael

Sebagai orangtua, tentu penting bagi Mama untuk memahami dan mengetahui apa saja yang sudah dialami oleh si Anak selama seharian ini.

Misalnya bagaimana aktivitas ia di sekolah, pergaulannya dengan teman-teman sebaya, serta kegiatan apa saja yang ia sukai selama hari ini.

Jadi, apabila anak sedang mengalami masalah atau ada sesuatu hal yang tak ia pahami, Mama bisa menjadi pendengar yang baik dan mungkin memberikan masukan.

Jangan anggap remeh sesi curhat dan pertanyaan ‘bagaimana kegiatan hari ini di sekolah, Nak?’ lho, Ma. Ini bisa menjadi peluang untuk mendekatkan diri Mama dengan si Anak.

Berikut cara-cara yang bisa diterapkan agar anak mau percaya dan bersikap terbuka dengan Mama dan Papa:

1. Memulai pertanyaan dengan pilihan

1. Memulai pertanyaan pilihan
Pexels/Pixabay

Saat menyapa anak, tanyakan pad mereka ‘apakah kamu mengalami hari yang super atau yang luar biasa keren?’, jika memang ia sedang bermasalah, maka kemungkinan ia akan menjawab sampai batas ‘biasa saja, Ma’.

Nah, memberikan awal pertanyaan dengan pilihan yang positif seperti ini akan membuat anak memikirkan hal-hal positif terlebih dahulu.

Saat ia sudah menjawab, tanyakan kembali apa yang membuat hari ini terasa begitu istimewa. Jangan lupa tunjukkan ekspresi penasaran agar si Kecil pun bisa dengan leluasa bercerita dan merasa benar-benar didengarkan.

Sebaliknya, jika jawaban yang ia berikan justru biasa saja dan kemudian anak tampak murung, Mama bisa bersikap empati terlebih dahulu dan secara perlahan-lahan menanyakan penyebabnya.

Hati-hati, Ma. Besar kemungkinan anak tidak akan bercerita karena mungkin khawatir Mama akan meledek atau tidak menyukai ceritanya. Agar tidak terjadi demikian, dengarkan cerita anak tanpa memotongnya terlebih dahulu, ya.

Memotong pembicaraan anak, apalagi sambil marah atau menunjukkan ekspresi tidak suka, akan membuat anak menjadi kecewa dan mungkin enggan untuk bercerita lagi pada Mama.

Editors' Pick

2. Menunjukkan contoh

2. Menunjukkan contoh
Pexels/Brett Sayles

Saat makan malam bersama, tak ada salahnya Mama mencoba untuk memberikan contoh pentingnya bercerita dengan anggota keluarga sebagai orang terdekat.

Misalnya dengan memulai pembicaraan tentang apa yang Mama rasakan hari ini. Bagaimana aktivitas di rumah, serta apa yang Mama harapkan bisa dilakukan Papa dan anak untuk membantu meringankan pekerjaan rumah.

Setelah itu, tanyakan kepada Papa tentang kesehariannya. Baru kemudian tanyakan pada anak. Dengan begitu, sesi makan malam bisa menjadi sesi berkomunikasi yang hangat.

Percaya, Ma. Membiasakan diri melakukan aktivitas seperti ini sejak anak masih kecil bisa membantu menumbuhkan kepercayaan dirinya saat remaja kelak.

Anak akan merasa memiliki teman di rumah, sehingga menghindari risiko anak merasa diacuhkan.

3. Menjadi pendengar yang baik

3. Menjadi pendengar baik
Pexels/Igor Starkov

Ingat ya, Ma. Saat anak sudah mulai memberanikan diri untuk terbuka dan bercerita pada Mama tentang hari-harinya, maka Mama juga harus memberikan respons positif.

Dengarkan dengan benar cerita yang disampaikan oleh anak. Tunjukkan bahwa Mama ada untuknya dan akan mendengar segala keluh kesahnya.

Hal simpel seperti ini bisa membuat anak benar-benar merasa dihargai. Ia pun tidak akan keberatan untuk bercerita pada Mama.

Selain mendengarkan, jangan lupa juga menunjukkan ekspresi bahwa Mama penasaran dengan cerita anak. Berikan masukan positif dan hindari meledek anak atas apa yang ia ceritakan, ya.

4. Sediakan waktu khusus

4. Sediakan waktu khusus
Pexels/Rawpixel.com

Apa yang Mama rasakan saat sedang bercerita pada Papa, namun Papa malah sibuk main game di ponsel? Tentu menyebalkan. Nah, hal yang sama juga berlaku pada si Kecil, Ma.

Jika ingin sesi yang lebih privasi daripada saat makan malam bersama keluarga, Mama bisa menyediakan waktu khusus untuk saling bercerita dengan anak.

Dalam waktu khusus ini, upayakan Mama tidak terdistraksi oleh apapun. Baik oleh televisi, ponsel, atau pekerjaan lainnya.

Dengan begitu, sesi curhat pun akan benar-benar terasa intim, tanpa gangguan dari apapun.

Anak juga akan lebih berani dan terbuka untuk menceritakan apa masalahnya di hari itu, Ma.

5. Jangan memaksa anak

5. Jangan memaksa anak
Pexels/Daria Shevtsova

Semua butuh proses dan waktu, Ma. Jangan berharap anak akan mau langsung terbuka dan menceritakan semuanya pada Mama.

Jika Mama justru memaksa dan terlihat emosi, anak malah bisa takut, lho. Jadi, berikan waktu baginya untuk bisa mempercayai Mama.

Yang terpenting, Mama harus menunjukkan sikap netral pada anak. Misalnya dengan mendengarkan, tidak menuduh, tidak memberi respons emosi, serta bisa benar-benar dipercaya.

Dalam hal ini, artinya tidak membocorkan cerita anak pada orang lain. Termasuk pada Papa atau anggota keluarga lain. Ini bisa membuat anak kapok untuk bercerita lho, Ma.

Apabila sikap-sikap seperti ini sudah Mama tunjukkan, seiring berjalannya waktu anak akan semakin percaya pada Mama. Tanpa ditanya pun ia akan mencari Mama untuk berbagi cerita. Seru, kan?

Nah, sudah bikin sesi curhat dengan anak belum hari ini, Ma?

Baca juga:

The Latest