Aduh, Benarkah Perilaku Selingkuh dari Genetik?

Penelitian soal pengaruh perilaku selingkuh dari gen masih terbatas, asumsi ini tak bisa disimpulkan

5 April 2024

Aduh, Benarkah Perilaku Selingkuh dari Genetik
Freepik

Perselingkuhan di dalam hubungan memang menjadi suatu hal yang tidak diinginkan oleh siapa pun. Walau demikian, perselingkuhan tak dapat dipungkiri bisa saja datang secara tiba-tiba dan terjadi pada hubungan yang dialami oleh setiap orang.

Pada umumnya, perselingkuhan terjadi karena salah satu orang ada yang merasa bosan, naksir dengan orang lain, atau sekadar mencari kesenangan tersendiri. Di luar dari alasan umum itu, setiap orang yang melakukan perselingkuhan pasti punya alasannya sendiri.

Terlepas dari alasan perselingkuhan yang dilakukan orang lain, kamu pasti tidak menyangka mengenai hal ini. Setelah ditelusuri lebih jauh, ilmu sains ternyata juga memiliki penjelasan tersendiri soal alasan perselingkuhan.

Bukan karena tertarik dengan orang lain, ada sebuah penelitian yang mengatakan ada gen tertentu yang diduga bisa memicu seseorang berselingkuh. Berangkat dari hal itu, banyak orang yang bertanya. Lantas, benarkah perilaku selingkuh dari genetik?

Jika kamu ingin mengetahui jawabannya, kali ini Popmama.com sudah merangkum informasinya secara detail.

Simak informasinya berikut ini, yuk!

1. Menurut penelitian, ada gen tertentu yang diduga bisa memicu seseorang berselingkuh

1. Menurut penelitian, ada gen tertentu diduga bisa memicu seseorang berselingkuh
Pexels/ROMAN ODINTSOV

Berdasarkan studi penelitian yang dilakukan oleh peneliti State University of New York di Binghamton pada 2010 silam, ada gen tertentu yang diduga dapat memicu seseorang berselingkuh. Gen itu berjenis gen reseptor dopamin, DRD4.

Sebagai informasi, gen DRD4 dikenal sebagai gen 'pencari sensasi'. Menariknya, gen ini hanya dimiliki oleh 20 persen dari populasi manusia yang diwariskan dari orangtua ke anak.

Untuk penelitian yang dilakukan, SUNY Doctoral Diversity Fellow dan peneliti utama, Justin Garcia, merekrut sebanyak 181 orang dewasa muda menjadi peserta.

Para peserta diminta mengisi kuesioner tentang perilaku seks mereka, hingga menyerahkan sampel DNA yang akan diuji untuk menentukan variasi DRD4 dalam DNA mereka.

Menurut temuan yang diterbitkan dalam jurnal PLoS ONE itu, setiap orang memiliki DRD4. Namun, semakin banyak gen yang dimiliki, maka semakin besar kemungkinan seseorang untuk mencari sensasi.

Dengan kata lain, orang dengan gen DRD4 lebih banyak bisa lebih tertarik pada godaan hal-hal yang mungkin tidak seharusnya dilakukan, seperti misalnya kebiasaan melakukan tindakan perselingkuhan.

Editors' Pick

2. Banyak rangsangan yang diterima oleh orang dengan gen DRD4 bisa memengaruhi sifatnya

2. Banyak rangsangan diterima oleh orang gen DRD4 bisa memengaruhi sifatnya
Pexels/Dmitriy Ganin

Menurut Garcia, kecenderungan mencari sensasi tersebut timbul karena pelepasan hormon dopamin. Sebagai informasi, hormon dopamin bertindak dalam memberikan rasa senang dan motivasi pada seseorang.

Garcia juga menjelaskan bahwa orang yang memiliki gen DRD4 tertentu membutuhkan lebih aktivitas dari rata-rata orang. Dalam hal ini, mereka lebih membutuhkan banyak rangsangan untuk membuat mereka merasa 'kenyang'.

Banyaknya rangsangan yang diterima oleh orang dengan gen DRD4 lebih banyak pun ikut berpengaruh pada sifatnya. Hal itulah yang akhirnya membuat orang jadi gemar berselingkuh.

Masih dari hasil penelitian, orang-orang dengan kecenderungan seperti ini kabarnya lebih sukar menahan diri untuk melakukan hal-hal yang tidak seharusnya mereka lakukan.

3. Ada gen lain yang diduga ikut berperan membuat seseorang selingkuh

3. Ada gen lain diduga ikut berperan membuat seseorang selingkuh
Freepik/Freepik

Selain gen DRD4, ternyata ada gen lain yang diduga juga ikut berperan membuat seseorang selingkuh. Gen tersebut adalah gen AVPR1A. Kabarnya, varian tertentu dari gen AVPR1A ini dipercaya berpotensi menjadi gen selingkuh.

Dikutip dari laman Bustle, gen ini berfungsi dalam proses produksi arginine vasopressin yang berperan dalam pembentukan empati dan rasa percaya.

Menurut studi di Proceedings of the National Academy of Sciences (2008), laki-laki dengan alel gen AVPR1A lebih panjang cenderung tak merasa terikat dengan pasangannya. Dengan kata lain, mereka cenderung untuk tak setia dengan pasangannya.

Selain itu, menurut informasi beredar, perempuan juga memiliki varian tertentu dari gen ini. Mereka yang memilikinya ternyata juga berpotensi untuk melakukan perselingkuhan.

4. Walau demikian, penelitian ini disebut masih terbatas dan para ahli tak boleh membuat asumsi mengenai ini

4. Walau demikian, penelitian ini disebut masih terbatas para ahli tak boleh membuat asumsi mengenai ini
Pexels/RODNAE Productions

Para peneliti pun mengakui bahwa bukti ilmiah untuk mendukung klaim-klaim tersebut masih sangat terbatas. Oleh karena itu, para ahli pun akhirnya menegaskan bahwa asumsi tak boleh dibuat hanya karena hasil studi tersebut.

Bahkan, jika ada gen tertentu yang memicu seseorang berselingkuh, bukan berarti orang itu sudah pasti akan melakukan perselingkuhan.

5. Ada faktor lain yang bisa menyebabkan orang berselingkuh

5. Ada faktor lain bisa menyebabkan orang berselingkuh
Pexels/fauxels

Sejauh ini, faktor genetik memang tidak bisa dijadikan sebagai alasan orang bisa berselingkuh. Pasalnya, penelitian yang membuktikan hal tersebut masih sangat terbatas.

Sebaliknya, perselingkuhan yang selama ini terjadi rupanya bisa disebabkan oleh beberapa faktor lain, mulai dari lingkungan, keinginan diri, pengalaman hidup, ketahanan terhadap gejolak, hingga pergaulan bebas.

Dengan demikian, perselingkuhan sebenarnya lebih tepat dianggap sebagai 'pilihan'. Alih-alih memilih setia, mereka yang memiliki kebiasaan berselingkuh karena mereka sudah memilih untuk hidup seperti itu.

Jadi, itulah penjelasan mengenai hubungan perilaku selingkuh dengan genetik yang sudah dirangkumkan secara detail.

Dari penjelasan di atas, dapat diketahui bahwa penelitian mengenai ini masih sangat terbatas. Dengan demikian, tidak dapat disimpulkan apakah perilaku selingkuh bisa dipengaruhi genetik atau tidak.

Baca juga:

The Latest