Bagaimana jika Ada Teman yang Tidak Menerapkan Social Distancing?

Sampaikan secara langsung dengan lembut dan sopan demi kesehatan keselamatan bersama

9 Juni 2020

Bagaimana jika Ada Teman Tidak Menerapkan Social Distancing
Freepik

Mungkin masih ada beberapa di antara teman kita yang belum atau tidak menerapkan social distancing selama pandemi Covid-19. Sebelum menghakimi mereka, ketahui lebih dulu alasan kenapa tidak melakukan hal itu.

Syon Bhanot, seorang ekonom perilaku dan asisten profesor di Swarthmore College memaparkan bahwa secara umum, orang tidak responsif terhadap ancaman yang tidak dilihatnya.

Contoh kasus saat pandemi Covid-19, beberapa orang mungkin berpikir situasinya tidak genting karena mereka tidak melihat orang lain terjatuh dan tergeletak di jalan akibat terpapar virus tersebut.

Bhanot menambahkan bahwa orang-orang, khususnya yang berusia muda mungkin berpikir kalau mereka tidak akan mati karena Covid-19. Jadi, tetap bisa bersenang-senang, berkumpul dengan teman, dan melakukan apa saja.

Padahal, bisa saja setelahnya membawa virus ke dalam rumah yang menyebabkan orang lain sakit. Untuk menghindari hal itu, Popmama.com telah merangkum bagaimana jika ada teman yang tidak menerapkan social distancing, sebagai berikut.

1. Mengapa kita dan teman lainnya memiliki pemahaman social distancing yang berbeda?

1. Mengapa kita teman lain memiliki pemahaman social distancing berbeda
Freepik

Setiap orang memiliki preferensi nilai yang berbeda terhadap penerapan social distancing. Ini terjadi karena tipe kepribadian masing-masing yang berbeda pula.

Jeff Wolper, pendiri dan direktur Wolper Institute for Group Learning di New York City, menjelaskan bahwa sebagian orang yang mengabaikan pedoman social distancing mungkin karena itu mekanisme mereka mengatasi kecemasan yang meningkat soal pandemi.

Ada 2 reaksi psikologis yang umum terhadap kecemasan, yaitu melawan atau melarikan diri.

Dikatakan pula oleh Kate Hamilton-West, seorang psikolog kesehatan di University of Kent di Inggris bahwa ada orang-orang yang dengan mudah memahami pesan untuk melakukan social distancing selama pandemi Covid-19.

Orang-orang ini mungkin memiliki preferensi nilai bahwa social distancing adalah untuk melindungi orang lain yang berharga baginya.

Hamilton-West menambahkan, ada pengaruh lain yang cukup potensial tentang bagaimana pandangan mereka terhadap pandemi, yaitu informasi mengenai penderita Covid-19 dari berbagai sumber atau sejarah penyakit mereka.

Orang-orang yang secara umum sehat dan belum pernah menderita penyakit parah mungkin menganggap dirinya tidak mungkin tertular virus, terlepas dari bukti bahwa orang muda yang sehat sekalipun dapat meninggal karena Covid-19.

Ditambah, tidak ada penderita di lingkungan mereka sehingga merasa wilayahnya aman-aman saja.

Sementara mereka yang memiliki imun rendah serta ada yang terpapar Covid-19 di areanya akan lebih berhati-hati dan melakukan social distancing.

2. Lakukan pendekatan dengan lembut dan jangan mempermalukannya

2. Lakukan pendekatan lembut jangan mempermalukannya
Freepik/mdjaff

Bhanot menyarankan kita untuk mendekati teman dengan cara penyampaian yang empati. Hal ini, kemungkinan akan mendapatkan hasil yang lebih baik daripada disampaikan secara kritis dan emosional.

Wolper mengatakan dirinya mencoba mengambil pendekatan lembut, seperti segera berlari ke halaman saat jogging ketika bertemu seseorang yang tidak mematuhi jarak sosial.

Kita tidak mengatakan secara langsung, hanya menunjukkan lewat tindakan. Hal itu, akan meningkatkan kesadaran serta memungkinkan mereka berpikir untuk lebih bertanggung jawab dan altruistis (mendahulukan kepentingan orang lain)

Ingat, untuk tidak menegur dengan cara mempermalukan mereka. Misalnya, mengirim pesan terbuka kepada teman yang tidak melakukan social distancing lewat media sosial. Atau menegur terang-terangan di depan orang banyak.

3. Haruskah kita putus hubungan dengan teman karena Covid-19?

3. Haruskah kita putus hubungan teman karena Covid-19
expertbeacon.com

Psikolog setuju jika kita terus berselisih dengan teman tentang social distancing, mungkin dapat menimbulkan masalah yang lebih dalam pada hubungan tersebut.

Miriam Kirmayer, seorang psikolog klinis dan pakar persahabatan yang berbasis di Montreal bersama dengan Hamilton-West memperingatkan agar tidak mengambil keputusan dengan tergesa-gesa ketika harus menghapus hubungan tersebut.

Kirmayer menyarankan sebuah pertemanan yang layak dijaga dapat diselamatkan dengan menciptakan batasan baru, seperti melakukan kontak melalui media sosial atau panggilan video dan menghindari diskusi tentang Covid-19 yang membuat masalah internal berlanjut.

Setuju dengan hal itu, Hamilton-West menuturkan bahwa sangat disayangkan kehilangan teman karena situasi ini, di mana terasa sulit bagi semua orang.

Jika teman sulit diberi nasihat, lebih baik Mama sendiri yang melakukan pencegahan kontak fisik dengannya. Usahakan yang sopan dan halus agar dia tidak tersinggung. Dengan begitu, pertemanan Mama tetap terjaga dan lebih kecil risiko penularan Covid-19.

Baca juga:

The Latest