Rekomendasi POGI tentang Perawatan Ibu Melahirkan Positif Covid-19

Rekomendasi POGI ini meliputi perawatan ibu melahirkan, bayi baru lahir, dan cara menyusuinya

9 Agustus 2021

Rekomendasi POGI tentang Perawatan Ibu Melahirkan Positif Covid-19
Unsplash/Kelly Sikkema

Pandemi Covid-19 di pertengahan tahun 2021 ini mengalami peningkatan yang signifikan. Sejak menyebarnya varian Delta, Covid-19 seolah tak mengenal siapa yang diserangnya. Tak terkecuali jumlah ibu hamil yang positif terpapar Covid-19. Dilansir dari POGI (Perhimpunan Obstetri Ginekolog Indonesia), sedikitnya ada 536 ibu hamil yang terpapar Covid-19 periode April 2020 hingga Maret 2021 dan lebih dari setengahnya merupakan OTG.

Bagi pasien yang terpapar Covid-19, perawatan yang dilakukan tak bisa sembarangan. Apalagi bagi ibu melahirkan dan bayinya. Berikut ini Popmama.com merangkum rekomendasi POGI tentang perawatan ibu melahirkan positif Covid-19 yang penting diketahui:

Perawatan Ibu Melahirkan yang Terpapar Covid-19

Perawatan Ibu Melahirkan Terpapar Covid-19
Freepik/Jcomp
Ilustrasi

Dalam perawatan ibu melahirkan yang terpapar Covid-19, ada beberapa poin penting yang harus diperhatikan, terutama terkait gejala yang ditampakkan karena akan berpengaruh pada bagaimana penanganannya. Secara umum, perawatan ibu melahirkan yang terpapar Covid-19 hampir sama dengan perawatan pasien Covid-19 biasa.

  1. Perawatan pada ibu pasca persalinan dengan suspek atau konfirmasi COVID-19 tanpa gejala sama dengan perawatan postpartum rutin.
  2. Perawatan pada ibu pasca persalinan dengan suspek atau konfirmasi COVID-19 dengan gejala ringan maka evaluasi tanda vital rutin dan pemantauan dengan saturasi oksigen.
  3. Perawatan pada ibu pasca persalinan dengan suspek atau konfirmasi COVID-19 dengan gejala sedang maka dilakukan penilaian saturasi oksigen terus menerus selama 24 jam. Mengingat perburukan bisa terjadi sewaktu-waktu, pertimbangan perawatan ICU dengan multi dispilin.
  4. Perawatan pada ibu pasca persalinan dengan suspek atau konfirmasi COVID-19 dengan gejala berat / kritis maka perlu dirawat di ruang ICU.
  5. Selama ibu dirawat, keluarga pasien diberikan edukasi tentang kondisi pasien dan rencana perawatan.
  6. Hindari pemberian NSAID, untuk analgetik dapat menggunakan parasetamol.
  7. Obat – obatan azitromisin, hydroxychloroquine dan interferon, aman digunakan selama menyusui. Hati – hati jika menggunakan chloroquine dan tocilizumab, lebih baik jika bisa dihindari selama memberikan ASI. Belum ada informasi mengenai keamanan N-acetylsisteine, disarankan membuang ASI yang dipompa selama 30 jam setelah pemberian obat ini. Belum diketahui juga tingkat keamanan ritonavir, lopiravir, remdezivir dan pavipiravir.
  8. Jika akan melakukan kontrasepsi steril pasca persalinan pervaginam, maka perlu memerhatikan sarana dan prasarana rumah sakit dan kebijakan lokal.
  9. Jika sarana dan prasarana tidak memungkinkan, kontraspesi steril dapat dilakukan setelah pasien dinyatakan sembuh. Metode IUD pasca plasenta bisa menjadi pilihan utama kontrasepsi pasca persalinan pada ibu dengan Covid-19. Metode kontrasepsi lain dapat digunakan setelah pasien dinyatakan sembuh Covid-19.
  10. Kriteria pemulangan ibu pasca bersalin sesuai dengan kriteria pemulangan pasien Covid-19 yang telah disebutkan sebelumnya.
  11. Tidak ada kontra indikasi pemilihan metode kontrasepsi karena penyakit Covid-19.

Editors' Pick

Perawatan Neonatus dan Bayi yang Dilahirkan dari Ibu Positif Covid-19

Perawatan Neonatus Bayi Dilahirkan dari Ibu Positif Covid-19
Unsplash/Patricia Prudente

Ibu yang melahirkan dengan hasil tes yang dinyatakan positif terpapar Covid-19 memiliki dua kemungkinan risiko, yaitu terpapar dan tidak terpapar. Untuk meminimalkan kemungkinan paparan pada bayi, berikut ini perawatan neonatus dan bayi yang dilahirkan dari ibu yang terpapar Covid-19:

  1. Inisiasi menyusui dini (IMD) dilakukan jika klinis neonatus stabil dan berdasarkan keputusan bersama dengan orangtua.
  2. Definisi kasus neonatus ditentukan oleh status ibu. Kasus neonatus terbagi atas neonatus tanpa gejala atau neonatus bergejala lahir dari ibu suspek atau konfirmasi Covid-19. Diagnosis ini ditegakan berdasarkan panduan IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia).
  3. Bayi baru lahir dari dari ibu suspek atau konfirmasi COVID-19 segera dimandikan untuk mengurangi risiko infeksi.
  4. Bayi dari ibu suspek atau konfirmasi COVID- 19 dirawat di ruang isolasi khusus terpisah dari ibunya.
  5. Bayi dilakukan swab tenggorok 2 kali dengan interval 24 jam.
  6. Suntikan dan vaksinasi bayi baru lahir tetap dilakukan sesuai standar IDAI.

Apakah Ibu yang Terpapar Covid-19 Boleh Menjalani Rawat Gabung dengan Bayi?

Apakah Ibu Terpapar Covid-19 Boleh Menjalani Rawat Gabung Bayi
Freepik/jcomp

Setelah melahirkan, Mama tentu sangat ingin sekali bisa menimang sang Buah Hati setiap saat dengan menjalani rawat gabung. Akan tetapi bagi ibu melahirkan yang positif Covid-19, rawat gabung tidak disarankan. Rawat gabung meningkatkan risiko penularan Covid-19 dari ibu ke bayinya sementara keduanya masih dalam kondisi imun tubuh yang rentan. 

Apabila bayi yang dari hasil PCR dinyatakan tidak menderita Covid-19 dengan ibu suspek atau konfirmasi Covid-19 gejala berat atau kritis yang tidak memungkinkan merawat bayi, maka dirawat oleh anggota keluarga lain yang yakin tidak menderita Covid-19.

Bolehkah Ibu yang Terpapar Covid-19 Menyusui Bayinya?

Bolehkah Ibu Terpapar Covid-19 Menyusui Bayinya
Unsplash/Solen Feyissa

Perihal menyusui dan memberikan ASI oleh ibu yang terpapar Covid-19 memang memerlukan pertimbangan tersendiri. Ada tiga pilihan yang keputusannya diserahkan kepada keluarga yaitu:

Kondisi klinis berat

  • Ibu dengan kondisi klinis berat yang tidak mampu memerah ASI, tetapi memiliki sarana-prasana fasilitas kesehatan yang memadai 
  • Keluarga dan tenaga kesehatan memilih mencegah risiko penularan, dengan melakukan pemisahan sementara antara ibu dan bayi
  • Risiko penularan bisa diminimalkan dengan memisahkan ibu dan bayinya sementara
  • Untuk pemberian makan kepada bayi, bisa dilakukan lewat ASI donor atau susu formula
  • Sedangkan ibu tetap dapat memompa ASI untuk mempertahankan kualitas produksi, tetapi ASI tersebut tidak boleh diberikan kepada bayi dan dibuang sampai ibu dinyatakan sembuh

Kondisi klinis ringan-sedang

  • Ibu dengan kondisi klinis ringan dan sedang 
  • Keluarga dan tenaga kesehatan memilih mengurangi risiko penularan, mempertahankan kedekatan ibu dan bayi
  • Untuk mengurangi risiko penularan, pilihan pemberian makan kepada bayi adalah ASI perah
  • Ibu memakai masker selama memerah ASI, mencuci tangan menggunakan air dan sabun minimal 20 detik sebelum memerah (disiplin dalam menjaga kebersihan tangan) 
  • Ibu harus membersihkan pompa serta semua alat yang bersentuhan dengan ASI dan wadahnya setiap selesai memerah (sesuai manufaktur pabrik)
  • ASI perah diberikan oleh tenaga kesehatan atau keluarga yang tidak menderita Covid-19
  • Tidak berbagi alat pompa dan botol ASI
  • Botol ASI disimpan terpisah dari pasien bukan Covid-19

Kondisi tidak bergejala (OTG) - ringan

  • Ibu dengan kondisi klinis tidak bergejala atau ringan dan sarana-prasarana terbatas atau tidak memungkinkan perawatan terpisah
  • Keluarga dan tenaga kesehatan menerima risiko tertular dan menolak pemisahan sementara ibu dan bayi
  • Pilihan pemberian makan adalah menyusui langsung
  • Ibu menggunakan masker bedah
  • Ibu mencuci tangan dan membersihkan payudara dengan sabun dan air
  • Orangtua harus mengerti bayi berisiko tertular

Untuk mengurangi risiko penularan pada pilihan ini maka:

  • Ada penghalang antara bayi dan ibu misal korden atau bayi didalam incubator.
  • Cuci tangan sebelum menyentuh bayi.
  • Jarak antara ibu dan bayi 2 meter
  • Bayi tidak diperkenankan menggunakan masker atau penutup wajah apapun karena beresiko kematian.

Perawatan setelah Pulang dari Rumah Sakit

Perawatan setelah Pulang dari Rumah Sakit
Unsplash/Ignacio Campo

Setelah pulang dari rumah sakit, perawatan ibu melahirkan dan bayinya harus dilakukan sendiri dengan menerapkan protokol kesehatan ketat:

  • Setelah pulang, ibu dengan suspek atau konfirmasi Covid-19 diminta untuk melakukan isolasi mandiri selama 14 hari setelah kelahiran bayi.
  • Perhatikan perilaku hidup bersih dan sehat selama di rumah.
  • Edukasi jika ada perburukan gejala terkait Covid-19 baik pada ibu maupun bayi.
  • Jika hasil PCR bayi adalah negatif Covid-19, maka di rumah ibu tidak bisa merawat bayinya dan tetap menjaga jarak dua meter.
  • Bayi dirawat oleh angggota keluarga yang tidak menderita Covid-19.
  • Perawatan luka operasi atau episiotomi dapat dilakukan secara jarak jauh jika ibu belum selesai melakukan isolasi mandiri.
  • Pelaporan ke dinas kesehatan atau puskesmas setempat jika memerlukan perawatan khusus pada ibu dan bayi selama di rumah.

Jangan lupa untuk melakukan kontrol ke unit layanan kesehatan setelah 14 hari persalinan, homecare jika perlu, dan hubungi unit layanan kesehatan terdekat untuk pemantauan dan perawatan jarak jauh.

Itulah informasi terkait rekomendasi POGI tentang perawatan ibu melahirkan positif Covid-19. Semoga informasi ini bermanfaat dan segera pulih ya, Ma. 

Baca Juga:

The Latest