Hamil Anak Pertama Lebih Rentan Keguguran, Mitos atau Fakta?

Setiap ibu hamil pasti mengharapkan kehamilannya selalu baik-baik saja hingga waktunya melahirkan nanti. Namun bila ini kehamilan pertama mama, Mama tentu khawatir. Salah satu hal yang paling dikhawatirkan mungkin adalah keguguran.
Khawatir akan keguguran itu hal normal, Ma. Tapi benarkah hamil anak pertama lebih rentan keguguran?
Nah, Popmama.com sudah merangkum penjelasan dari dokter pada ulasan berikut ini. Semoga bisa mengurangi kekhawatiran Mama, ya!
Hamil Anak Pertama Lebih Rentan Keguguran, Mitos atau Fakta?

Banyak ibu hamil yang khawatir dengan anggapan bahwa kehamilan pertama itu lebih rentan mengalami keguguran. Menurut dr. Keven Tali Sp.OG di unggahannya di laman Instagram pribadinya, Mama tidak perlu khawatir. Hal ini tidak sepenuhnya benar. Tapi tetap ada risiko keguguran, baik itu kehamilan pertama, kedua, ketiga, dan seterusnya.
dr. Keven juga menambahkan wajar jika kehamilan pertama mama terasa lebih sensitif. Hal ini terjadi karena tubuh ibu hamil sedang beradaptasi dengan perubahan hormon dan kondisi fisik yang baru, Ma. Dengan perawatan yang tepat, misalnya menjaga pola makan sehat dan rutin kontrol ke dokter, risiko keguguran bisa ditekan, lho!
Yang paling penting adalah fokus pada kondisi kehamilan ya, Ma. Pada dasarnya, setiap kehamilan memiliki kondisi yang berbeda. Sehingga respons dan perjalanan kehamilannya pun pasti berbeda, Ma.
Apa Penyebab Keguguran?
-9WmQfJdAJAyenmQJC1M9SjM9Q1fw0jRx.jpg)
Kelainan kromosom menyebabkan sekitar 50% dari semua keguguran pada trimester pertama (hingga 13 minggu) kehamilan. Kromosom adalah struktur kecil di dalam sel-sel tubuh ibu hamil yang membawa gen. Gen menentukan semua atribut fisik seseorang, seperti jenis kelamin, warna rambut dan mata, serta golongan darah.
Selama pembuahan, saat sel telur dan sperma menyatu, dua set kromosom bersatu. Jika sel telur atau sperma memiliki lebih banyak atau lebih sedikit kromosom dari biasanya, janin akan memiliki jumlah yang tidak normal. Saat sel telur yang dibuahi tumbuh menjadi janin, sel-selnya membelah dan berkembang biak beberapa kali. Kelainan selama proses ini juga menyebabkan keguguran.
Sebagian besar masalah kromosom terjadi secara kebetulan. Tidak sepenuhnya diketahui mengapa hal ini terjadi.
Beberapa faktor dapat menyebabkan keguguran:
- infeksi,
- paparan penyakit TORCH,
- ketidakseimbangan hormon,
- implantasi sel telur yang dibuahi yang tidak tepat di lapisan rahim,
- usia ibu hamil,
- kelainan rahim,
- serviks inkompeten (serviks mulai terbuka terlalu dini pada masa kehamilan),
- faktor gaya hidup seperti merokok, minum alkohol, atau menggunakan narkoba,
- gangguan sistem imun seperti lupus,
- penyakit ginjal berat,
- penyakit jantung bawaan,
- diabetes yang tidak tertangani,
- penyakit tiroid,
- radiasi,
- obat-obatan tertentu,
- gizi buruk yang parah.
Tidak ada bukti ilmiah bahwa stres, olahraga, aktivitas seksual, atau penggunaan pil KB dalam jangka panjang dapat menyebabkan keguguran. Apa pun situasi ibu hamil, penting untuk tidak menyalahkan diri sendiri karena mengalami keguguran. Sebagian besar keguguran tidak ada hubungannya dengan sesuatu yang ibu hamil lakukan atau tidak lakukan.
Berapa Banyak Ibu Hamil yang Mengalami Keguguran?

Antara 10% dan 20% dari semua kehamilan yang diketahui berakhir dengan keguguran. Sebagian besar keguguran (80%) terjadi dalam tiga bulan pertama kehamilan (hingga 13 minggu kehamilan). Kurang dari 5% keguguran terjadi setelah usia kehamilan 20 minggu.
Angka keguguran mungkin lebih tinggi jika Mama mempertimbangkan keguguran yang terjadi segera setelah implantasi. Perempuan mungkin tidak menyadari bahwa dirinya hamil karena pendarahan terjadi sekitar waktu menstruasinya. Ini disebut kehamilan kimiawi.
Risiko keguguran menurun setiap minggu kehamilan. Sekitar 15% kehamilan berakhir dengan keguguran. Risiko keguguran pada trimester kedua (13 hingga 19 minggu) adalah antara 1% dan 5%. Banyak faktor yang memengaruhi risiko keguguran seperti usia dan kesehatan mama. Namun, risiko keguguran ibu hamil menurun setiap minggu kehamilan jika tidak memiliki kondisi kesehatan lainnya.
Gejala Keguguran

Kebanyakan keguguran terjadi selama trimester pertama kehamilan, yaitu sekitar 13 minggu pertama.
Gejala-gejalanya dapat meliputi:
- Pendarahan dari vagina dengan atau tanpa rasa sakit, termasuk pendarahan ringan yang disebut bercak.
- Rasa sakit atau kram di area panggul atau punggung bawah.
- Cairan atau jaringan keluar dari vagina.
- Detak jantung cepat.
Jika Mama mengeluarkan jaringan dari vagina, taruh dalam wadah bersih. Kemudian, bawa ke kantor dokter atau rumah sakit. Laboratorium dapat memeriksa jaringan untuk memeriksa tanda-tanda keguguran.
Perlu diingat bahwa kebanyakan ibu hamil yang mengalami bercak atau pendarahan vagina pada trimester pertama dapat berhasil hamil. Namun, segera hubungi tim perawatan kehamilan jika pendarahan Mama banyak atau disertai rasa sakit kram.
Pencegahan Keguguran

Sering kali, tidak ada yang dapat Mama lakukan untuk mencegah keguguran. Sebaliknya, fokuslah untuk merawat diri sendiri dan janin yang belum lahir dengan melakukan beberapa hal berikut ini:
Lakukan perawatan prenatal secara teratur saat hamil dan setelah melahirkan.
Jauhi faktor risiko keguguran — seperti merokok, minum alkohol, dan penggunaan narkoba ilegal.
Minum multivitamin setiap hari.
Jika Mama pernah mengalami satu atau lebih keguguran sebelumnya, tanyakan kepada dokter apakah Mama harus mengonsumsi aspirin dosis rendah.
Batasi kafein. Banyak ahli menyarankan untuk tidak mengonsumsi lebih dari 200 miligram per hari saat hamil. Ini adalah jumlah kafein dalam secangkir kopi seduh 12 ons. Periksa juga label makanan untuk mengetahui jumlah kafein. Efek kafein tidak jelas bagi janin yang belum lahir dan jumlah yang lebih tinggi dapat menyebabkan keguguran atau kelahiran prematur. Tanyakan kepada tim perawatan kehamilan tentang apa yang tepat untuk Mama.
Jika Mama memiliki kondisi kesehatan jangka panjang, konsultasikan dengan tim perawatan kesehatan untuk mengendalikannya.
Jadi, benarkah hamil anak pertama lebih rentan keguguran? Jawabannya tidak selalu, ya, Ma. Risiko keguguran juga dimiliki oleh perempuan yang sudah pernah hamil sebelumnya. Diskusikan dengan dokter mengenai cara-cara menjaga kehamilan untuk mencegah keguguran. Alih-alih khawatir, Mama sebaiknya lebih fokus pada bagaimana menjaga kehamilan, ya!
Semoga kehamilannya selalu sehat, Ma!