13 Tanda Suami Tidak Mendukung Istri saat Hamil

Kehamilan adalah momen penuh perubahan bagi tubuh dan perasaan mama. Di masa ini, dukungan suami sangat berarti, bukan hanya dalam bentuk bantuan fisik, tapi juga perhatian, empati, dan keterlibatan emosional. Namun sayangnya, tidak semua suami mampu memahami betul kebutuhan istri selama hamil.
Padahal, kehadiran suami secara emosional dan mental dapat membantu Mama merasa lebih tenang, dihargai, dan tidak sendirian menjalani masa kehamilan. Saat suami bersikap tidak mendukung, Mama bisa merasa lelah sendiri, cemas, atau merasa hubungan menjadi berjarak.
Dukungan bukan berarti suami harus selalu sempurna, tapi setidaknya mau berusaha hadir, mendengarkan, dan ikut terlibat dalam perjalanan kehamilan. Kalau suami justru terlihat menjauh, tidak peduli, atau sering membuat Mama merasa sendiri, penting untuk mengenali tandanya sejak awal.
Nah, supaya Mama bisa lebih peka terhadap dinamika hubungan selama hamil, yuk, simak penjelasan yang sudah Popmama.com rangkum mengenai tanda suami tidak mendukung istri saat hamil.
1. Suami terlihat jauh secara emosional

Salah satu tanda paling terasa ketika suami tidak mendukung adalah ia terlihat menjauh secara emosional. Suami mungkin tidak menunjukkan antusiasme terhadap kehamilan dan tidak bertanya bagaimana kondisi Mama hari ini. Padahal, hal sederhana seperti menanyakan perasaan Mama atau ikut merasakan kebahagiaan kecil selama hamil sudah menjadi bentuk dukungan yang berarti.
Ketika suami menjadi dingin atau acuh, Mama bisa merasa sendirian meski sedang berada di rumah yang sama. Kondisi ini sering membuat Mama merasa tidak dipahami, kesepian, dan sulit berbagi perasaan. Dalam fase penuh perubahan hormon dan emosi seperti kehamilan, rasa tidak diperhatikan bisa menjadi beban mental yang cukup berat.
2. Suami tidak ingin terlibat dalam aktivitas kehamilan

Ketika suami jarang atau bahkan tidak pernah ikut dalam aktivitas kehamilan seperti kontrol ke dokter, memilih perlengkapan bayi, atau membahas rencana persalinan, ini bisa jadi tanda kurangnya dukungan. Padahal, aktivitas semacam ini bukan hanya soal kebutuhan fisik, tapi juga bentuk keterlibatan emosional dan tanggung jawab bersama sebagai calon orangtua.
Mama yang menjalani semua proses sendirian bisa merasa seolah-olah kehamilan ini hanya menjadi “urusan Mama” saja. Padahal, kehadiran suami bisa menghadirkan rasa aman, tenang, dan dihargai. Dukungan kecil seperti menemani USG atau bertanya perkembangan si Kecil dalam kandungan bisa membuat Mama merasa tidak sendirian.
3. Mengabaikan kebutuhan fisik dan emosional mama

Kehamilan membawa banyak perubahan pada tubuh dan emosi mama. Ada saat tubuh terasa cepat lelah, sakit punggung, atau mood yang naik turun karena hormon. Saat suami justru mengabaikan kondisi ini, seperti tidak membantu pekerjaan rumah atau menyepelekan keluhan mama, itu bisa menjadi tanda kurangnya perhatian.
Padahal, dukungan kecil seperti menawarkan bantuan, mendengarkan keluh kesah, atau sekadar bilang “istirahat dulu ya” bisa membuat Mama merasa dipedulikan. Mama butuh pasangan yang hadir, bukan hanya secara fisik tapi juga secara perasaan.
4. Menghindari pembicaraan tentang kehamilan dan masa depan

Jika suami selalu mengalihkan topik ketika Mama ingin membahas rencana kelahiran, nama bayi, atau masa depan setelah si Kecil lahir, ini bisa menandakan bahwa ia belum siap secara emosional. Sikap menghindar seperti ini sering membuat Mama merasa diragukan atau sendirian dalam merencanakan masa depan.
Padahal, komunikasi tentang kehamilan dan menjadi orangtua adalah hal penting. Dengan berdiskusi, pasangan bisa menyamakan visi, saling menenangkan, atau mencari solusi bersama jika ada kekhawatiran. Tetapi ketika suami memilih diam, Mama bisa merasa seolah harapan dan kekhawatirannya tidak dianggap penting.
5. Berkomentar sensitif terhadap perubahan tubuh Mama

Perubahan tubuh selama hamil seperti berat badan naik, perut membesar, atau muncul stretch mark adalah hal wajar. Namun, jika suami justru memberi komentar yang membuat Mama merasa tidak percaya diri, seperti mengolok bentuk tubuh atau membandingkan fisik Mama dengan orang lain, itu bisa sangat menyakitkan.
Komentar sensitif ini bisa membuat Mama merasa tidak dihargai padahal tubuh sedang bekerja keras membentuk kehidupan baru. Mama mungkin jadi minder, sedih, atau bahkan merasa tidak menarik lagi di mata pasangan.
Suami yang mendukung harusnya bisa menjadi sumber penguatan, bukan kritik. Dukungan seperti bilang “Kamu tetap cantik”, atau mengucapkan terima kasih karena Mama sudah berjuang, bisa punya arti besar dan meningkatkan kepercayaan diri Mama.
6. Suami lebih memprioritaskan dirinya sendiri

Saat Mama sedang hamil, wajar jika kebutuhan Mama, baik fisik maupun emosional menjadi lebih utama. Namun, jika suami tetap mementingkan hobinya, pekerjaannya, atau kenyamanannya sendiri tanpa mempertimbangkan kondisi Mama, ini bisa menjadi tanda kurangnya empati dan dukungan. Misalnya tetap pulang larut tanpa kabar, asyik main game sementara Mama kesakitan, atau menolak membantu hal-hal kecil.
Sikap seperti ini dapat membuat Mama merasa tidak dihargai dan seolah berjuang sendirian. Mama mungkin berpikir kalau perhatian suami hanya untuk dirinya sendiri, bukan si Kecil yang sedang tumbuh di dalam kandungan.
7. Tidak sabar dan gampang marah

Perubahan hormon saat hamil sering membuat emosi Mama lebih sensitif. Di sinilah peran suami sangat dibutuhkan untuk bersabar dan memahami. Namun, kalau suami justru mudah marah, tersinggung, atau kesal saat Mama lebih emosional, itu bisa menambah stres dan memperburuk suasana.
Mama bisa merasa bersalah padahal apa yang dirasakan sangat wajar selama kehamilan. Bukannya merasa ditemani, Mama justru merasa takut berbicara atau mengekspresikan diri karena takut memicu konflik.
8. Tidak mau beradaptasi dengan perubahan gaya hidup

Kehamilan mengubah banyak hal, mulai dari pola makan, jam tidur, hingga aktivitas fisik. Kalau suami tetap ingin menjalani hidup seperti biasa tanpa peduli kondisi Mama, ini bisa menjadi tanda bahwa ia belum siap menyesuaikan diri. Misalnya tetap mengajak jalan jauh saat Mama kelelahan, makan makanan yang Mama hindari, atau merokok di dekat Mama.
Padahal, kehamilan adalah fase yang seharusnya dijalani bersama. Perubahan gaya hidup bukan hanya tanggung jawab Mama, tapi juga suami yang kelak akan menjadi seorang Papa. Dukungan kecil seperti menemani makan sehat atau tidur lebih awal bisa sangat berarti.
9. Meremehkan atau menyepelekan keluhan Mama

Keluhan seperti mual, sakit punggung, cepat lelah, atau sulit tidur adalah bagian nyata dari kehamilan. Tapi kalau suami malah bilang, “Ah, kamu lebay” atau “Biasa aja, semua ibu juga begitu” itu bisa sangat menyakitkan. Sikap meremehkan ini membuat Mama merasa tidak didengarkan.
Padahal, yang Mama butuhkan bukan solusi langsung, tapi rasa dipahami. Hanya dengan mendengarkan, menawarkan bantuan, atau sekadar memijat punggung bisa jadi bentuk cinta yang besar. Ketika keluhan terus diabaikan, Mama bisa merasa sendirian, bahkan tidak dihargai sebagai calon ibu.
10. Hanya fokus pada hal negatif

Wajar kalau suami punya rasa khawatir soal keuangan, tanggung jawab, atau masa depan setelah si Kecil lahir. Tapi kalau yang dibicarakan hanya hal negatif, seperti takut nggak siap jadi ayah, repotnya punya anak, atau sibuk menghitung beban, itu bisa bikin Mama merasa tidak disambut dengan bahagia. Kehamilan yang seharusnya penuh harapan jadi terasa berat dan menegangkan.
Saat suami lebih sibuk mencemaskan hal buruk daripada ikut bersyukur dan menenangkan Mama, kelelahan emosional bisa makin terasa. Mama butuh dukungan, bukan tambahan ketakutan.
11. Tidak memberikan rasa aman dan keyakinan

Kehamilan sering bikin Mama punya banyak kekhawatiran, mulai dari kesehatan bayi, proses persalinan, sampai bagaimana nanti jadi orangtua. Di saat seperti ini, dukungan emosional dari suami sangat dibutuhkan. Namun, kalau suami justru ikut takut, tidak menenangkan, atau bahkan tidak peduli, Mama bisa merasa tidak punya tempat bersandar.
Kurangnya rasa aman ini bisa muncul dari sikap suami yang nggak pernah bilang, “Kamu nggak sendirian,” atau “Kita jalani bareng, ya.” Padahal, satu kalimat sederhana bisa membuat Mama merasa lebih tenang dan diperhatikan.
12. Lebih sering mengkritik daripada mendukung

Alih-alih membantu, suami yang tidak mendukung mungkin malah sering mengkritik, mulai dari tubuh mama yang berubah, kebiasaan Mama selama hamil, sampai cara Mama mengelola emosi. Kritik-kritik kecil seperti ini bisa terasa menyakitkan, apalagi jika disampaikan tanpa empati.
Mama jadi merasa serba salah, takut melakukan sesuatu karena takut diomentari. Padahal yang Mama butuhkan adalah dorongan semangat, bukan penilaian yang membuat kepercayaan diri turun.
13. Menjauh dan jarang memberi kasih sayang

Sentuhan lembut, pelukan, atau sekadar genggaman tangan bisa sangat berarti untuk Mama yang sedang hamil. Tapi kalau suami malah terlihat menjauh, enggan bersentuhan, atau jarang memberi perhatian, Mama bisa merasa diabaikan. Apalagi di saat hormon membuat Mama lebih sensitif dan butuh rasa dicintai.
Kurangnya kasih sayang bukan soal romantis atau tidak, tapi tentang rasa aman dan kedekatan. Kalau suami memilih diam, sibuk sendiri, atau terlihat tidak nyaman dekat dengan Mama, ini bisa meningkatkan rasa kesepian selama kehamilan.
Bagaimana Cara Menyikapinya?

Menghadapi suami yang tampak tidak peduli atau kurang mendukung selama masa kehamilan memang bisa menguras emosi. Namun, penting untuk tetap tenang dan mencari cara terbaik agar kehamilan tetap berjalan sehat, baik untuk Mama maupun si kecil. Ada beberapa langkah yang bisa dilakukan agar hubungan tetap hangat dan Mama merasa lebih dihargai selama masa ini.
1. Ajak bicara dengan baik
Komunikasi adalah kunci. Cobalah membuka percakapan secara jujur tentang perasaan Mama, tanpa menyalahkan. Jelaskan dengan lembut bahwa Mama butuh perhatian dan dukungan darinya selama kehamilan.
2. Pertimbangkan bantuan profesional
Jika komunikasi mulai buntu atau suami terlihat kebingungan menghadapi situasi ini, tidak ada salahnya mengajak ke konselor atau terapi pasangan. Konselor bisa membantu kalian memahami masalah dari sudut pandang yang lebih netral.
3. Libatkan suami dalam proses kehamilan
Ajak suami ikut cek kandungan, pilih perlengkapan bayi, atau baca buku tentang menjadi ayah. Keterlibatan kecil seperti ini bisa membantu menumbuhkan rasa tanggung jawab dan kedekatan emosional.
4. Edukasi dengan cara yang tepat
Kadang rasa tidak peduli muncul karena ia belum paham tentang perubahan fisik dan emosi yang Mama alami. Mama bisa membagikan artikel, video, atau ajak suami ikut kelas persiapan melahirkan agar ia lebih mengerti.
5. Cari dukungan dari orang terdekat
Kalau suami masih belum berubah, Mama tetap bisa bersandar pada keluarga, sahabat, atau komunitas ibu hamil. Memiliki support system yang hangat dapat membantu Mama merasa tidak sendirian.
6. Buat batasan yang sehat
Jika sikap suami mulai menyakiti secara emosional, Mama boleh kok menetapkan batasan. Katakan dengan jelas bahwa Mama butuh lingkungan yang positif demi kesehatan diri dan bayi.
7. Fokus pada perawatan diri
Jangan lupakan diri sendiri. Luangkan waktu untuk hal-hal yang membuat Mama bahagia dan rileks seperti yoga prenatal, membaca buku, atau sekadar istirahat cukup.
8. Kelola ekspektasi
Tidak semua perubahan bisa terjadi dalam semalam. Coba fokus pada usaha kecil suami, tidak hanya pada kekurangannya. Ini bisa membantu Mama tetap berpikir positif.
9. Hargai dukungan kecil dari suami
Dorong ia melakukan hal-hal sederhana seperti membantu pekerjaan rumah, menanyakan kondisi Mama, atau menyiapkan camilan. Dukungan kecil lama-lama bisa jadi kebiasaan baik.
10. Rencanakan masa depan bersama
Ajak suami bicara tentang bagaimana kalian ingin menjadi orangtua nantinya. Merencanakan masa depan bersama bisa membuat suami merasa lebih terlibat dan bertanggung jawab.
Itu dia tanda suami tidak mendukung istri saat hamil dan beberapa cara menyikapinya. Semoga dengan memahami tanda-tanda tersebut, Mama dan pasangan bisa belajar saling menguatkan dan menjalani perjalanan jadi orangtua dengan lebih hangat.
Semoga informasi ini bermanfaat, Ma.


















