17 Kandungan Skincare yang Tidak Boleh untuk Ibu Hamil

Berbagai kandungan ini bisa membahayakan ibu hamil dan janin

29 Oktober 2023

17 Kandungan Skincare Tidak Boleh Ibu Hamil
Freepik/artursafronovvvv

Setiap ibu hamil pasti selalu berusaha untuk menjaga bayi yang ada di dalam kandungannya. Setiap hal dilakukan secara hati-hati untuk menjaga dam menghindari hal bahaya yang bisa saja terjadi pada bayi di dalam kandungan.

Selain menjaga makanan yang dikonsumsi dan menghindari aktivitas yang berbahaya, Mama juga perlu berhati-hati dengan produk skincare yang Mama gunakan selama kehamilan. Hal ini dikarenakan ada kandungan dalam produk skincare yang dapat membahayakan ibu hamil dan janin.

Kali ini Popmama.comakan membahas kandungan skincare yang tidak boleh untuk ibu hamil yang informasinya telah dirangkum dari berbagai sumber. Yuk, Ma, kita lihat ada apa saja!

1. Diethyl phthalates

1. Diethyl phthalates
Freepik/Benzoix

Menurut Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat, diethyl phthalates merupakan kandungan yang paling sering ditemukan dalam produk kecantikan.

Pada umumnya, diethyl phthalates merupakan kandunganyang digunakan untuk mempercepat penyerapan produk skincare ke dalam kulit.

Selama masa kehamilan, ada baiknya Mama menghindari produk skincare yang mengandung bahan ini, selain berbahaya bagi janin, diethyl phthalates ini juga bisa membahayakan ibu hamil.

 

2. Hydroquinone

2. Hydroquinone
Freepik/Timeimage

Hydroquinone merupakan kandungan yang ada di dalam prodik skincare untuk mencerahkan kulit wajah, mengatasi masalah jerawat, dan menyamarkan flek kecoklatan di wajah.

Skincare yang mengandung hydroquinone tidak disarankan untuk ibu hamillantaran dapat meningkatkan risiko kecacatan janin.

Jika sebelum hamil menggunkan produk skincare yang mengandung hydroquinone, maka selama kehamilan sebaiknya Mama menghentikan penggunaannya.

3. Oxybenzone

3. Oxybenzone
Freepik/user18526052

Sunscreen merupakan produk skincare dasar yang banyak digunakan orang untuk melindungi kulit dari paparan sinar matahari yang bisa merusak kulit. Namun tahukah Mama bahwa kandungan oxybenzone dalam sunscreen bisa berbahaya bagi bayi?

Kandungan oxybenzone dipercaya dapat membahayakan ibu hamil dan bayi yang ada di dalam kandungannya. Selain itu, oxybenzone juga mengganggu hormon dalam tubuh.

 

4. Retinoid

4. Retinoid
Pexels.com/Andrea Piacquadio

Retinoid ini merupakan senyawa kimia turunan dari vitamin A yang bermanfaat untuk merangsang pertumbuhan sel kulit baru, mencerahkan wajah, mengobati jerawat, dan menghambat munculnya kulit keriput.

Manfaatnya yang cukup banyak menjadikan skincare yang mengandung retinoid ini sering dicari oleh banyak orang. Namun, produk skincare yang mengandung retinoid ini tidak bisa boleh digunakan ibu hamil. Hal ini nantinya bisa berdampak pada kondisi bayi.

Kandungan retinoid dalam skincare disebut dapat menganggu pertumbuhan janin dan menyebabkan cacat janin.

 

5. Salicylic acid

5. Salicylic acid
Pixabay/jmexclusives
Penggunaan salicylic acid untuk ibu hamil yang mengalami masalah jerawat

Salicylic acid atau asam salisilat merupakan zat kimia dalam skincare yang termasuk ke dalam kelompok BHA. Salicylic acid pada umumnya ditemukan dalam produk skincare yang diperuntukan untuk mengobati jerawat serta menyamarkan luka pada kulit.

Kandungan salicylic acid ini sebenarnya masih aman digunakan oleh ibu hamil jika dalam jumlah yang sedikit, namun jika digunakan dalam dosis yang tinggi hal ini bisa berbahaya bagi janin.

Penggunaan salicylic acid dalam jumlah tinggi dapat menyebabkan bayi cacat lahir, kelahiran prematur, dan berat badan bayi yang rendah.

    6. Phthalate

    6. Phthalate
    Unsplash/x )

    Phthalate adalah bahan kimia pengganggu endokrin yang ditemukan di banyak produk kecantikan dan pribadi. Dalam penelitian pada hewan dan manusia, disfungsi reproduksi dan perkembangan yang serius telah dikaitkan dengan paparan ftalat.

    Pengganggu endokrin semakin banyak dipelajari oleh FDA dan organisasi medis profesional, seperti American Academy of Pediatrics, untuk mengetahui potensi perannya dalam berdampak negatif pada kesehatan reproduksi bawaan.

    Kosmetik adalah sumber utama paparan ftalat. Phthalate paling umum yang Mama temukan dalam produk kecantikan adalah diethylphthalate (DEP). Phthalates yang biasa ditemukan dalam kemasan plastik juga dapat larut ke dalam produk perawatan pribadi.

    7. Formaldehyde

    7. Formaldehyde
    Freepik/Rawpixel.com

    Formaldehyde atau formaldehida jarang digunakan lagi sebagai pengawet dan disinfektan dalam produk kecantikan karena diketahui bersifat karsinogen, dan menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), dapat meningkatkan risiko infertilitas dan keguguran.

    Namun, ada bahan kimia pelepasan formaldehida yang biasa ditemukan dalam kosmetik dengan potensi efek berbahaya serupa. Hal ini termasuk hal-hal berikut, sebagaimana dicatat oleh Kelompok Kerja Lingkungan (EWG):

    • bronopol (2-bromo-2-nitropropana-1,3-diol)
    • Hidantoin DMDM
    • diazolidinil urea
    • hidroksimetilglisinat
    • imidazolidinil urea
    • kuarterium-15
    • 5-bromo-5-nitro-1,3-dioksan

    Editors' Pick

    8. Chemical sunscreens

    8. Chemical sunscreens
    Freepik/MK_studio

    Oxybenzone dan turunannya merupakan filter ultraviolet (UV) yang paling sering digunakan dalam tabir surya. Ini terbukti efektif untuk perlindungan kulit, tetapi potensi dampak buruk oksibenzon terhadap kesehatan dan lingkungan menjadikannya lebih buruk.

    Tinjauan tahun 2019 menunjukkan bahwa filter UV kimia tertentu mungkin berdampak negatif terhadap sumber air, kesehatan ikan, dan rantai makanan di seluruh dunia. Ini termasuk:

    • oksibenzon
    • oktokrilena
    • oktinoksat

    Karena oksibenzon dikenal sebagai bahan kimia yang mengganggu endokrin, penggunaan selama kehamilan dikhawatirkan dapat mengganggu hormon dan menyebabkan kerusakan permanen pada ibu hamil dan bayi.

    Sebuah studi pada hewan pada tahun 2018 menyimpulkan bahwa paparan oksibenzon selama kehamilan pada tingkat yang biasa digunakan manusia menyebabkan perubahan permanen pada kelenjar susu dan laktasi.

    Penelitian pada hewan lainnya telah menghubungkan bahan kimia tersebut dengan kerusakan permanen pada janin, kemungkinan terkait dengan perkembangan kondisi neurologis di masa dewasa, seperti skizofrenia dan penyakit Alzheimer.

    Paparan oksibenzon juga dikaitkan dengan penyakit Hirschsprung, kelainan kelahiran yang memengaruhi usus besar.

    9. Paraben

    9. Paraben
    Freepik/Freepik

    Paraben banyak digunakan dalam produk perawatan kulit agar tetap segar. Penggunaannya dalam kosmetik murni praktis, karena tidak memberikan manfaat anti jerawat atau anti penuaan. Mereka hanya memperpanjang umur simpan krim dan produk lainnya.

    Namun, ada dua masalah yang terkait dengan paraben. Pertama, paraben diketahui mengganggu keseimbangan hormon dalam tubuh. Kedua, mudah diserap ke dalam aliran darah.

    Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Chemistry pada tahun 2016 menunjukkan bahwa paparan BPA (sejenis paraben) sebelum melahirkan dapat menyebabkan pertumbuhan janin yang buruk, berat badan lahir rendah, keguguran, gangguan pertumbuhan janin, obesitas, dan gangguan perilaku.

    10. Tetracycline

    10. Tetracycline
    Freepik/Rawpixel.com

    Ibu hamil sebaiknya menghindari penggunaan produk yang mengandung tetrasiklin atau turunannya (minocycline dan doxycycline). Ini adalah antibiotik populer yang digunakan untuk mengobati berbagai penyakit kulit. Hal ini terbukti berdampak buruk bagi calon ibu dan janinnya.

    11. Dihydroxyacetone

    11. Dihydroxyacetone
    Freepik/cookie_studio

    Kebanyakan produk penyamak kulit semprot mengandung dihidroksiaseton. Bahan ini bereaksi dengan lapisan kulit mati di tubuh mama, menodainya dan membuat mama terlihat kecokelatan.

    Meskipun penyamakan kulit sendiri (self-tanners) merupakan alternatif yang jauh lebih aman dibandingkan penyamakan kulit di bawah sinar matahari, ibu hamil harus menjauhinya. Meskipun bahan kimia tersebut biasanya tidak terserap ke dalam aliran darah, bahan tersebut dapat terhirup selama penggunaan, sehingga berbahaya bagi ibu hamil dan janin.

    12. Thioglycolic acid

    12. Thioglycolic acid
    Pexel/Katerina Bolovtsova

    Lotion dan perawatan penghilang rambut sering kali mengandung thioglycolic acid atau asam tioglikolat. Belum ada penelitian yang menunjukkan bahwa bahan kimia ini berbahaya bagi perkembangan bayi.

    Meski demikian, otoritas medis tetap mengimbau ibu hamil untuk mengurangi paparan terhadap bahan ini. Kurangnya data mungkin membuat Mama percaya bahwa ini aman untuk digunakan. Namun, sebaiknya ikuti rekomendasi ahli medis dan hindari penggunaan produk ini saat hamil, Ma!

    13. Toluene

    13. Toluene
    Freepik/freepik

    Toluene atau toluena dianggap sebagai bahan kimia beracun. Hal ini dapat ditemukan pada cat kuku dan pewarna rambut. Paparan toluena dapat menyebabkan gejala sementara seperti sakit kepala, pusing, dan kulit pecah-pecah, serta menimbulkan konsekuensi yang lebih signifikan terhadap kesehatan mama, termasuk kesulitan pernapasan dan kerusakan reproduksi.

    Ada beberapa penelitian yang menggambarkan konsekuensi neonatal terkait penyalahgunaan toluena selama kehamilan. Kelainan bawaan, keterbelakangan perkembangan pascakelahiran, keterbelakangan pertumbuhan intrauterin, dan kelahiran prematur merupakan efek samping yang mungkin terjadi dari penggunaan toluena.

    14. Minyak esensial

    14. Minyak esensial
    Freepik/jcomp

    Minyak atsiri dianggap sebagai alternatif alami produk kosmetik berbahan kimia. Namun masalah utama dari bahan-bahan yang tampaknya alami dan aman ini adalah bahwa bahan-bahan tersebut tidak diatur oleh FDA, sehingga bahan-bahan tersebut tidak harus mematuhi persyaratan pelabelan yang ketat. Karena ada banyak jenis minyak atsiri, sulit untuk menentukan apakah Mama aman menggunakannya saat hamil atau tidak.

    Namun, beberapa minyak esensial telah dikaitkan dengan masalah kesehatan yang serius pada ibu hamil. Misalnya, melati dan clary sage dianggap menyebabkan kontraksi, minyak sage dan rosemary diketahui meningkatkan kemungkinan pendarahan, dan rosemary terbukti meningkatkan tekanan darah.

    Oleh karena itu, sebaiknya hindari penggunaan minyak esensial dalam rutinitas perawatan kulit mama selama kehamilan dan pilih formula aman yang dikembangkan oleh dokter, seperti krim wajah, dan serum mata yang disarankan oleh dokter.

    15. Benzoil peroksida

    15. Benzoil peroksida
    Freepik/Benzoix

    Kehamilan dapat membuat mama terlihat dan merasa bercahaya. Namun, hal ini juga bisa membuat Mama lebih rentan berjerawat dibandingkan sebelumnya. Seperti yang telah kami sebutkan di atas, obat kuat seperti Accutane harus dihindari selama kehamilan.

    Namun, Mama juga harus berhati-hati untuk tidak menggunakan produk yang mengandung bahan kimia seperti benzoil peroksida, yang biasa digunakan untuk mengatasi jerawat, selama kehamilan.

    Senyawa ini diduga memberikan pengaruh negatif pada janin jika dikonsumsi secara oral dalam jumlah banyak, namun formulasi topikal belum terbukti memberikan dampak negatif yang sama. Namun, sebagian besar dokter kulit percaya bahwa meresepkan obat ini untuk ibu hamil terlalu berbahaya.

    16. Botox dan filler

    16. Botox filler
    Freepik/Lifestylememory

    Pelawan kerutan ini juga diklasifikasikan sebagai bahan kimia kategori C, yang berarti dokter tidak memiliki cukup informasi mengenai pengaruhnya terhadap kehamilan. Botox kadang-kadang diresepkan sebagai pengobatan untuk beberapa kondisi medis, termasuk migrain yang terus-menerus, kandung kemih yang terlalu aktif, inkontinensia, dan kandung kemih yang terlalu aktif.

    Namun, ini paling sering digunakan untuk mengurangi munculnya kerutan. Jadi meskipun manfaat botox benar-benar luar biasa, banyak ahli menyarankan untuk tidak menggunakan botox atau bahan pengisi lainnya untuk tujuan estetika selama kehamilan.

      17 Aluminium klorida

      17 Aluminium klorida
      pexels/sora shimazaki

      Aluminium klorida, komponen utama dalam antiperspiran (deodoran), telah dianggap buruk oleh masyarakat selama lebih dari 40 tahun sebagai hasil dari penelitian yang banyak didiskreditkan yang mengaitkan bahan kimia ini dengan penyakit Alzheimer. Penentang keras bahan ini juga menuduh bahwa bahan tersebut berkontribusi terhadap kanker payudara.

      Faktanya adalah bahan kimia ini dianggap aman digunakan dalam dosis rendah. Namun, produk yang mengandung aluminium klorida dalam konsentrasi tinggi sebaiknya dihindari oleh ibu hamil apa pun status kehamilannya kecuali jika diresepkan oleh dokter. Sebagai referensi, produk antiperspiran biasa mengandung sekitar 3 hingga 6 persen aluminium klorida, namun produk resep dapat mengandung 15 hingga 30 persen bahan ini.

      Itu tadi kandungan skincare yang tidak boleh untuk ibu hamil. Apabila produk skincare yang Mama gunakan selama ini mengandung kelima bahan tersebut, ada baiknya selama kehamilan penggunaannya dihentikan sementara untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.

      Jika Mama ingin menggunakan skincare di masa kehamilan, ada baiknya konsultasikan ke dokter untuk mengetahui produk apa saja yang aman digunakan.

      Baca juga:

      The Latest