5 Komplikasi Berbahaya yang Perlu Dicek ke Dokter Sebelum Persalinan

Jangan ragu tanyakan tentang hal ini saat konsultasi

26 Oktober 2018

5 Komplikasi Berbahaya Perlu Dicek ke Dokter Sebelum Persalinan
Pexels/Tracey Shaw

Setiap ibu pasti menginginkan proses persalinan yang lancar dan bebas dari masalah, serta kondisi kesehatan bayi yang sehat.

Namun demikian, seringkali ada beberapa komplikasi yang bisa sedikit menghambat proses persalinan tersebut.

Biasanya beberapa jenis komplikasi ini sudah mulai ditemukan dokter beberapa saat menjelang proses persalinan, tepatnya pada trimester ketiga.

Oleh sebab itu, tak ada salahnya Mama mulai mencari informasi soal apakah Mama kemungkinan bisa mengalami risiko tersebut.

Berikut beberapa jenis komplikasi yang perlu dicek ke dokter sebelum waktunya persalinan, Ma:

1. Posisi bayi sungsang

1. Posisi bayi sungsang
Pixabay/Greyerbaby

Posisi sungsang merupakan salah satu jenis komplikasi yang banyak dialami oleh para ibu menjelang persalinan.

Hal ini terjadi ketika posisi kepala bayi tidak berada di bawah seperti sehatusnya. Posisi bayi justru tegak, yakni kepala di atas dan telapak kakinya di bawah.

Apabila posisi ini terus bertahan sampai waktunya persalinan, biasanya dokter akan merekomendasikan Mama untuk melakukan tindakan operasi caesar.

Namun jika posisi sungsang ini ditemukan saat masih jauh dari waktunya persalinan, Mama bisa melakukan beberapa cara untuk mengembalikan posisi bayi.

Salah satunya dengan rutin berjalan kaki. Ini adalah olahraga paling mudah yang bisa Mama lakukan untuk membantu bayi menemukan posisinya yang tepat.

Cara lainnya adalah dengan berposisi seperti sujud, Ma. Cobalah untuk perlahan berlutut di lantai, kemudian tempatkan dahi Mama di lantai. Jika perlu, gunakan bantal di bagian lutut dan kepala agar terasa lebih nyaman.

Pertahankan posisi ini selama 15 menit dan jika perlu lakukan sebanyak 3 kali sehari.

Editors' Pick

2. Tali pusar berada di bawah

2. Tali pusar berada bawah
Pexels/Freestocks.org

Pada umumnya, bayi akan dilahirkan terlebih dahulu, kemudian diikuti oleh tali pusar. Namun ada beberapa kondisi seperti prolapsed umbilical cord, di mana tali pusar justru keluar terlebih dahulu.

Saat ini terjadi, tubuh bayi dapat menekan tali pusar tersebut dan memutus suplai darahnya sendiri.

Ada beberapa penyebab terjadinya prolapsed umbilical cord, salah satunya yakni ketika ketuban sudah pecah dan tali pusar keluar sebelum bayi. Apabila kondisi ini terjadi, biasanya operasi caesar akan langsung dilakukan.

Jangan ragu untuk bertanya pada dokter soal bagaimana posisi tali pusar sebelum persalinan untuk mencegah hal ini terjadi ya, Ma.

3. Preeklampsia

3. Preeklampsia
Pixabay/Parentingupstream

Preeklampsia biasanya bisa mulai terdeteksi pada usia kehamilan 20 minggu, yang ditandai dengan tekanan darah tinggi.

Jangan anggap enteng, kondisi ini termasuk kategori komplikasi serius dan perlu perawatan khusus selama kehamilan.

Ada kemungkinan dokter akan menginduksi persalinan Mama, daripada menunggu waktunya terjadi secara alami. Kemungkinannya adalah supaya Mama bisa menghindari operasi caesar.

Namun semua bergantung pada kondisi kehamilan Mama dan juga kondisi si Kecil. Jika memang tak memungkinkan untuk dilakukan persalinan normal, tindakan operasi caesar pun bisa dilakukan.

Jika hipertensi Mama terus memburuk, ada berbagai komplikasi tambahan lainnya yang mungkin menyerang. Di antaranya seperti pendarahan di otak, kejang atau koma.

Ikuti setiap instruksi dokter untuk meminimalkan risiko komplikasi tambahan ini ya, Ma.

Baca juga: Kenali Lebih Dekat Preeklampsia di Masa-Masa Kehamilan

Baca juga: Apakah Asam Folat Benar-Benar Bisa Mencegah Preeklampsia?

Baca juga: Fakta dan Risiko Preeklampsia Bagi Ibu Hamil dan Janin

4. Asfiksia perinatal

4. Asfiksia perinatal
Pixabay/Travisdmchenry

Asfiksia perinatal atau asfiksia neonatrum terjadi ketika bayi tidak bisa bernapas normal sebelum, selama dan setelah proses persalinan.

Salah satu tanda bayi tidak mendapatkan cukup oksigen yakni denyut jantungnya terdengar terlalu tinggi atau bahkan rendah. Setelah lahir, bayi yang tidak bisa bernapas dengan baik juga akan menunjukkan tanda khas.

Di antaranya seperti kulit tampak pucat dan kebiruan, sesak napas, detak jantung lambat dan otot melemah. Lamanya waktu bayi tidak mendapatkan cukup oksigen kemudian akan membawa efek buruk lainnya.

Termasuk gangguan atau gagal fungsi pada paru-paru, jantung, otak dan ginjal.

Beberapa hal yang bisa menjadi faktor penyebab dari asfiksia perinatal misalnya ada sumbatan pada saluran napas bayi, persalinan berlangsung terlalu lama, serta Mama tidak mendapatkan cukup oksigen selama persalinan.

Kondisi lainnya seperti plasenta terlepas dari rahim terlalu cepat atau bayi terlilit tali pusar juga bisa menjadi penyebab terjadinya asfiksia perinatal.

5. Cairan ketuban sedikit

5. Cairan ketuban sedikit
Pexels/Pixabay

Cairan ketuban merupakan salah satu bagian penting dalam sistem kehidupan bayi dalam kandungan. Cairan ini memiliki fungsi untuk membantu melindungi bayi dan menunjang tumbuh kembangnya.

Cairan ketuban yang terlalu sedikit alias oligohydramnios merupakan suatu kondisi yang berarti bayi tidak memiliki cukup cairan ketuban.

Pada awal kehamilan, jumlah cairan ketuban biasanya hanya beberapa mililiter saja. Namun saat nanti usia kehamilan Mama sudah mencapai 36 minggu, jumlahnya bisa meningkat hingga mencapai antara 800 hingga 1.000 mililiter (ml).

Kemudian saat sudah mencapai 38 minggu, secara bertahap cairan ketuban akan berkurang hingga waktunya persalinan. Cairan ketuban yang terlalu sedikit dapat menyebabkan komplikasi persalinan. Salah satunya janin berada dalam posisi sungsang.

Jangan ragu untuk berkonsultasi soal beberapa risiko komplikasi ini saat memasuki trimester ketiga ya, Ma. Ini supaya apabila memang ditemukan ada masalah, bisa segera dicari pengobatannya agar tak mengganggu persalinan.

The Latest