Mama mungkin telah merasakan efek stres pada tubuh seperti sakit kepala, sulit tidur, atau makan berlebihan. Selain itu, stres yang berkepanjangan juga dapat menimbulkan efek atau risiko lainnya, seperti:
Penelitian menunjukkan bahwa jika Mama memiliki tekanan darah tinggi, maka Mama berisiko lebih besar terkena preeklamsia selama kehamilan.
Preeklamsia adalah komplikasi kehamilan yang memengaruhi tekanan darah dan organ serta dapat menyebabkan kelahiran bayi lebih dini.
Namun, stres yang dialami selama kehamilan dapat memperbesar risiko tersebut. Stres dan riwayat hipertensi merupakan perpaduan yang buruk bagi kesehatan Mama.
Penting untuk terus memantau tekanan darah Mama selama kehamilan.
Sebuah studi mengaitkan stres pranatal dengan peningkatan risiko keguguran. Para peneliti menemukan bahwa wanita yang memiliki peristiwa traumatis atau paparan stres lainnya memiliki risiko dua kali lebih besar untuk mengalami keguguran.
Ulasan yang sama menemukan hubungan antara stres di tempat kerja dan keguguran. Mama sebaiknya melakukan penyesuaian dan bekerjasama dengan atasan.
Penelitian tersebut juga menyebutkan bahwa penyedia layanan kesehatan cenderung mengabaikan risiko stres pada kehamilan. Mungkin untuk meyakinkan ibu hamil dan tidak menyebabkan stres yang semakin parah.
Penelitian lainnya menghubungkan stres dengan kelahiran prematur sebelum kehamilan 37 minggu. Bayi prematur memiliki kemungkinan lebih besar mengalami keterlambatan perkembangan dan gangguan belajar. Ketika dewasa, mereka lebih berisiko untuk memiliki masalah kesehatan kronis, seperti penyakit jantung, tekanan darah tinggi, dan diabetes.
Stres juga berkorelasi adalah berat lahir rendah.
Di sisi lain, banyak bayi prematur dilahirkan setiap hari dan sebagian besar memiliki kesehatan yang baik. Poin utamanya adalah menghindari penambahan faktor risiko, seperti stres pada kehamilan.