TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA

Bersiaplah! Ini 7 Perubahan Fisik pada Vagina ketika Menua

Mulai dari mengering hingga mengalami infeksi saluran kemih!

Unsplash/Charles Deluvio

Bagi sebagian orang, bertambahnya usia adalah suatu momok. Biasanya, yang paling ditakutkan adalah kulit wajah dan kulit tubuh menjadi keriput dan garis halus akan semakin tampak jelas.

Selain itu, tak sedikit pula yang mengeluhkan nyeri sendi serta berkurangnya penglihatan hingga pendengaran. Sama seperti bagian tubuh yang lain, vagina juga mengalami perubahan, terutama ketika perempuan mendekati masa menopause.

Oleh karena itu, sebaiknya para perempuan mempersiapkan diri untuk mengalami hal alami tersebut. Dilansir dari laman IDN Times, berikut Popmama.com telah merangkum 7 perubahan fisik pada vagina ketika menua.

1. Vagina menjadi kering

Freepik/Spukkato

Sebenarnya, vagina kering bisa memengaruhi perempuan dari usia berapa pun. Dilansir dari laman Women's Health Concern, kondisi ini memengaruhi lebih dari setengah perempuan pascamenopause yang berusia 51-60 tahun.

Apa penyebabnya? Pada usia senja, kadar hormon estrogen mulai menurun. Salah satu tanda menurunnya estrogen pada vagina adalah berkurangnya lubrikasi alami saat melakukan aktivitas seksual.

Tanpa estrogen yang cukup, kulit dan jaringan vulva menjadi lebih tipis, kurang elastis, dan akhirnya semakin mengering. Untuk mengatasinya, dokter mungkin akan memberikan terapi estrogen untuk mengurangi ketidaknyamanan dan rasa sakit saat berhubungan seks.

2. Rambut kemaluan mulai rontok

Femininelounge.com

Seiring bertambahnya usia, siklus pertumbuhan rambut akan semakin pendek. Pada saat yang bersamaan, penurunan estrogen membuat testosteron menjadi hormon yang dominan.

Padahal, testosteron memicu kerontokan rambut. Kerontokan ini tidak hanya terjadi di kulit kepala, tetapi juga di area lain seperti ketiak dan kemaluan. Perlahan-lahan, rambut kemaluan mulai menipis dan warnanya berubah menjadi abu-abu!

Setelah rontok, rambut kemaluan sulit tumbuh kembali karena usia tua memperlambat laju pertumbuhan rambut. Padahal, rambut kemaluan penting untuk mengurangi gesekan selama berhubungan seks.

3. Rambut kemaluan menjadi beruban

Freepik/Tutatama

Usia tua identik dengan uban. Ini bukan hal yang mengejutkan. Namun, bukan hanya rambut di kepala yang memutih. Rambut kemaluan pun beruban!

Bagaimana bisa? Seiring bertambahnya usia, sel-sel pigmen di setiap folikel rambut pun mati dan berhenti memproduksi melanin kimiawi yang memberi warna pada rambut.

Ketika produksi melanin berkurang, warna rambut kemaluan berubah menjadi abu-abu atau putih. Pada usia berapa ini akan terjadi? Timbulnya uban bervariasi dari orang ke orang dan kemungkinan berkaitan dengan genetik.

Dilansir dari laman Healthline, ada yang mengalaminya di usia 30-an atau 40-an, ada juga yang sudah mengembangkannya di usia 20-an.

4. Labia menjadi lebih longgar

Unsplash/Teras Chernus

Labia adalah lipatan kulit di sekitar lubang vagina. Mengutip dari laman Planned Parenthood, labia mayora (bibir luar) biasanya berdaging dan tertutupi oleh rambut kemaluan (pubic hair).

Sementara itu, labia minora (bibir dalam) dimulai dari klitoris dan berakhir di bawah lubang vagina. Apa yang terjadi pada labia saat kita bertambah usia?

Dilansir dari laman WebMD, hilangnya kolagen dan elastin (protein yang sangat elastis dalam jaringan ikat) membuat labia mengendur. Bagi sebagian orang, kendurnya labia bisa sangat mengganggu.

Untungnya, ada prosedur pembedahan untuk mengencangkan labia. Prosedur ini bernama labiaplasty yang bertujuan untuk mengurangi ukuran labia minora.

5. Otot-otot panggul tidak sekuat sebelumnya

Pexels/cliffbooth

Otot-otot dasar panggul bekerja untuk menopang rahim, kandung kemih, rektum, dan bagian atas vagina. Melahirkan dan menopause bisa melemahkan otot-otot ini.

Alhasil, organ-organ di panggul menjadi terkulai. Kondisi ini disebut sebagai prolaps atau lebih dikenal dengan turun peranakan. Berdasarkan penelitian yang dipublikasikan di jurnal Scientific Reports pada tahun 2018, prolaps dialami oleh 35 orang per 100.000 populasi.

Untuk mengatasi prolaps, lakukan latihan Kegel untuk memperkuat otot panggul, menurunkan berat badan, hindari sembelit, dan jangan mengejan ketika buang air besar. Jika opsi non-bedah tidak berhasil, jalan keluarnya adalah dengan operasi.

6. Berhubungan seks terasa menyakitkan

Freepik/wavebreakmedia_micr

Vagina kering akibat berkurangnya hormon estrogen bisa menjadi mimpi buruk. Mengapa? Kekeringan dan penipisan di jaringan vagina membuat penetrasi jadi menyakitkan.

Bahkan, jaringan tersebut bisa robek dan berdarah! Melansir dari laman North American Menopause Society, sekitar 17-45 persen perempuan pascamenopause merasakan sakit saat berhubungan seks.

Secara medis, kondisi ini disebut sebagai dispareunia, yakni penipisan dan kekeringan vagina yang umumnya dialami perempuan usia di atas 50 tahun.

Adakah cara untuk mencegah rasa sakit saat berhubungan seks? Gunakan pelumas berbahan dasar air atau water-based lubricant. Jika ini tidak berhasil, dokter mungkin menyarankan terapi estrogen atau perawatan lain.

7. Rentan terkena infeksi saluran kemih

Pixabay/windsing

Dilansir dari laman Mayo Clinic, infeksi saluran kemih (ISK) ialah infeksi di bagian mana pun dari sistem kemih, mulai dari kandung kemih, ginjal, ureter, dan uretra.

Gejala ISK yang bisa dikenali adalah rasa sakit saat buang air kecil atau muncul desakan tiba-tiba untuk kencing.

Menurunnya hormon estrogen akibat menopause bisa mengubah 'iklim' di vagina dan menyebabkan bakteri jahat lebih banyak daripada bakteri baik. Itulah mengapa perempuan lebih rentan terkena ISK seiring penuaan.

Nah, itulah beberapa perubahan yang mungkin terjadi pada vagina ketika kita menua. Persiapkan dirimu untuk menghadapinya, ya! Karena cepat atau lambat, itu akan terjadi.

Baca juga:

The Latest