4 Alasan Mengapa Bayi Harus Menunggu Umur 40 Hari untuk Keluar Rumah

Dari mana dasar perhitungan 40 hari itu?

28 Agustus 2019

4 Alasan Mengapa Bayi Harus Menunggu Umur 40 Hari Keluar Rumah
Pixabay/Public Domain Pictures

Setelah melahirkan, hari-hari Mama disibukkan dengan adaptasi dan keseruan mengurus bayi. Pergi keluar rumah menjadi opsi terakhir jika keperluannya memang bersifat mendesak. Selain itu, membawa si Kecil yang belum genap berusia satu bulan pergi ke luar rumah agak repot dan mengkhawatirkan. Takut ribet saat mengganti popok atau menyusui, juga khawatir akan paparan polusi udara dan kuman.

Di Indonesia sendiri, banyak orang percaya bahwa membawa bayi pergi ke luar rumah harus menunggu sampai usianya 40 hari. Beberapa mitos daerah menyebutkan bayi yang belum genap sebulan rawan diganggu makhluk halus dan penyakit. Mama pasti pernah mendengarnya kan, dari oma atau kerabat lain yang usianya lebih tua?

Tapi bosan juga sepertinya ya, harus menunggu 40 hari dulu untuk Mama bisa ke luar rumah bersama si Kecil. Meski tidak ada bukti ilmiah soal mitos ini, berikut adalah 4 alasan kenapa menunggu bayi berusia 40 hari adalah keputusan bijak sebelum membawanya bepergian. Simak yuk, Ma!

1. Proses pemulihan pasca bersalin

1. Proses pemulihan pasca bersalin
flickr/nellyy

Waktu 40 hari pasca persalinan dianggap sebagai masa pemulihan yang optimal. Biasanya dalam waktu 40 hari tersebut, Mama yang melakukan persalinan normal masih mengalami perdarahan. Bagi Mama yang melakukan persalinan dengan operasi caesar, akan membutuhkan waktu yang lebih lama untuk pemulihan.

Menjalani pemulihan sambil mengurus bayi tentu menguras energi Mama. Maka akan lebih bijak jika tetap tinggal di rumah selama beberapa minggu. Begitu pulih dan sukses beradaptasi dengan tugas baru sebagai Mama, bepergian ke luar rumah tentu terasa lebih nyaman.

Editors' Pick

2. Perawatan bayi masih merepotkan

2. Perawatan bayi masih merepotkan
pixabay/Cheryl Holt

Bayi yang berusia kurang dari satu bulan masih membutuhkan perawatan yang merepotkan. Frekuensi buang air kecil dan besarnya cukup sering, agak menyulitkan jika harus mengganti popok di tengah pusat perbelanjaan atau dalam perjalanan.

Proses menyusui pun kurang nyaman jika dilakukan di tempat umum. Belum lagi tulang dan beberapa bagian tubuh si Kecil masih rentan. Terlalu banyak digendong dan bergerak bisa membuatnya kurang nyaman.

Baca juga: Sebelum Belanja, Cari Tahu yuk, Jenis-jenis Gendongan yang Ada!

3. Sistem kekebalan tubuh bayi belum maksimal

3. Sistem kekebalan tubuh bayi belum maksimal
tyrnathem.com

Aktivitas di luar rumah yang dianjurkan bagi bayi baru lahir hanyalah berjemur. Menikmati manfaat sinar matahari pagi yang baik untuk kesehatan tulang dan tubuh. Selebihnya, kondisi di luar rumah yang banyak kuman penyakit dan polusi udara berbahaya bagi si Kecil.

Sistem kekebalan tubuhnya sedang dalam proses berkembang. Beradaptasi dengan dunia di luar rahim Mama. Jadi ia masih sangat rentan terkena penyakit.

4. Polusi cahaya dan suara

4. Polusi cahaya suara
publicdomainpictures

Selain polusi udara dan kuman penyakit, suasana di luar rumah tentu lebih bising. Banyak suara dari aneka sumber, serta polusi cahaya yang membuat kerja mata bayi kurang nyaman. Di dalam rumah, cahaya yang ditangkap mata si Kecil hanyalah pijar lampu, pantulan sinar matahari, dan obyek-obyek di sekitarnya. Matanya belum siap menangkap terlalu banyak obyek dan cahaya.

Dipikir-pikir logis juga ya, Ma. Bukan soal mitos diganggu makhluk halus atau kepercayaan leluhur, menunggu 40 hari sebelum membawa bayi bepergian ke luar rumah adalah keputusan yang bijak. Nah, sekarang mungkin Mama perlu membagikan informasi ini kepada teman mama yang sudah tak sabar mengajak Mama jalan-jalan. 

Sabar sebentar ya, Ma!

The Latest