Baca artikel Popmama lainnya di IDN App
For
You

Perbedaan Diare pada Bayi ASI vs Bayi Susu Formula

Freepik/pvproductions
Freepik/pvproductions
Intinya sih...
  • Diare pada bayi perlu dinilai dari perubahan pola BAB, bukan hanya dari tekstur feses yang encer.
  • Bayi ASI dan bayi sufor memiliki karakteristik BAB normal yang berbeda, sehingga tanda diare pun bisa berbeda.
  • Risiko dehidrasi meningkat bila BAB sangat cair dan sering, sehingga asupan cairan dan pemantauan kondisi si Kecil sangat penting
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Diare pada bayi sering kali membuat Mama khawatir, apalagi karena pola buang air besar setiap bayi bisa berbeda-beda, tergantung dari asupan yang dikonsumsi. Bayi yang minum ASI dan bayi yang mengonsumsi susu formula memiliki karakteristik feses yang berbeda.

Perbedaan inilah yang kerap membuat Mama bingung membedakan antara BAB normal dan diare pada si Kecil. Menanggapi hal tersebut, dr. Citra Amelinda, Sp.A., dokter spesialis anak yang aktif membagikan edukasi kesehatan anak melalui akun Instagram @citra_amelinda, menjelaskan bahwa diare tidak dinilai hanya dari tekstur feses saja.

Menurut dr. Citra, diare pada bayi ditandai oleh perubahan pola BAB dari kebiasaan hariannya, terutama jika frekuensinya meningkat dan feses menjadi sangat cair. 

Untuk memahaminya lebih lanjut, simak rangkuman Popmama.com tentang perbedaan diare pada bayi ASI vs bayi susu formula.

1. Ciri diare pada bayi yang minum ASI

Freepik
Freepik

Bayi yang mendapatkan ASI memang memiliki feses yang cenderung encer dan berwarna kuning. Bahkan, dr. Citra menjelaskan bahwa bayi ASI bisa BAB hingga 6 kali sehari dan masih tergolong normal. Kondisi inilah yang sering membuat Mama mengira si Kecil mengalami diare.

Selain itu, tekstur feses bayi ASI biasanya lembek hingga cair dengan aroma yang tidak terlalu menyengat. Selama bayi tetap aktif, menyusu dengan baik, dan tidak menunjukkan tanda tidak nyaman, pola BAB tersebut umumnya masih dianggap normal.

Namun, Mama perlu lebih waspada bila frekuensi BAB dan keencerannya meningkat secara tiba-tiba dan terjadi 3 kali atau lebih dari biasanya. Jika kondisi ini berlangsung berulang dan disertai tanda seperti bayi tampak lemas, rewel, atau kurang menyusu, hal tersebut bisa mengarah pada diare.

2. Ciri diare pada bayi yang minum susu formula

Freepik/pvproductions
Freepik/pvproductions

Berbeda dengan bayi ASI, bayi yang minum susu formula umumnya memiliki feses yang lebih kental. Warna feses biasanya kuning kecokelatan dengan tekstur menyerupai selai kacang, sehingga perubahan akan lebih mudah dikenali oleh Mama.

Pada awal kehidupan, bayi sufor dapat BAB sekitar 1–8 kali per hari, lalu frekuensinya perlahan menurun menjadi sekitar 1–4 kali per hari hingga usia 2 bulan. Pola ini tergolong normal selama konsistensinya tetap dan bayi tampak nyaman.

Namun, bila bayi tiba-tiba BAB menjadi jauh lebih sering, sangat cair, dan terjadi 3 kali atau lebih berturut-turut, Mama perlu mencurigai adanya diare. Terutama jika perubahan ini disertai bayi tampak tidak nyaman atau rewel.

3. Risiko dehidrasi pada bayi yang mengalami diare

Freepik
Freepik

dr. Citra menegaskan bahwa sebagian besar kasus diare pada bayi berisiko menyebabkan dehidrasi, terutama bila berlangsung lebih dari satu hari tanpa penanganan cairan yang cukup.

Saat diare, usus bayi kehilangan kemampuan optimal untuk menyerap cairan dan elektrolit, sehingga cairan tubuh lebih cepat berkurang.

Perlu dipahami bahwa feses lembek saja belum tentu menyebabkan dehidrasi. Namun, BAB yang sangat cair dan sering dalam satu hari, apalagi bila berlangsung lebih dari satu hari, dapat meningkatkan risiko kekurangan cairan pada bayi.

Karena itu, Mama perlu memantau tanda-tanda dehidrasi seperti mata tampak cekung, bibir kering, produksi urine berkurang, hingga penurunan kesadaran. Jika gejala ini muncul, sebaiknya segera konsultasikan kondisi si Kecil ke dokter.

4. Pentingnya menjaga asupan cairan bayi selama diare

Freepik
Freepik

Saat bayi mengalami diare, menjaga asupan cairan menjadi hal yang sangat penting. Pada bayi ASI, menyusui justru perlu tetap dilanjutkan karena ASI membantu memenuhi kebutuhan cairan dan nutrisi si Kecil.

Untuk bayi yang sudah lebih besar, Mama bisa memberikan tambahan cairan sesuai anjuran dokter, seperti oralit, air putih, air kaldu dari protein hewani, atau makanan berkuah seperti sup. Pemberian cairan ini membantu mencegah dehidrasi sebelum diare menjadi lebih parah.

Namun, bila dalam 24 jam kondisi tidak membaik atau tanda dehidrasi semakin jelas, Mama tidak perlu ragu untuk segera membawa si Kecil ke fasilitas kesehatan. 

Itulah penjelasan mengenai perbedaan diare pada bayi ASI vs bayi susu formula.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Wahyuni Sahara
EditorWahyuni Sahara
Follow Us

Latest in Baby

See More

7 Foto Benjamin Anak Ketiga Kimmy Jayanti dalam Berbagai Ekspresi

18 Des 2025, 17:47 WIBBaby