Gaza Krisis Popok, Bayi Bertahan Menggunakan Plastik Kresek

Setiap harinya, kondisi masyarakat di Gaza semakin memburuk. Kini, mereka tidak hanya mengalami krisis bahan pokok saja, melainkan juga krisis popok yang perlu digunakan untuk para bayi. Mirisnya, satu bungkus popok harganya bisa mencapai 200 shekel atau sekitar Rp 850 ribu.
Alhasil, para orangtua di Gaza harus memutar otak mereka mencari pengganti popok untuk anak-anak yang masih bayi.
Berikut Popmama.com ulas lebih lanjut mengenai Gaza krisis popok.
1. Butuh popok, bayi di Gaza dipakaikan plastik kresek sebagai celana pengganti

Bayi di Gaza harus menggunakan celana yang terbuat dari kantong kresek sebagai pengganti popok. Hal ini merupakan imbas dari krisisi popok yang dialami di tengah perang Israel dan Hamas.
Inas Al-Masry selaku Mama dari bayi mengaku tak sanggup membeli popok karena satu bungkusnya tembus mencapai 200 shekel atau sekitar Rp 850 ribu. Tak hanya itu, hati Al-Masry semakin hancur karena barang-barang yang diperlukan keluarganya sudah habis di mana-mana.
Suhu dingin terasa begitu menyiksa lantaran ia dan keluarganya tidak memiliki pakaian, selimut, atau bahkan matras untuk tidur. Plastik yang digunakan sebagai popok bayi esok harinya juga perlu diganti.
Ia mengatakan jika anak-anaknya sangat membutuhkan pakaian dan selimut karena terasa tidak nyaman. Al-Masry bersama keluarganya dibuang ke tenda di jalanan.
2. Penjahit gaun pengantin banting setir jadi memproduksi popok jahitan

Setidaknya, Al-Masry membutuhkan satu bungkus popok setiap pekannya. Belum lagi ada kebutuhan popok juga untuk dua anaknya yang lain. Tidak hanya Al-Masry, kelangkaan popok di Gaza ini membuat warganya mau tidak mau harus memutar otak.
Contohnya, seperti butik pengantin yang berada di kawasan Rafah. Para penjahit yang biasanya bekerja untuk gaun pengantin kini banting setir untuk memproduksi popok jahitan. Popok tersebut dibuat dari APD daur ulang yang stoknya memang sudah ada akibat pandemi Covid-19 beberapa waktu lalu.
3. Tak hanya bayi, lansia dan disabilitas juga membutuhkan popok

Yasser Abu Gharara selaku Pemilik Butik Pengantin di Gaza mengatakan bahwa masyarakat di sini tidak hanya alami krisis popok bayi, melainkan juga untuk lansia dan disabilitas. Terdapat anak-anak difabel yang setiap harinya membutuhkan popok untuk dikenakan.
Sayangnya, kini persediaan popok habis dan mahal. Ia menyebut apabila bank di sini buka, dipastikan banyak warga yang rela pinjam duit agar bisa membeli popok untuk keluarga mereka. Langkanya popok hingga bahan pokok membuat 1,5 juta pengungsi di Rafah terus memburuk dari hari ke hari.
Demikian informasi mengenai Gaza krisis popok. Mari kita doakan agar kondisi seperti ini segera berakhir dan masyarakat Gaza bisa hidup tenang tanpa ketakutan akibat perang, ya, Ma.



















