Bisa Deteksi Kelainan, Penting! Tes Fungsi Pendengaran Bayi Baru Lahir

Ada dua jenis tes wajib yang harus dijalani untuk cek pendengaran bayi baru lahir. Mama sudah tahu?

3 September 2019

Bisa Deteksi Kelainan, Penting Tes Fungsi Pendengaran Bayi Baru Lahir
static.pexel.com

Bayi baru lahir perlu melalui beragam tes. Ini gunanya untuk memastikan bahwa mereka sehat secara fisik dan siap menghadapi kerasnya dunia. Salah satu tes yang harus dilakukan pada bayi baru lahir adalah tes pendengaran.

Kemampuan si Kecil mempelajari banyak hal tergantung pada kemampuannya mendengar. Jika kelainan pendengaran diketahui sejak awal, maka dokter anak akan bisa mengatasi masalahnya dan membuat kehidupannya menjadi lebih baik.

Ada beberapa gangguan pendengaran yang mungkin terjadi pada bayi baru lahir. Masalah genetik dan infeksi menjadi hal yang sering dialami.

Agar lebih jelas, mari simak rangkuman Popmama.com berikut ini.

Tes Pendengaran Tidak Menyakitkan

Tes Pendengaran Tidak Menyakitkan
media.devense.gov

Tes pendengaran untuk bayi baru lahir dilakukan sebelum usianya menginjak 6 bulan. Tes memakai alat bantu yang menghubungkan pendengaran dengan gelombang otak anak.

Tes untuk mengecek fungsi pendengaran tidak menggunakan jarum suntik, kok. Jadi, tes ini akan aman dari rasa sakit. Waktu untuk melakukan tes memang agak lama, yaitu 5-10 menit. Alat tes akan merekam fungsi reaksi otak terhadap bunyi. Dari situ, dokter akan tahu apakah fungsi pendengaran bayi normal atau tidak. 

Editors' Pick

Dua Jenis Tes Pendengaran

Dua Jenis Tes Pendengaran
Pixabay/Regina_Zulauf

Di prosedur tes bayi lahir, ada dua jenis tes yang bisa dilakukan untuk mengecek fungsi pendengaran bayi.

Automated Auditory Brainstem Response (AABR) 

Tes ini dimulai dengan memasang sensor di kepala bayi dan earphone kecil di telinganya. Sensor tersebut dihubungkan ke komputer dan akan mencatat aktivitas gelombang otak saat diberi rangsang suara. Suara yang dipakai hanya bunyi klik yang lembut yang didengar bayi melalui earphone.

Otoacoustic Emissions (OAE)

Tes OAE dilakukan untuk mengukur gelombang suara di dalam rongga telinga. Petugas medis akan memasukan alat kecil yang mengeluarkan suara berdetik ke dalam telinga bayi. Komputer akan merekam respon pendengaran terhadap suara yang masuk itu.

Dokter mungkin akan melakukan kedua tes tersebut. Pertama, ia akan melakukan tes OAE dan jika hasilnya kurang baik maka tes AABR akan dilakukan sebagai pemeriksaan lebih lanjut.

Tidak Lolos Tes Belum Tentu Bahaya

Tidak Lolos Tes Belum Tentu Bahaya
upload.wikimedia.org

Bayi yang tidak lolos tes, belum tentu lho mengalami gangguan pendengaran. Kegagalan tes bisa saja terjadi karena bagian telinga tengahnya terisi cairan atau kotoran yang mungkin saja masuk kala ia di dalam kandungan. Bisa jadi juga tes gagal, karena dilakukan di ruang yang terlalu berisik. Efeknya, otak tidak bisa fokus pada bunyi berdetik yang tidak dominan.

Jika si Kecil tidak lolos tes, ia harus menjalani pemeriksaan lebih lanjut. Tes akan dilakukan dalam waktu 1-2 minggu setelah tes pertama untuk menemukan masalah pada bayi.

Lolos Tes Bisa Tetap Kena Gangguan

Lolos Tes Bisa Tetap Kena Gangguan
Pxhere

Bayi mungkin saja mengalami gangguan pendengaran meski telah lolos tes pendengaran. Pasalnya, tes tidak bisa mendeteksi gangguan pendengaran ringan atau gangguan pendengaran yang bersifat kronis. Bayi mungkin saja mengalami gangguan pendengaran yang berkembang ke arah buruk jika gangguan itu terjadi karena genetik, penyakit, atau karena kecelakaan.

Deteksi gangguan pendengaran pada bayi baru lahir memang deteksi yang sangat minim. Biasanya, gangguan pendengaran baru disadari ketika si Kecil belajar bicara. Anak yang mengalami gangguan pendengaran biasanya mengalami masalah untuk berkomunikasi. Jadi, Mama tetaplah waspada dan memerhatikan perkembangan bayi mama dari waktu ke waktu ya. Semangat!

Baca juga: 

The Latest