Tips Memilih Termometer Bayi Sesuai Kebutuhan dan Fiturnya

Selain pilihan digital dan tradisional, masih ada empat jenis termometer lainnya

7 November 2019

Tips Memilih Termometer Bayi Sesuai Kebutuhan Fiturnya
Pixabay/Guvo59

Saat bayi tampak tak sehat, orangtua seringkali secara reflek menyentuh dahi dan leher untuk mengecek suhu tubuh. Apakah suhu tubuh bayi mengindikasikan demam, atau normal. Tetapi cara ini tidak secara akurat dapat menunjukkan berapa suhu tubuh bayi dan langkah medis yang harus diambil selanjutnya. 

Untuk itulah, di setiap rumah wajib memiliki termometer. Pada dasarnya, fungsi termometer untuk mengukur suhu tubuh. Tetapi jenis termometer yang beredar di pasaran, bervariasi. Jika dulunya termometer tradisional menggunakan air raksa, di masa kini sudah ada termometer digital yang lebih mudah digunakan dan aman dari paparan bahan kimia berbahaya.

Lalu, apa saja jenis termometer yang ada di pasaran? Apa saja fitur utamanya? Berikut Popmama.com merangkumnya, dilansir dari motherforlife.com:

1. Termometer rektal atau anus

1. Termometer rektal atau anus
Freepik/User6529390

Termometer ini digunakan dengan cara dimasukkan ke anus sedalam 2,5 cm. Termometer rectal digunakan untuk anak usia 0-5 tahun dan mungkin menimbulkan rasa malu dan tak nyaman untuk anak yang lebih besar. 

Suhu dubur lebih lambat berubah ketimbang suhu inti tubuh. Pembacaan suhu rektal dipengaruhi kedalaman pengukuran, kondisi yang mempengaruhi aliran darah di sekitar rekal dan adanya tinja. 

Penggunaan termometer rektal harus sangat steril karena jika tidak, dapat menyebabkan kontaminasi bakteri yang biasanya ditemukan dalam tinja. 

Kisaran suhu normal dengan metode ini: 36,6-38° Celcius

Editors' Pick

2. Termometer axillary (Ketiak)

2. Termometer axillary (Ketiak)
Freepik/Comzeal

Termometer ini sangat mudah digunakan, hanya perlu diselipkan di ketiak. Jika berbentuk digital, termometer ini hanya pelru waktu sekitar 15-20 detik saja untuk dapat mendapatkan gambaran suhu yang pas. 

Meski mudah penggunaannya, tetapi termometer ketiak ini kurang akurat dibandingkan termometer oral atau rektal. Saat termometer dilepaskan dari ketiak, maka suhunya akan dipengaruhi kondisi lingkungan sekitar.

Walaupun sensitivitas dan spesifisitasnya rendah dalam mendeteksi demam, termometer ketiak direkomendasikan oleh American Academy of Pediatrics sebagai tes skrining demam pada bayi baru lahir (neonatus) karena minim risiko ketimbang termometer rektal.

Penggunaan termometer ini cocok untuk anak di atas usia 2 tahun. Kisaran suhu normal dengan metode ini: 34,7-37,3° Celcius.

3. Termometer oral (mulut)

3. Termometer oral (mulut)
Wavebreakmedia / Freepik

Seperti namanya, termometer oral ini digunakan dengan cara dimasukkan ke dalam mulut selama 3-4 menit. Karena penggunaannya tak mudah, maka itu termometer oral direkomendasikan digunakan untuk anak di atas usia 5 tahun. 

Jika menggunakan termometer ini, pastikan anak tidak mengonsumsi makanan panas atau dingin sebelumnya, setidaknya selama 30 menit terakhir karena dapat memengaruhi pengukuran suhu. 

Kisaran suhu normal dengan metode ini: 35,5-37,5° Celcius.

4. Termometer tympanic (telinga)

4. Termometer tympanic (telinga)
Celebrity Parents

Dibandingkan ketiga termometer sebelumnya, termometer tympanic tidak menempel pada bagian tubuh. Cara pengukurannya adalah dengan menggunakan radiasi termal yang dipancarkan dari termometer dan saluran telinga. 

Jangan khawatir, kotoran telinga, infeksi dan ear tub tidak akan mengganggu pembacaan suhu sehingga akurasinya masih terjamin. Namun disarankan jika menggunakan termometer tympanic selepas anak dari luar ruangan atau cuaca sedang dingin dan berangin, tunggulah sekitar 15 menit agar mendapat hasil yang akurat. 

Kisaran suhu normal dengan metode ini: 35,8 - 38,0° Celcius.

Cara Memilih Termometer yang Sesuai Kebutuhan

Cara Memilih Termometer Sesuai Kebutuhan
Pixabay/Gadini

Sebetulnya, memilih termometer yang sesuai bergantung dari kebutuhan dan pilihan orangtua sendiri. Pertimbangkan dari segi usia anak agar tepat guna. Sebaiknya berkonsultasi dengan pihak apotik dengan menanyakan beberapa hal berikut ini:

  • Ukuran, berat, model,
  • penggunaannya untuk mengukur suhu lebih dari satu lokasi (anus, ketiak dan mulut) daripada termometer telinga,
  • casing atau selubung,
  • kecepatan waktu merespon,
  • ketepatan atau akurasi,
  • keamanan sinar inframerah jika menggunakan tympanic termometer,
  • sinyal audio saat pembacaan suhu selesai,
  • indikator untuk pemasangan di anus,
  • hasil yang ditampilkan dalam Fahrenheit atau Celcius,
  • durabilitas atau kekuatan produk.

Pastikan selalu menjaga higienitas termometer yang digunakan setiap kali pakai. Jika tidak, potensi penyebaran kuman penyakit berlipatganda. Selain termometer telinga, selalu bersihkan dengan lap basah yang telah diberi cairan antiseptik, keringkan dan simpan di tempat yang aman. 

Semoga informasi ini dapat menjadi bahan pertimbangan Mama dalam memilih termometer yang tepat ya, Ma!

Baca Juga:

The Latest