Baca artikel Popmama lainnya di IDN App
For
You

Anak di Palembang Jadi Korban Bully Dikurung Teman di Gudang Masjid

Ilustrasi anak sedih karena dibully
Freepik
Intinya sih...
  • Seorang bocah SD di Palembang dikurung di ruangan masjid oleh teman sebayanya; video kejadian itu viral.
  • Terungkap korban sudah lama mengalami bullying, termasuk dipukul dan diejek berulang kali.
  • Keluarga menuntut pertanggungjawaban, menunggu itikad baik orangtua pelaku, dan siap menempuh jalur hukum jika perlu.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Warganet dibuat geram oleh sebuah video viral yang menunjukkan seorang anak laki-laki menangis histeris setelah dikurung di sebuah ruangan masjid. Peristiwa ini terjadi di kawasan Sematang Borang, Palembang.

Korban adalah seorang siswa kelas 4 SD berinisial S (10 tahun).

Lebih memilukan, setelah video menyebar di media sosial, barulah terungkap bahwa S sudah lama menjadi korban bullying oleh teman sebayanya.

Berikut rangkuman tangis anak SD dikurung di masjid, terungkap ia sudah lama dibully yang akan Popmama.com bagikan selengkapnya!

1. Bermula dari ajakan bermain, S mengikuti tanpa curiga

Ilustrasi anak dibully
Freepik

Insiden terjadi Pada Minggu, (2/11/2025) saat S sedang berada di masjid kawasan Jalan Padat Karya, Kecamatan Sematang Borang, Palembang untuk salat. Setelah selesai, dua temannya, berinisial E dan A mengajaknya bermain di bagian gudang masjid.

Ajakan itu tampak wajar. Seperti kebanyakan anak, S mengira mereka benar-benar ingin bermain.

Di usia 10 tahun, dunia masih sederhana, kalau teman mengajak bermain, ya bermain. S tidak menyangka ada niat buruk di balik ajakan itu.

Terlebih S mengaku, temannya mengiming-imingi akan memberinya permen.

2. Sesampainya di ruang gudang, pintu langsung dikunci dari luar

Ilustrasi S dikurung dalam gudang
Freepik

Ketika tiba di area gudang masjid, S didorong masuk ke dalam ruangan sempit dan gelap. Pintu langsung ditutup dan dikunci dari luar oleh teman-temannya.

S menangis, berteriak, dan memukul pintu sambil memohon, “Bukain! Tolong!”

Ia sendirian, tidak tahu apakah ada orang yang mendengar. Tak ada yang datang selama beberapa menit.

Dalam kondisi panik, S berteriak meminta tolong. Tangisannya baru terdengar ketika ada seorang jamaah perempuan yang lewat dan membuka pintu ruangan tersebut.

Seorang jamaah perempuan inilah yang membuka pintu, merekam kondisi S, dan akhirnya videonya viral. Dalam video terlihat S menangis ketakutan, wajahnya memerah, dan suaranya bergetar. Tanpa rekaman itu, kasus ini kemungkinan besar tidak akan terungkap.

3. Setelag viral, S akhirnya berani jujur tentang perundungannya

anak sedang berbincang dengan kedua orangtua
Freepik

Malam setelah video penyekapan itu beredar luas di media sosial, bocah kelas empat SD itu akhirnya memberanikan diri bercerita kepada orangtuanya tentang apa yang sebenarnya terjadi selama ini.

Dari cerita S, terungkap bahwa ia sering diejek, diolok-olok, dan pernah dipukul oleh teman sebayanya. Tidak hanya sekali dua kali. Menurut pengakuan keluarga, pemukulan itu terjadi berkali-kali yang diperkirakan sekitar 10 kali oleh pelaku yang sama.

Hal ini diperkuat oleh cerita nenek korban, Zurlita. Ia mengaku pernah menemukan bekas lebam di tubuh cucunya.

“Saya sering menemukan lebam. Saat ditanya, anaknya cuma diam karena takut orang tuanya konflik sama orang tua temannya itu,” ujar Zurlita.

Sebelum kejadian viral ini, S sempat mengadu ke ibu pelaku. Namun tidak ada penyelesaian atau permintaan maaf. Justru S memohon agar pelaku tidak dimarahi.

Fenomena ini sering terjadi pada korban bullying. Mereka memilih diam karena merasa takut, malu, bahkan merasa bersalah atas perlakuan yang diterima. Alih-alih melawan, mereka justru khawatir kehilangan teman atau dianggap penyebab konflik baru.

Bagi orangtua S, momen pengakuan itu menjadi titik paling menyayat. S diam karena ia tidak ingin membuat masalah.
Padahal justru ia yang menjadi korban.

4. Orangtua terpukul, bukan hanya karena kejadian tapi karena anak memendam semuanya

anak sehabis bercerita dengan Papa
Freepik

Peristiwa ini membuat keluarga korban geram. Mereka tidak menyangka bahwa anak yang selama ini dikenal pendiam dan penurut, ternyata sudah mengalami perundungan berulang tanpa pernah bercerita.

Ardiansyah Nugraha, ayah korban, mengaku bahwa ia mengetahui seluruh kejadian termasuk pemukulanbaru setelah video penyekapan itu viral. S sebelumnya tidak pernah membuka suara, bahkan selalu menghindar setiap kali ditanya mengenai perubahan sikapnya.

“Anak saya itu pendiam. Saya baru tahu kalau dia dirundung setelah videonya viral. Sebagai ayah, saya akan meminta pertanggungjawaban. Jika tidak ada itikad baik, saya akan membawa kasus ini ke pihak kepolisian,” ujar Ardiansyah.

Saat ini, Ardiansyah dan keluarga masih menunggu itikad baik dari orangtua pelaku, termasuk permintaan maaf dan penjelasan mengenai tindakan anak mereka.

Keluarga hanya ingin masalah ini diselesaikan secara baik-baik. Namun bila tidak ada respons atau tanggung jawab dari pihak pelaku, mereka siap menempuh jalur hukum.

“Kami hanya ingin kejelasan. Kalau memang tidak ada niat baik, kami siap melapor,” tegas Ardiansyah.

5. Ketua RT siap memediasi, namun keselamatan mental anak yang utama

Mama dan Papa menemani anak bercerita
Freepik

Video yang viral itu membuat pihak lingkungan ikut turun tangan. Ketua RT setempat, Ilham, membuka ruang mediasi. Pertemuan akan melibatkan orangtua korban dan orangtua pelaku.

Ilham berharap masalah ini bisa selesai secara kekeluargaan, namun ia menegaskan bahwa keputusan melanjutkan ke jalur hukum tetap menjadi hak keluarga korban.

“Kami hanya bisa memfasilitasi mediasi. Kalau keluarga korban memilih jalur hukum, itu hak mereka,” ujar Ilham singkat.

Sebagai langkah pencegahan, pihak RT juga berencana memperketat pengawasan di sekitar masjid dan mempertimbangkan pemasangan CCTV agar kejadian serupa tidak terulang.

Kasus tangis bocah SD dikurung di masjid, terungkap ia sudah lama dibully menjadi pengingat bahwa bullying bukan sekadar candaan anak-anak. Luka dan ketakutan yang dialami korban harus diperhatikan, agar anak-anak selalu merasa aman, terutama di tempat yang seharusnya nyaman seperti masjid.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Novy Agrina
EditorNovy Agrina
Follow Us

Latest in Big Kid

See More

Playtopia Adventure, Playground Terbesar di Pulau Jawa!

13 Des 2025, 08:30 WIBBig Kid