8 Cara Memperbaiki Mental Anak yang Sering Dimarahi, Mama Wajib Tahu!

Anak adalah pribadi yang masih belajar memahami dunia dan emosi mereka sendiri. Ketika sering dimarahi, mereka bisa merasa takut, sedih, atau kurang percaya diri.
Hal ini wajar terjadi, tetapi jika dibiarkan terlalu lama, bisa memengaruhi perkembangan mental dan emosional anak.
Di sini, peran Mama dan Papa sangat besar dalam membantu anak pulih dan membangun kembali rasa percaya diri mereka.
Dengan cara yang tepat, anak bisa belajar bahwa kesalahan adalah bagian dari proses belajar dan bahwa mereka tetap dicintai.
Kali ini Popmama.com akan membahas informasi seputar cara memperbaiki mental anak yang sering dimarahi. Disimak ya!
1. Meminta maaf

Banyak orangtua sering merasa gengsi untuk meminta maaf karena berpikir anak tidak akan mengerti.
Padahal, permintaan maaf justru menjadi bahasa kasih yang sederhana namun sangat kuat.
Mama bisa mengucapkannya seperti, “Maaf ya, tadi Mama marah terlalu keras. Mama tahu kamu kaget dan nggak enak dengarnya. Mulai sekarang Mama mau lebih sabar, kita belajar sama-sama ya.”
Saat Mama atau Papa berani mengucapkan maaf, anak merasa dihargai, lebih tenang, dan belajar bahwa kesalahan bisa diperbaiki dengan sikap tulus.
Ini bukan hanya memperbaiki hubungan, tetapi juga mengajarkan anak untuk berani mengakui kesalahan mereka sendiri.
2. Membiarkan anak mengekspresikan perasaanya

Setelah dimarahi, anak bisa merasa sedih, kecewa, atau marah.
Memberi mereka ruang untuk mengekspresikan emosi secara bebas tanpa dihakimi sangat penting untuk perkembangan mentalnya.
Cara ini mengajarkan anak bahwa setiap perasaan itu wajar dan diterima, sekaligus melatih kemampuan mereka mengenali dan mengatur emosi sendiri.
3. Menunjukkan bahwa Mama sangat sayang pada anak

Setelah dimarahi, anak sering merasa bersalah atau takut lho, Ma.
Pada momen itu, memberikan pelukan hangat, senyuman lembut, atau kata-kata penuh kasih sayang bisa membuat anak merasa bahwa mereka tetap dicintai.
Saat anak merasakan kasih sayang orangtuanya, rasa aman dan percaya diri mereka tumbuh.
Mereka bisa belajar bahwa melakukan kesalahan bukan berarti kehilangan cinta, melainkan kesempatan untuk belajar dan diperbaiki dengan dukungan Mama.
4. Memperbaiki kualitas komunikasi dengan anak

Saat Mama atau Papa marah, anak bisa merasa takut, bingung, atau enggan menyampaikan perasaannya.
Dengan mendengarkan dengan sabar, memberi perhatian penuh, dan merespons secara lembut, anak akan merasa didengar dan dihargai.
Komunikasi yang berkualitas membantu anak memahami emosinya sendiri, meningkatkan kepercayaan diri, dan mengurangi stres emosional, sekaligus memperkuat hubungan orangtua dan anak.
5. Meluangkan waktu khusus bersama anak

Anak yang sering dimarahi membutuhkan momen untuk merasakan perhatian dan kasih sayang dari orangtua tanpa rasa takut.
Dengan menyediakan waktu khusus, misalnya bermain, bercerita, atau sekadar ngobrol santai, anak merasa dihargai dan dicintai.
Aktivitas ini membantu anak melepaskan ketegangan emosional akibat kemarahan orangtua, membangun rasa aman, meningkatkan kepercayaan diri, dan memperkuat hubungan emosional yang sehat antara orangtua dan anak.
6. Memahami karakter anak

Setiap anak memiliki kepribadian dan cara bereaksi yang berbeda, termasuk terhadap kemarahan orangtua.
Dengan memahami karakter anak, orangtua bisa menyesuaikan cara menegur, membimbing, atau mengoreksi tanpa membuat anak merasa takut atau tertekan.
Pendekatan yang sesuai karakter anak membantu mereka belajar mengelola emosi, membangun kepercayaan diri, dan menciptakan lingkungan yang aman dan mendukung perkembangan mentalnya.
7. Bersikap tegas bukan berarti keras

Bersikap tegas kepada anak tidak berarti harus keras atau memarahi secara berlebihan, Ma.
Tegas berarti memberi batasan dan aturan yang jelas, sementara keras atau marah berlebihan justru bisa menimbulkan rasa takut atau cemas pada anak.
Dengan bersikap tegas namun tetap hangat, anak belajar memahami konsekuensi dari tindakan mereka tanpa merasa dihukum secara emosional.
Pendekatan ini membantu anak mengembangkan disiplin, rasa tanggung jawab, dan tetap merasa aman serta dicintai oleh orangtuanya.
8. Tidak melakukan kesalahan yang sama pada anak

Tidak mengulangi kesalahan yang sama kepada anak sangat penting untuk membangun kepercayaan lho, Ma.
Jika orangtua sering marah dengan cara yang sama atau menegur anak dengan pola yang tidak efektif, anak bisa merasa takut, bingung, atau tidak dihargai.
Saat belajar dari pengalaman sebelumnya dan mengubah cara menegur atau menasehati, orangtua bisa menunjukkan konsistensi dan keseriusan dalam mendidik tanpa menimbulkan rasa takut.
Hal ini juga bisa membantu anak merasa aman, lebih percaya diri, dan memahami batasan serta ekspektasi dengan cara yang sehat.
Nah, itulah informasi seputar cara memperbaiki mental anak yang sering dimarahi. Semoga bisa membantu ya, Ma!



















